5 (New Version)

9.5K 640 3
                                    

Suara kicauan burung terdengar merdu ditempat ini. Bersahutan seakan ingin menunjukkan kicauan terbaiknya padaku. Aku terduduk nyaman diatas rumput hijau, juga dibawah pohon apel rindang yang menutupi teriknya sinar matahari siang ini. Walau suasana terasa panas, aku tidak peduli. Aku hanya ingin menentramkam perasaanku yang terasa menyesakkan.

Kedua kelopak mataku terpejam. Merasakan perasaan menggelitik yang tiba-tiba mengubah suasana hatiku dalam sekejap. Entah bagaimana aku bisa terdampar ditempat ini. Taman ini sedikit mengingatkanku dengan kejadian masa laluku yang telah lama kukubur dalam-dalam. Seakan tempat ini memang sengaja dibuat sedemikian rupa menyerupai tempat dimasa kecilku dulu. Padang rumput yang mempertemukanku dengan Ashton. Sosok lelaki yang sampai saat ini mengisi hati dan jiwaku.

Aku masih ingat percakapan terakhirku dengan sosok lelaki misterius namun memiliki ketampanan diluar batas wajar itu. Lelaki yang sama, yang mengalami kecelakaan mobil dan membuatku tak sadarkan diri lalu akhirnya berada dirumah serba mewah dan megah miliknya dengan puluhan pelayan yang mengisinya. Aku tak bohong kala kukatakan ia memiliki rumah mewah nan megah yang dengan sekali lihat saja sudah kuketahui keberadaannya bahwa ia bukan orang biasa. Terlebih dengan adanya puluhan pelayan yang setia berjaga dimasing-masing tempat tertentu. Ia bahkan menugaskan lima orang pelayan wanita untuk memenuhi segala keperluanku selama aku berada dirumah ini. Dengan tiga diantaranya ia perintahkan sebagai pengawal, dan dua lainnya sebagai pelayan pribadi khusus untuk diriku seorang.

Aku tahu ini semua berlebihan, namun aku tak bisa menolak segala ucapan yang keluar dari mulut lelaki itu. Seakan ia mempunyai magnet tinggi untuk orang-orang disekitarnya sehingga akan patuh dengan apapun yang ia katakan juga perintahkan. Pikiranku terus terpusat pada sosok lelaki misterius yang belum kuketahui namanya. Aku terus berasumsi bahwa ia adalah sosok yang sama dengan lelaki dimasa kecilku dulu. Ashton. Aku mempunyai feeling yang kuat bahwa keduanya memang orang yang sama.

Pikiranku melambung jauh kedalam percakapan antara diriku dengan lelaki misterius tanpa nama itu.

****

"Hai."

Ia berdiri disana. Tinggi menjulang, seakan menunjukkan eksistensinya kepadaku. Mata kelam sehitam malam terus menatapku, menyusuri wajahku hingga pipiku yang memerah semakin memerah dibuatnya. Surai hitam itu sama seperti matanya. Hitam, hitam yang memabukkan. Membuat siapapun yang melihatnya akan terbuai mesra melihat perpaduan tak terpisahkan lelaki misterius itu. Ia saat ini berdiri tepat didepanku yang masih terduduk kaku diranjang tempat tidur.

"Jangan melamun."

Mataku membulat seketika saat perkataannya membawaku pada sebuah kilasan memori yang terjadi sama persis seperti kejadian ini. Tatapanku berubah sendu kala kulihat sosok lelaki didepanku untuk memastikan semua keraguan dalam hatiku. Apakah ini bernar-benar dirinya? Semudah itukah Tuhan mempertemukan diriku kembali dengan dirinya?

Kuteguhkan hatiku, bahwa sosok keduanya memanglah orang yang sama. Ya, lelaki ini adalah dirinya.

"Ashton, kaukah itu?"

Tak ada respon darinya. Aku menunggu masih dengan keadaan hati yang bergejolak resah. Menahan diri untuk tidak membombardir dirinya dengan sejuta pertanyaan yang bisa menguatkan kepercayaanku bahwa ia memang lah Ashton. Sosok keduanya terlihat sama persis. Aku masih mengingat dengan jelas sosok kecil Ashton yang dulu tersimpan rapi dalam catatan otakku. Kubandingkan sosok keduanya dan aku tak menemukan cela untuk meruntuhkan pemikiran bahwa sosok lelaki misterius ini memanglah sosok yang sama.

Ia terdiam. Seperti meresapi pertanyaanku. Aku tak menemukan guratan ekspresi kaget ataupun sejenisnya, yang kutahu ia masih belum menyiapkan kata untuk menjawab pertanyaan dariku yang kukira terlalu mendesak dihari pertama kami sama-sama bertemu dalam keadaan normal.

Didetik selanjutnya, ia masih diam. Aku pun juga melakukan hal yang sama. Keterdiaman ini ternyata tak berniat untuk ia sudahi. Aku tahu aku yang telah menciptakan atmosfer kurang nyaman diantara kami, tak tahan dengan ini semua akhirnya kuputuskan untuk mengatakan hal-hal yang kupikir bisa memutuskan keadaan tegang yang tiba-tiba tercipta akibat pertanyaan bodohku beberapa saat lalu.

