28

2.5K 276 8
                                    

Note: check mulmed guys + play lagunya

"-Trying to forget is too hard. Trying to love someone never place in your heart is so much hurt. But, look in the mirror. Who is your seeing now? Its you. You who always being hurt and loving alone. Why dont you try to love someone that love you like he love his self? Thinking about it.-"

Semua tentangnya begitu sempurna. Sampai aku menganggap bahwa dia hanyalah sosok fana yang tak bisa ku gapai. Memilikinya adalah hal yang ku inginkan. Menjadi miliknya, adalah sesuatu yang bisa membuatku menjadi orang paling bahagia di dunia ini.
Berulang kali ku katakan pada diriku untuk tidak melihat matanya. Berulang kali aku katakan untuk tidak jatuh cinta padanya. Tapi sia-sia. Dia begitu menarik. Mengguncang hatiku. Sisi manapun ku lihat, dia tetap sempurna. Seakan-akan dia abadi. Walaupun tidak. Aku mencoba menggenggam nya, menahannya, dan menarik diriku darinya tapi tetap tidak bisa. Ini gila. Nafasku seakan habis hanya dengan mencium aroma tubuhnya yang memabukkan. Pikiranku kacau karena wajahnya berada di jarak yang dekat denganku. Aku candu dengan senyumnya.

Dan sekarang, dengan berat hati, kini ku bakar semua kenangan itu dan membiarkannya menjadi abu.

Hembusan angin dingin membawa kenangan itu pergi dan hilang entah kemana. Aku terduduk di tanah bersalju. Menangis dengan guncangan yang hebat. Sakit yang kurasa enggan hilang dan pergi. Angin dingin di sekelilingku, memaksa dan menusuk sampai ke tulang rususkku.

Ku tadahkan kepala menghadap langit. Melihat bintang-bintang yang mulai meredup sinarnya. Bulan purnama mulai hilang di balik awan hitam.

Butiran salju tak hentinya mendesak dan turun ke bumi. Menjatuhi puncak kepalaku. Membuatku menggigil setengah mati.

Bibirku hanya memanggil namanya. Seruanku hanya memanggil namanya yang indah.

Dadaku sesak. Tangisanku semakin menjadi. Aku menjerit dalam hati. Menyaksikan bayangan Taehyung yang hilang bersama dengan bisikan salju yang bising.

Hatiku bertekad. Mulai detik ini. Saat ini juga, aku akan bersungguh-sungguh dengan Jimin. Aku akan melupakan Taehyung dan bersikap seolah tak ada apapun yang terjadi diantara kami sebelumnya.

Aku berdiri. Melihat sekilas kotak yang tadi ku bawa, kini kosong sepi. Dengan senyuman terakhir, aku berbalik. Berjalan perlahan dan berlari sekencang yang ku bisa. Membiarkan rasa sakitku tertinggal di dalam kotak itu.

Sesampainya di halte, beruntunglah aku karena bus sudah berhenti disana. Buru-buru aku masuk dan duduk di barisan ketiga dari depan. Karena sudah malam, busnya sepi. Jadi aku memutuskan untuk membuka kaca jendela di samping. Kembali ku lihat salju. Aku tersenyum miris mengingat kembali kalimat yang Taehyung ucapkan padaku tempo hari.

Dia bilang bahwa kami selalu berpapasan dengan salju. Bukankah ini bagus? Aku mengakhirinya di saat salju turun juga.

Dua puluh menit kemudian, aku turun kembali di halte. Berjalan sebentar. Berhenti tepat di gedung apartementku. Aku melangkah masuk ke dalam lift. Memencet tombol tujuan dan keluar. Berjalan kembali sampai di depan pintu. Ku buka pintu dan menyalakan saklar lampu. Aku melepas mantel. Menyampirkannya di sofa, tetapi tiba-tiba Jimin muncul dari balik kamarku dan memelukku erat.

"Kemana saja kau? Aku khawatir! Jangan seperti ini, eoh?"ku balas pelukannya. Menangis di pelukan Jimin adalah hal yang tepat saat ini. Mendapat kehangatan dari tubuhnya adalah hal yang ku inginkan. Aroma wangi dari tubuhnya membuat tangisku tak bisa berhenti.

STIGMA  Where stories live. Discover now