12. Perasaan Sakit

1.1K 83 5
                                    

"Sialan!" umpat Samael setelah melepaskan ciumannya dengan gadis seksi berambut merah itu, siapa orang sialan yang menganggu aktifitasnya dengan menelepon di saat yang sangat tidak tepat.

Sam melihat nama Zadkiel tertera di layar handphonenya. Dengan malas Sam mengangkat teleponnya dan pergi meninggalkan gadis berambut merah yang kini sedang bergelayut manja di lengan lelaki lain.

"Apa!"

Lo lagi sama Ara kan? Mana dia? Gue mau ngomong sesuatu, gue telepon ke nomornya kaga di angkat.

Sam merutuki dirinya sendiri karena lupa telah membawa Ara yang -mungkin- masih polos ke tempat seperti ini.

"Dia lagi ke toilet. Nanti gue kasih tau, ada apa?"

Om Dion ga pulang malam ini.

***

Setelah mematikan sambungan secara sepihak, Sam turun ke bawah untuk membawa Ara pulang.

Ia mulai panik ketika gadis yang duduk di sofa bukanlah Ara melainkan Della.

"Sam, pacar lo mana? Ini hape dia ketinggalan, tadi ada yang nelepon ga ke angkat sama gue,"  katanya.

"Lo tau dia kemana?" tanya Sam setelah mengambil handphone Ara.

"Tadi dia bilang mau nyamperin lo ke atas, emang ga ketemu? Udah lumayan lama padahal," jawabnya.

Sam langsung melangkahkan kakinya ke lantai atas, pikirannya kacau. Bagaimana jika ada lelaki yang membawanya ke dalam kamar?

Setelah Sam yakin tidak menemukan Ara di lantai dua, ia mencari ke lantai tiga. Sam membuka semua pintu kamar yang ada di lantai itu dan sedikit bisa menghela napas lega karena tidak menemukan Ara di kamar manapun.

Kini Sam sudah berada di lantai empat, Sam melihat kearah rooftop. Tidak disadari tangannya mengepal saat melihat pemandangan yang ada didepannya.

Sam melihat Gery memeluk dan menciumi leher gadisnya. Gadisnya? Mungkin Sam sudah gila dengan menyebut Ara gadisnya. Tapi Sam tidak peduli, ia berjalan dengan cepat ke arah mereka berdua dan dengan satu tarikan, Ara terlepas dari pelukan Gery.

Setelah itu Sam memukuli Gery tanpa ampun, jika saja Ara tidak memintanya untuk mengantarnya pulang maka Sam tidak yakin kalau ia tidak akan membunuh Gery, sekalipun Gery adalah temannya.

***

(Ara P.O.V)

Setelah meminta Sam untuk mengantarku pulang, aku tidak mengeluarkan sedikitpun suaraku. Begitu juga dengan dia, dia terlihat seperti kesurupan saat memukuli lelaki tadi dan kini dia terlihat sangat marah, terlihat dari rahangnya yang mengeras dan kecepatan mobil ini.

Mengapa dia yang marah? Harusnya aku yang marah karena dia sudah melupakanku dan juga lelaki tadi yang sudah kurang ajar.

Ku perhatikan Sam mengendarai mobil ini ke dalam sebuah parkiran bawah tanah sebuah apartemen terbesar di kota ini. Ingin sekali rasanya protes kepadanya, tapi apa daya, aku terlalu gengsi untuk memulai obrolan.

Sam keluar dari mobilnya dan dengan cepat membukakan pintu lalu menarikku kasar untuk mengikutinya masuk ke dalam apartemen. Tenagaku sudah habis untuk memberontak darinya.

Kami masuk ke dalam lift dan ku lihat Sam menekan angka 23. Didalam lift Sam masih memegang tanganku erat, tidak akan aneh jika nanti kudapati pergelangan tanganku berubah warna.

Setelah sampai di lantai 23, Sam menarikku masuk kedalam sebuah unit apartemen. Aku sempat tertegun sebentar karena melihat betapa mewahnya interior yang ada disini. Ruangan serba hitam putih ini membuatku terkagum-kagum.

Between The TwinWhere stories live. Discover now