28. Angin Lalu

2.4K 99 128
                                    

Melihat Jessica memeluk Zedd membuat Ara merasa sedikit tidak nyaman. Zedd yang melihat reaksi Ara langsung spontan melepaskan pelukan Jessica.

"Ikut gue," kata Zedd pelan sambil menarik Jess menjauh dari Ara. Sedangkan Ara mencoba untuk tidak mempedulikan mereka berdua.

"Gue kangen lo," kata Jess pelan dengan mata berkaca-kaca.

"Gue kira dengan pergi gitu aja, lo bakalan nyariin gue....tapi nyatanya enggak." suara jessica bergetar.

Zedd diam, perasaan bersalahnya pada gadis di depannya itu masih sangat besar.

"Gue nyoba buat lupain lo, tapi gue gabisa. Gue gabisa lupain malam itu...."

"Jess!" kata Zedd nyaris menyentak.

Jess tersenyum meremehkan, "Kenapa? lo nyesel?"

Zedd membuang muka dan kembali diam.

"Lo jahat!" maki Jess dengan berteriak, air matanya kini sudah sukses membasahi kedua pipinya.

Ara yang mendengar teriakan Jess penasaran, diam-diam Ara menguping pembicaraan mereka berdua.

"Jahat aja gue segini cintanya sama lo, apalagi kalau lo sedikit lebih baik."

"Jess lo udah tahu gue gabisa sama lo," jawab Zedd pelan nyaris dingin.

"Iya tapi kenapa? Lo ga pernah kasih tau alasannya!" teriak Jess murka.

Lagi-lagi Zedd kembali diam, tidak mungkin dia mengatakan kalau alasannya selama ini karena Sam. Kembarannya itu begitu mencintai Jess.

"Jujur aja, dulu gue berharap hamil biar lo bisa sama gue. Tapi sayangnya semua itu ga terjadi. Lo boleh bilang gue cewek gila karena berharap hamil di umur 16 tahun, tapi gue bener-bener pengen."

Ara kaget, refleks menutup mulutnya. Dia cukup pintar untuk menyimpulkan apa arti dari perkataan Jess barusan. Ara tidak menyangka Zedd pernah melakukan hal yang tidak seharusnya sedini itu. Seperti tidak cukup, kini Ara dikagetkan dengan kedatangan Sam tiba-tiba.

"Ayo pulang." Sam membujuk Jess dengan suara yang sangat halus.

"Sam gue mohon, ini urusan gue sama Zedd," tolak Jessica.

"Ayo pulang," kata Sam lagi masih dengan nada yang sama.

Zedd membalikkan tubuhnya hendak meninggalkan Jess dengan Sam, namun pergerakannya ditahan Jess. Zedd menepis tangan Jess kasar sampai membuat Jess tersungkur ke tanah, Sam yang melihat itu tersulut emosinya.

Dengan langkah kaki yang lebar Sam menghampiri Zedd dan hendak melayangkan bogeman mentah untuk Zedd namun terhenti karena teriakan Jess yang meminta Sam tidak memukul Zedd.

Sam mendorong tubuh Zedd dengan kesal, "Cowok kaya gini yang lo kejar-kejar dari dulu? Cowok brengsek yang bahkan ga pernah ngehargain lo sebagai seorang cewek?" tanya Sam marah.

"Lo tau gue cinta sama dia, Sam," jawab Jess dengan suara serak.

"Selama ini gue apa? Gue cinta sama lo, kenapa lo ga pernah liat gue? Bahkan tampang gue mirip sama bajingan itu, tapi kenapa lo ga bisa?" tanya Sam dengan emosi yang meluap-luap.

"Kalian beda," jawab Jess.

Sam tersenyum miring, demi apapun dia benar-benar benci pada kembarannya itu, "Apa gue harus nidurin lo dulu biar lo inget sama gue?" tanya Sam kasar.

Hening, tidak ada jawaban dari Jess maupun pembelaan dari Zedd.

"Ayo pulang," ajak Sam lagi setelah emosinya sudah dirasa kembali stabil.

***

Sebulan sudah berlalu jika dihitung dari sore itu, disaat Ara sadar kalau dia hanyalah sebuah angin lewat di kehidupan Sam dan Zedd. Karena sebenarnya ada seseorang yang sudah terikat di kehidupan mereka sejak dulu.

Sore itu Jess pulang bersama Sam meninggalkan Zedd yang berubah menjadi dirinya saat pertamakali datang kerumahnya. Dingin dan tidak tersentuh. Sam lebih sering keluar rumah dan selalu diam saat di rumah, lalu seminggu kemudian Zedd pergi dari rumah dengan alasan rumahnya sudah selesai dibangun.

Semenjak hari itu, Zedd dan Sam sudah tidak terdaftar lagi menjadi murid di sekolahnya.

Sedangkan Sam, lelaki itu bahkan lebih parah. Dia seperti tidak mengenal Ara yang sampai saat ini masih berstatus sebagai pacarnya. Ara begitu terpukul, perasaannya seperti dipermainkan oleh kedua saudara kembar itu.

"Ra, lo ga apa-apa? Dari tadi makanannya cuman di liatin doang, lo ga suka?" pertanyaan Ian menyadarkan Ara dari lamunannya.

"Gue ga apa-apa ko," jawab Ara dengan memaksakan senyumnya.

"Sebenernya gue gamau bahas ini, tapi gue mohon Ra, kalo lagi sama gue jangan mikirin Sam."

"Maaf," jawab Ara tidak enak, "Ian, gue pulang duluan ya, gue lagi gaenak perut."

"Gue anter...." jawab Ian terpotong karena melihat Ara yang sudah pergi.

***

Dinginnya angin malam menemani perjalanan Ara, ditatapnya rembulan cerah yang membulat sempurna.

Ara tersenyum getir mengingat apa yang telah terjadi padanya selama kurang lebih empat bulan ini. Rasanya semua seperti mimpi yang tidak akan pernah berlanjut karena dirinya sudah bangun ke dunia nyata.

Ara juga dikejutkan pengakuan Papa yang mengaku sedang sakit. Rasanya itu lebih sakit dibanding dengan kepergian Sam dan Zedd di kehidupannya.

Ditatapnya arloji yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam dengan malas, dirumah juga engga ada siapa-siapa pikirnya.

"Heh wanita malam!" panggilan itu membuat Ara membalikkan tubuhnya dengan kesal.

"Lo kalo manggil yang sopan dikit bisa kali!" jawab Ara ketus.

Lelaki itu tertawa tanpa dosa, "Lagian udah malem gini lo masih keliaran di jalanan kaya lagi nungguin om-om," balas lelaki itu.

"Sialan!" umpat Ara.

"Cepet naik, lo tidur di apartemen gue aja kalo gamau pulang ke rumah. Gue rela tidur di sofa malem ini."

Ara mendengus sebal sebelum masuk ke dalam mobil. Di perjalanan Ara tidak berbicara sepatah katapun. Dia bahkan tidak protes saat lelaki itu bernyanyi ria dengan suara sumbangnya.

"Raf, bantu gue lupain mereka," kata Ara tiba-tiba.

"Lo yakin?" tanya Raffa.

"Iya," jawab Ara.

"Oke," balas Raffa dengan senyuman yang berbeda dari biasanya. Setelah itu, Raffa mempercepat laju mobilnya.

-Selesai-

Between The TwinWhere stories live. Discover now