"Eh, hmm. Tak usah dipikirkan. Aku hanya bercanda."

Aku berusaha mencairkan suasana. Aku tahu ia sama terganggunya denganku akibat pertanyaan aneh yang coba ku ungkapkan padanya. Namun tak ada ekspresi yang bisa kutangkap dari dirinya. Semuanya terkendali. Ia berlaku sangat bersih dan terkontrol. Aku yang sebelumnya sangat suka membaca ekspresi wajah seseorang kini tak lagi bisa mengaplikasikan pada dirinya.

Diluar dugaanku, ia tersenyum. Sangat lembut dan hangat. Mataku membola kaget melihat ketampanannya yang terlihat jauh lebih parah dari sebelumnya. Degupan jantungku semakin lama kian terasa menyakitkan. Selanjutnya, suara dalam nan seraknya membuai telingaku lembut.

"Kau bisa memanggilku sesukamu. Ashton? Not bad, Aley. "

Kini giliran diriku yang dibuat terdiam dengan perkataan sosok misterius didepanku ini. Aku tak tahu alasan tepatnya mengapa diriku menjadi terdiam tanpa kata. Apakah karena ia memperbolehkanku memanggilnya dengan Ashton, ataukah dirinya yang menyebutku dengan nama 'Aley'. Bahkan orang tuaku saja--ehm, maksudku keempat orang tuaku--tak pernah memanggilku dengan nama itu. Mereka cukup memanggilku Aleyna. As simple as that. Kupikir karena nama 'Aleyna' terlalu susah untuk sosok misterius itu sebutkan? Berbagai spekulasi bermunculan dalam pikiranku.

"Aley? not bad, Ashton."
Ucapku membalas perkataannya. Diluar dugaan, ia terkekeh pelan. Seakan ucapanku terlihat sangat menghiburnya. Padahal aku hanya berusaha untuk mencairkan suasana. Sementara ia tertawa halus, aku semakin mengagumi sosok misterius ini. Ia semakin mengingatkanku dengan sosok Ashton kecil. Dalam ingatanku yang masih berbekas, jelas kuingat tawa keduanya yang sama. Ringan, memberikanku perasaan hangat. Hanya dengan mendengar tawanya saja kuakui satu hal, bahwa sosok didepanku ini memanglah sosok yang sama dengan Ashton kecil. Keduanya orang yang sama! Kuyakin itu.

"Daripada memanggilmu dengan panggilan yang kusuka, aku lebih tertarik untuk mengetahui nama aslimu, Ashton." Ucapanku jelas memberikan pengaruh yang tidak sedikit pada sosok ini. Aku tahu itu. Walaupun aku tak bisa membawa raut wajah sejelas aku membaca raut wajah orang lain, aku tahu ia sedikit terganggu dengan keinginanku yang ingin mengetahui nama aslinya. Well, apakah ini terlalu sulit? Aku hanya ingin tahu nama aslinya saja. Seandainya dia memang bukan Ashton, aku akan menghargai hal itu. Walaupun sulit bagiku untuk menerima kenyataan nanti. Hatiku terus meneriakkan bahwa ia adalah Ashton.

"Aley, aku minta maaf."

Sedetik setelahnya aku bertanya-tanya kenapa ia harus minta maaf padaku. Namun perkataan selanjutnya membuatku terdiam seketika.

"Aku berharap kamu bisa memanggilku Ashton saja."

Sedih.

Tentu saja. Sepertinya memang ada yang disembunyikan dari sosok misterius namun memiliki ketampanan diluar batas normal ini. Kuputuskan untuk memberikannya senyuman terbaikku. Berharap ia bisa sedikit saja merasa nyaman didekatku atau hanya sekedar nyaman melihatku. Entahlah, aku tiba-tiba merasa begitu kacau. Melihat dirinya yang enggan memberitahuku nama aslinya, sedikit banyak berpengaruh pada diriku.

"Baiklah... Ashton."

****

"Nona, matahari semakin terik. Tidakkah nona mau masuk kedalam dan mendinginkan diri?"

Kedatangan dua orang berpakaian serba hitam datang memecah lamunanku tentang 'Ashton' dan kejadian pagi tadi. Mereka adalah dua orang pelayan yang sebelumnya kuceritakan. Aku masih belun mengetahui nama mereka masing-masing. Entahlah, tiba-tiba saja aku jadi merasa sedikit takut untuk bertanya tentang nama seseorang lagi. Kejadian kala itu sepertinya berdampak pada kondisi psikisku.

Tanpa banyak kata, aku mengangkat tubuhku dan dengan segera melangkahkan kakiku untuk pergi dari taman ini. Masuk kedalam rumah megah itu dengan resiko bertemu Ashton.

Aku yakin, saat ini bukanlah waktu yang tepat.

~~~~

Publish new chapter lebih cepat kali ini^^

Oh iya jangan lupa like, comment and if you enjoy my story just follow akun aku yaa...

find me on ig: sarahrmdhnia34

Salam Grace?!

[MWS:1] A Werewolf Boy (New Version) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang