Tetapi melihat Alvina dengan mudahnya tertawa lepas, mendadak naluri yang sudah lama hilang seakan berontak ingin keluar. Nizar ingin seperti Alvina tertawa lepas.

"Andi.. Dimana Alvina? Apa dia sudah ada di dalam bus?" tanya Nizar di depan lobi. Rombongan sudah selesai sarapan pagi dan beriringan menuju mini bus. Romantis sekali mereka semua, membuat iri.

"Wah bos sepertinya Mbak Alvina tidak ikut. Tadi dia pesan sama saya mau menikmati fasilitas hotel saja dan mencari oleh-oleh di dekat sini. Dia malas pergi jauh lagi." Nizar menaikkan alisnya. Jadi dia akan pergi tanpa melihat Alvina di dekatnya? Untuk apa dia menjadi benalu dari berbagai macam pasangan suami istri?

"Ya sudah saya juga tidak ikut. Silahkan berangkat lebih dulu. Saya akan menemani Alvina." Andi menyengir seolah faham.

"Iya bos. Semoga berhasil pendekatannya. Anda berdua cocok." Nizar mendadak sombong akan pujian Andi. Dia memang cocok dengan Alvina..

Cocok yah? Sayang gadis kenyal itu masih marah. Sungguh bodoh gadis itu tidak menyadariny, dasar gadis cengeng. Oups salah, gadis cantik. Nizar perbaiki tata kramamu.

Hingga siang Nizar memang menunggu sosok Alvina di depan kamar. Dia menunggu dilobi jikalau Alvina memang berniat keluar. Ada rasa khawatir sebenarnya, tapi dengan mendatangi kamarnya dirasa akan membuat Alvina takut dan kembali meluapkan emosi. Sepertinya kurang sopan. Mengingat mereka tidak punya status akrab lebih dalam.

Tapi kan Alvina pernah seenaknya menggedor kamar dan berbuat tak baik di ranjang miliknya. Mengotori dengan butiran debu yang menempel di alas kakinya, belum lagi bantal yang dilempar ke bawa lantai. Dan yang paling tak diterima Nizar adalah isi kepala Nizar yang dibuat kacau hingga pagi karena keharuman Alvina masih menempel jelas di ranjang itu.

Sayang sampai detik ini Alvina tidak tahu, padahal saat itu bisa saja Nizar berbuat di luar kendalinya. Wanita mabuk datang ke kamar pria bujang yang sekuat tenaga menahan kebutuhan gairah. Apa namanya kalau bukan sialan berungtung bagi Alvina? Tidak ada goresan hati atau kecelakaan klasik dari kondisi seperti itu. Dewi fortuna ada pada Alvina.

Sayang Alvina tidak tahu..

Nizar masih saja menunggu, sudah setengah hari yang ia lakukan hanya duduk tak jelas di sofa lobi. Sia-sia, membuang waktu dengan percuma. Ini sangat bukan Nizar sekali, tetapi demi Alvina ia rela melakukannya.

Perlukah Nizar memanggil dirinya untuk turun ke bawah? Bilang saja pihak hotel memaksa karena ada latihan penanggulangan bencana darurat. Jelas Alvina tidak akan percaya, memangnya ini negara darurat bencana.

Tapi kalau di diamkan saja semakin membuat hati Nizar khawatir. Bisa saja Alvina ternyata sedang sakit. Susah berdiri bahkan merangkakpun tak mampu.

Bagaimana kalau Alvina keracunan makanan? Dia sakit muntah darah dan tenggelam saat berendam di dalam bath up? Segala kemungkinan bisa terjadi.

Atau bisa juga Alvina menghirup gas beracun dari dalam kamar mandi.

Mendadak Nizar berdiri, berlari menuju lift untuk menghampiri sumber kekhawatirannya. Urusan bagaimana reaksi Alvina nanti itu belakangan. Ia hanya butuh kepastian atas keselamatan Alvina.

Dor.. Dor..

Ting.. Tong..

Dor.. Dor..

My Apple Where stories live. Discover now