8. Ian

1.3K 107 4
                                    

Kulihat motor Sam sudah menghilang dari pandanganku tapi entah mengapa rasa kesal itu masih terasa.

"Nih pake helm!" kata Zedd memberiku helm berwarna hitam, karena masih kesal aku tidak sadar kalau aku memakainya sambil manyun-manyun.

Zedd sudah melajukan motornya, cara Zedd membawa motor lebih halus dari Raffa, itu membuatku merasa lebih aman untuk nebeng ke Zedd dari pada ke Raffa. Setidaknya sampai Zedd pindah rumah.

"Tinggal bilang doang," kata Zedd tiba-tiba.

Aku memajukan kepalaku untuk mendengarkan apa yang barusan Zedd maksud dengan lebih jelas, "Hah apaan?" tanyaku.

"Kalo lo mau pulang bareng Sam, lo tinggal bilang aja ke dia," jawab Zedd.

Apa-apaan si Zedd ini, siapa juga yang mau pulang bareng Sam. Udah kapok gue disuruh pulang sendiri sama si Sam.

"Idih siapa juga yang mau nebeng ke orang super nyebelin kaya dia!" kataku ketus.

Zedd diam saja, tidak merespon kata-kataku. Aku tidak suka sifat Zedd yang satu ini. Selalu diam, datar, tidak peka, dan yang pastinya tidak peduli.

"Tuh kan lo mulai diem lagi!" kataku dengan suara keras agar dia bisa mendengarnya dengan jelas tapi Zedd tetap diam, seakan-akan aku tidak berbicara padanya.

"Ptak!" saking kesalnya aku sampai memukul kepalanya, aku kira dia akan berhenti dan marah-marah padaku sama seperti yang pernah Raffa lakukan, namun nihil. Dia tetap saja melajukan motornya seperti biasa. Sesampainya di rumah juga, Zedd langsung masuk ke kamarnya seakan-akan aku tidak ada.

***

( Author P.O.V)

Ara tidak bisa tidur, ia memutuskan untuk menonton TV. Ara melihat Zedd yang sedang menonton dari atas, ia sudah lupa dengan kejadian tadi sore di motor.

"Lo belum tidur?" tanya Ara basa-basi sambil duduk di sebelah Zedd.

Zedd tidak terlalu terganggu dengan datangnya Ara, "Belum," jawabnya datar seperti biasanya.

Ara menghela napasnya lega, ia pikir Zedd akan marah-marah dan menyuruhnya pergi atau paling tidak Zedd yang akan pergi. Tapi nyatanya dia hanya diam tidak terlalu memikirkan keberadaan Ara di sampingnya, Ara rasa Zedd tidak sedingin yang dia pikirkan selama ini.

Ara melihat ada sebotol kola yang isinya masih lumayan banyak, ia berinisiatif untuk memintanya. "Yehey ada kola, bagi ya!"

Zedd melirik sekilas ke arah Ara dan memperbolehkannya dengan sebuah anggukan.

Lagi-lagi sikap Zedd membuat Ara berpikir kalau ia dan Zedd bisa berteman, siapa sih yang tau isi hati orang? Sikap dinginnya hanya sebuah pawang dari kehangatan yang sebenarnya. Kamu baru bisa merasakannya setelah berkali-kali merasa kedinginan. Kira-kira seperti itulah yang sedang Ara pikirkan sekarang.

"Zedd," kata Ara mencoba membuat sebuah percakapan. Dilihatnya Zedd yang sedang fokus pada layar TV, ia malah lupa tujuan sebenarnya kesini adalah untuk menonton.

"Hmm," jawab Zedd kalem.

"Gue udah bilang belum kalo lo tuh cowok terdingin di kelas?" tanya Ara hati-hati takut membuat Zedd marah.

Zedd menoleh ke arah Ara lalu mata hazelnya melihat ke arah langit-langit rumah seperti sedang mengingat-ingat sesuatu.

"Seinget gue belum," jawabnya datar.

Mendengar jawaban polos dari Zedd membuat Ara reflek menepuk dahinya sendiri.

"Bukan itu maksud gue ih! Ga peka banget sih!" kata Ara.

Between The TwinWhere stories live. Discover now