12

808 132 3
                                    

Aku mengelap air mataku dengan kasar. Sesekali aku menutup mulutku ketika suara isakan terdengar.

Tidak. Jangan tanya mengapa aku menangis seperti anak kecil seperti sekarang ini. Aku hanya...ingin menangis.

Aku tidak suka dengan keadaanku seperti ini. Aku tidak suka, ketika aku mengecap secercah kebahagiaan, aku merasa bahwa aku tidak pantas untuk itu. Aku tidak suka ketika aku merasa bahwa aku tidak pantas untuk memiliki seorang teman. Aku tidak suka ketika aku merasa bahwa aku ini tidak pantas untuk hidup.

Tidak suka.

Tetapi, seakan dan entah setan darimana yang memberitahuku bahwa ketidaksukaanku itu adalah hal yang memang pantas untukku.

"Kara?"

Seseorang mengejutkanku dengan sentuhannya dibahuku. Dengan sigap, aku langsung menoleh dan seketika waktu berhenti saat itu juga.

"Mom.." ucapku lirih.

Wanita paruh baya itu tersenyum. Tidak! Jangan tersenyum! Aku benci senyum itu!

Jangan munafik, Kara. Kau merindukan senyuman ibumu.

"What do you want from me?! Tidakkah kau puas?" tanyaku dengan sedikit membentak.

"Kara, i'm sorry. Ini semua tidak seperti yang kau kira, sayang."

"Oh, begitukah? Ini tidak seperti yang kukira? Lalu, seperti apa ini untukmu! Kau, dengan rasa ketidakperdulianmu meninggalkanku bersama seseorang yang bahkan ragu untuk kupanggil ayah! Apa kau tidak pernah berpikir, bagaimana kabar diriku ketika bersamanya? Aku lelah! Lelah menjadi bahan samsak untuknya! Sedangkan kau--" aku terdiam sesaat untuk memandangnya sinis dan tertawa, "kau bahkan menikmati hidupmu seperti biasanya. Sedangkan aku? I'm dying, Mom!"

Ibuku terlihat berkaca-kaca. Dan sedetik kemudian ia terjatuh dan menangis. Menangis dibawahku. Berulang kali ia mengucapkan kata maaf. Tapi rasanya, aku tidak memerlukan kata-kata itu.

Apakah maafmu bisa membawa kembali saudara laki-lakiku, Mom?

Apakah maafmu bisa membuat ayah kembali seperti ayah untukku?

Dan apakah maafmu bisa membawa keluarga kita seperti dulu, Mom?

"I'm not your happy little girl anymore, Mom."

Ibuku mengadah untuk menatapku. Aliran air mata itu mengalir seperti air hujan yang turun begitu derasnya.

"Aku tidak punya siapa-siapa sekarang. Aku seakan hidup sendiri. Dan, dengan rokok ini, aku mencoba untuk terbebas dari hidupku yang seperti ini. Berharap rokok-rokok ini dapat mengubah takdirku." ucapku seraya menunjukkan berpak-pak rokok milikku.

"Sayang, tinggal bersama mom ya?" tawarnya dengan suara memohon.

Seketika tawaku terdengar begitu sinis ketika mendengar kalimatnya barusan.

"Apa? Tinggal bersamamu? Tidak. Terima kasih. Aku tidak ingin tinggal bersama seorang wanita yang tega meninggalkanku bersama mantan suaminya yang hampir sama dengan monster."

Aku langsung berlalu meninggalkannya tanpa perlu mendengarkan sepatah katapun dari mulutnya lagi.

Aku muak!

Langkahku perlahan terhenti karena aku merasa lemas. Air mataku sedaritadi sudah menetes begitu derasnya. Lalu, ketika mataku melihat bangku kosong dibawah pohon besar disana, aku langsung menghampirinya dan duduk.

Tanganku dengan pelan merogoh tasku, mencari satu pak rokok milikku.

Dan dengan gilanya, aku mengeluarkan setengah isinya dan membakarnya. Menghisap semuanya sekaligus.

Berharap dalam hati, aku akan mati sekarang juga.

---

Aselole akhirnya gue apdet huehehehhe.

Makin gajetot ya. Udah ngaret banget apdetnya, gajelas lagi. Ga nyambung emang :((

Btw itu si Kara ketemu emaknya hadue. Habis ini kara ketemu siapa ya?

ngehehehe.

Cigarette || c.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang