5 | kerudung merah jambu [re-publish]

2.1K 95 4
                                    


Motor gede Rei berhenti tepat di parkiran masjid besar di tengah kota

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Motor gede Rei berhenti tepat di parkiran masjid besar di tengah kota. Aku mengeryitkan dahi. Sementara semenit setelahnya aku dengar azan berkumandang nyaring dari speaker masjid. Aku langsung turun dari motornya, beberapa jamaah masjid melirik ke arah aku dan Rei. Aku ikut-ikutan melirik Rei. Memasang ekspresi tanda tanya besar.

"Udah, biarin aja. Salat dulu sana. Aku tunggu di sana ya," Rei menunjuk warung kecil yang jaraknya kurang lebih lima meter dari tempat kami berdiri. Aku mengangguk saja, membiarkan Rei berjalan dengan santainya. Kulihat punggungnya menjauh. Benar, Rei memang punya perlindungan seperti pria dan lembut karena kodratnya sebagai wanita.

Aku menunduk sepanjang perjalanan menuju tempat wudu. Aku lihat lagi apa yang salah dengan diriku? Tidak, tidak ada yang salah. Tidak juga dengan Rei. Penampilan Rei yang semacam itu kupastikan hanya karena rasa percaya dirinya saja. Selebihnya dia sama. Dia perempuan. Dia baik. Dia juga penyayang. Dan yang pasti dia punya perasaan. Tak pula mereka yang salah, sebab memang terkadang manusia hanya berbicara oleh apa yang mereka lihat bukan kenyataan yang mereka dapat.

Tempat wudu sudah tampak, aku memilih duduk di tepinya. Melepaskan kaus kaki yang masih tersemat. Pelan tapi pasti, aku melirik ke arah kananku. Ada yang tersenyum di sana. Perawakannya kurus, tinggi, pipinya tirus, bibir tipisnya mengembang. Kerudungnya manis berwarna merah jambu. Aku juga tersenyum melihatnya. Padahal jujur saja, aku tidak mengenal siapa yang tersenyum di ujung pandang sana.

"Assalamu'alaikum, udah mau iqamah tuh, kok belum wudu?" dia mendekat ke arahku. Lalu bersandar di dinding di hadapanku. Aku cengengesan.

"Eh, iya. Aku wudu dulu ya, BTW aku Aqila." jawabku sambil mengulurkan tangan. Dia menyambut tanganku.

"Khumaira," lembut suaranya kudengar. Aku meninggalkannya beberapa saat. Dan tak lama kemudian aku keluar dengan wajah yang basah terkena air wudu.

Aku dan Khumaira berjalan berdua di lorong masjid. Lalu naik tangga dan duduk dalam barisan saf. Khumaira tak banyak berbicara, aku pun demikian. Kupandangi kerudung merah jambunya rapi tersemat di kepala. Kakinya sama terbalut kaus kaki, pergelangannya ditutupi manset tangan. Khumaira sesekali melihatku dan tersenyum.

Sepuluh menit sudah berlangsung. Salat sudah selesai, Khumaira mundur ke belakang saf. Aku ikuti gerakan badannya. Menyandar dinding.

"Ra, kamu abis ini mau ke mana? BTW, salam kenal ya." kataku memulai. Khumaira tersenyum. Senyumnya manis. Di dekat perempuan seperti Khumaira adalah ketenangan jiwa. Dia punya aura positif yang luar biasa. Senyumnya menyemangati, tatapnya meneduhkan, tutur bahasanya membangkitkan.

"Mau pulang, La. Tadi kebetulan bawa motor mau pulang, tapi udah keburu salat jadinya berhenti dulu. Kamu sendiri? Iya La, salam kenal juga." jawabnya menjelaskan. Aku masih duduk santai. Seketika teringat bahwa Rei menungguku di bawah. Aduh lupa! Aku membatin.

MY FALSE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang