Tetap, ia menuruti perkataan gue, kemudian membuka mulutnya lebar lebar, membuat gue menyikat giginya perlahan lahan, seperti yang gue janjikan padanya.

"Gigi lo kecil kecil banget, sih." Heran gue. "Ini baru kedua kali gigi lo begini atau sebelum dicabut calum udah pernah?"

"Baru pernah dua kali" jawabnya. "Jangan dicopotin ya kak, nanti aku nggak punya gigi."

Gue tertawa geli mendengar penuturannya.
"Ya nanti tumbuh lagi, Ka. Lebih gede numbuhnya malah."

"Boong" gelengnya. "Kakek kakek deket sekolah aku giginya copot banyak, nggak numbuh lagi."

Ya elu jangan nyamain sama kakek kakek lah, ka, ka...

"Itu lain cerita" gue mengayunkan tangan gue acuh. "Udah. Kumur kumur, gih."

Kaka mengangguk, melakukan apa yang gue perintahkan dengan segera. Ternyata, dia bisa juga nurut meski nggak lagi sakit. Gue kira, kalau udah sehat, balik lagi jadi setan.

"Masuk bak, sana. Gue mau cukuran dulu" ujar gue, yang kini lanjut mengolesi krim di wajah, membuat Kaka menoleh ke arah gue.

"Cukuran itu ngapain, kak?" Tanyanya, menatap gue intens, kemudian tertawa kecil.

"Kakak mirip santa!" Tawanya. "Aku mau pegang dong, kak! Boleh nggak?"

"Ngapain?" Tawa gue balik, yang menahan tangannya untuk memegang krim di wajah gue. "Kaka, nggak ah! Gue bukan santa!"

"Lucu!" Ia kali ini memanjat di porselen, duduk disana. "Aku mau bantuin dong, kak!"

"Bantuin apaan? Nyukur?" Tanya gue, yang dianggukinya.

"Tapi aku mau kayak kakak juga!" Senyumnya, menunjuk wajah gue yang udah dipenuhi dengan krim.

"Mau jadi santa juga?" Senyum gue gemas, yang akhirnya dianggukinya.

Dan kalah dengan ekspresi wajahnya, akhirnya gue ikut memakaikannya krim wajah, membuatnya sedikit sedikit tertawa kegelian lantaran gue pakaikan itu.

"Aku adeknya santa!" Serunya sembari berkaca, yang langsung membuahkan pikiran pada gue untuk memotretnya, atau kalau bisa, memotret kami berdua. Entahlah, maksud gue, kapan lagi gue bisa tampil kompak bareng dia? Kalau dia udah gede, belum tentu masih mau begini. Iya, kan?

"Diem dulu, Ka! Jangan dipegang dulu jenggot santanya!" Ujar gue, yang langsung bergegas ke kamar, mengambil kamera. Persetan dikira gila sama orang rumah lantaran jalan jalan nggak pakai baju.

"Kaka!" Panggil gue, memfokuskan lensa kamera padanya. "Lihat sini!"

Manusia kecil dengan 'jenggot'-nya tersebut menengok, dengan cepat memasang ekspresi yang sepertinya senyum, namun malah terlihat seperti orang nahan boker.

Gue tertawa, dengan sigap kali ini memposisikan kamera di depan kami berdua.

"Pasang gaya, Ka!" Seru gue, yang nggak ngerti kenapa mendadak jadi semangat. "Gue setting foto 4 kali!"

Kaka mengangguk, kemudian mencium hidung gue dengan segera, karena itu adalah spot yang nggak terkena krim wajah.

Krek!

Gue mencorengkan krim wajah di hidung Kaka,

Krek!

Kaka gantian melakukan hal yang sama pada gue,

Krek!

Terakhir, gue menumpukan kedua tangan gue pada kepalanya, membuat ia terlihat seperti meja gue sekarang. Taruhan, air mukanya pasti aneh aneh. Gue juga, sih. Hehe.

Kakak • lrhΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα