27. Black - Daveana

1K 31 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Si Hitam!

Di sini tak ada pagi, karena pagi, siang, sore ataupun malam tetap berwarna sama. Di sini tak ada waktu, sebab waktu memang tak ada guna. Butir-butir waktu yang seharusnya menjadi pergantian siang-malam bahkan tak pernah terjadi. Siapapun yang mencoba bermain-main dengan waktu. Akan ditebas habis. Entah itu kepala, tangan, atau kakinya. Dia, tak akan selamat!

Lain hal dengan waktu, ada yang harus mengikuti aturan mainnya. Cahaya tak boleh sedikitpun masuk dalam kota ini. Cahaya ibarat suatu hal yang diharamkan ada. Dihujat mati-matian jika ada yang berani-berani mencongkel cahaya keluar dari sarangnya.

"Kau seharusnya tak berlaku seperti ini," kata perempuan tua menasihati dia. Tertunduk takut-takut untuk bersuara.

"Siapa kau? Aku, tak peduli dengan yang telah terjadi!" Dia membentak. Tangannya siap-siap mencengkeram. Matanya menembus mata perempun tua itu, tak ada yang bisa menolong. Mata itu, sinar itu, kegelapan. Perempuan itu merapuh, jatuh terduduk dengan kepala lunglai. Dia beraksi! Kepala tak berdaya itu ia cengkeram kuat-kuat, menekannya perlahan sampai pecah. Isi kepalanya ditarik, kepalanya ditebas sekali lagi dan sempurna apa yang ada di dalamnya berhamburan keluar. Tangannya, kakinya, ia cacah dengan telunjuk runcing yang selama ini menjadi senjata paling ampuh untuk siapa saja yang menghalangi aksinya. Termasuk perempuan tua malang ini!

***

Dulu, kota ini adalah kota yang penuh keindahan. Sejauh mata memandang tak ada cacat sedikitpun. Semua sempurna. Keindahan berubah semenjak dia datang. Dia menghancurkan kota. Dia menghilangkan warna secara perlahan. Burung camar yang berterbangan kini diubahnya menjadi burung hantu. Warna-warni lampu kota diubahnya menjadi lampu temaram yang hampir habis dayanya. Ah, gila! Dia benar-benar gila.

Sebulan kemudian, ah bulan? Memang ada bulan di sini? Entahlah. Tak selang berapa lama setelah dia membabi buta merajuk menghancurkan kota. Kota ini benar-benar gelap. Titik-titik cahaya sudah disumbat habis olehnya, semakin warga di sini mengorek puing-puing cahaya. Semakin dibuat gelaplah kota ini.

Kehidupan di sini menjadi hambar, tak terasa bahagia. Indah apalagi, hanya keindahan gelaplah yang ada. Itupun, jika gelap digolongkan menjadi suatu keindahan. Lampu-lampu jalan yang terlihat lebih terang dari yang lain akan dihantam. Berantakan.

***

Langit gelap, pohon hitam, daun buram, orang berlalu lalang berwarna samar-samar—entah hitam entah abu-abu. Satu dua orang bahkan terlihat hitam legam, kepalanya ada yang tak dibawa. Tangannya ada yang hilang sebelah. Itu semua ulah si hitam! Untung saja tak ia tebas habis semua badannya macam perempuan tua waktu itu. Jika tidak, habislah sudah riwayat mereka. Semua berlalu lalang mengerjakan aktivitas.

Di sudut perkebunan stoberi. Wanita cantik berambut panjang—meski kecantikannya tak dapat terlihat jelas. Setidaknya ia lebih bercahaya dari orang-orang di sini. Matanya bercahaya putih, bersih, juga indah. Tak ada yang memiliki tatapan mata seindah itu di kota ini. Dia adalah satu-satunya sumber cahaya sesungguhnya. Cahaya yang tersisa dari cahaya yang disumbat habis oleh si hitam itu. Dan si hitam itu tak akan pernah menang melawan sorot matanya. Telunjuk runcingnya yang mencacah tubuh-tubuh orang di kota ini tak akan sanggup menyentuh setiap inchi bagian tubuh wanita cantik ini untuk disakiti. Tidak akan pernah bisa!

MY FALSE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang