PART 15.3 - Maafkan Aku

Start from the beginning
                                    

Valeria merasa itu adalah saat yang tepat untuk membantu Sean.

"Biar aku saja yang membantu memandikannya." Valeria menaikkan lengan bajunya. Semua menoleh menatapnya dengan heran. Ia membeku.

Apa ia salah bicara?

"Adik keluarganya?" perawat itu menatapnya dengan bertanya-tanya.

"Aku is.."

"Aku tidak perlu bantuanmu, Valeria! Lakukanlah kegiatan lain yang bisa kaulakukan. Jangan menggangguku!" Sean membentaknya.

Valeria terdiam sambil mengerjap-ngerjap menatap mereka. Ia merasa malu. Haruskah Sean membentaknya seperti itu di hadapan perawat-perawat ini?

Perawat-perawat tadi menatap situasi mereka dengan canggung. "Benar, Dik. Biar kakak perawat ini saja yang membantu." Perawat wanita itu menunjuk temannya. " Kita kan wanita, jadi pasti tidak kuat untuk memapah orang sakit." Perawat wanita itu lalu menutup tirai di sekeliling tempat tidur Sean.

Benar juga. Ia tidak mungkin kuat menahan tubuh Sean. Bisa-bisa ia malah membuat Sean terjatuh dan bertambah parah. Ia hampir lupa bahwa dirinya berbakat membuat Sean celaka.

Beberapa menit kemudian perawat-perawat itu sudah menyelesaikan pekerjaan mereka dan keluar ruangan. Sean sudah berganti piyama yang baru, meski dengan warna yang sama. Rambutnya juga sudah disisir. Ia terlihat lebih rapi sekarang, meski gips di tangan kanannya membatasi gerakannya. Valeria menghampirinya dan tersenyum sedikit. Sean menoleh sebentar dengan heran lalu memalingkan wajahnya kembali.

"Kau ingin makan apa pagi ini?" Valeria bertanya dengan riang. "Aku akan membelikannya untukmu, kalau kau tidak ingin makan makanan rumah sakit."

"Tidak perlu. Aku sudah titip pada Mama. Sebentar lagi ia kemari." Sean menjawab.

Sean sepertinya tidak dalam mood yang baik untuk diajak berbincang-bincang. Valeria mengerti tidak ada orang yang bisa gembira dalam keadaan sakit. Hanya saja ia ingin membuat Sean tidak merasa bosan disini. Ia ingin menghiburnya.

"Kau ingin menonton televisi? Aku pilihkan acara yang kausukai, ya?" Valeria berlari ke meja di samping sofa mengambil remote televisi.

"Tidak." Sean menjawab singkat.

"Atau kau ingin membaca majalah? Mungkin koran? Aku belikan untukmu di bawah." Valeria ingat Sean selalu membaca koran di pagi hari, sama seperti ayahnya juga di rumah.

"Tidak bisakah kau diam saja?! Jangan menawarkanku macam-macam lagi kecuali aku memintanya." ucapan Sean terdengar ketus.

Valeria menutup mulutnya dan menghela napas. Ia kelihatannya hanya membuat Sean bertambah kesal.

Akhirnya ia melanjutkan kembali membaca bukunya dan memilih duduk di kursi di samping tempat tidur Sean. Sean membuang mukanya ke arah lain.

"Sean, bagaimana keadaanmu hari ini? Mama bawakan makanan pesananmu. Ayo dimakan." Marinka datang bersama Pak Dira membawa bungkusan makanan. Valeria mengamati bungkusan itu.

Isinya ternyata gurami pesmol dan tumis daun labu serta beberapa makanan pelengkap lainnya. Apakah Sean menyukai masakan Indonesia? Valeria berpikir keras. Ia harus mencatat segala kesukaan Sean mulai hari ini.

Marinka menoleh pada Valeria. "Valeria kau juga harus makan. Kau belum makan bukan? Mama sudah beli banyak."

Valeria tersentak. Ia sangat malu. Ia pasti terlihat menatap makanan itu dengan terang-terangan. Ya ampun! Ia sudah merusak imejnya sendiri di depan mertuanya. Wajahnya memerah. Mertuanya pasti akan mengecapnya tukang makan....

(END) SEAN AND VALERIAWhere stories live. Discover now