Aku terkekeh. "Sampai kapan kita akan seperti ini?" Tanyaku masih dalam pelukannya.

"Aku masih ingin memelukmu." Ia mulai meletakkan dagunya di pundakku.

"Sebahagia itukah dirimu?"

Ia mengangguk, "Eumm, neomu."

Dan akhirnya  aku diam. Tidak bertanya apapun lagi.

--

Beberapa menit yang lalu Taehyung melepas pelukannya.

"Sudah hampir malam. Sebaiknya kita pulang sekarang." Ucapnya. "Kita akan berangkat sekitar jam 7 lewat." Lanjutnya.

Aku baru sadar. Ini sudah dua hari kami berada di Jeju. Taehyung pernah mengatakannya bahwa kami hanya dua hari disini.

Kami  berjalan pulang melalui jalan yang juga kami lewati saat masuk kesini. Ada banyak bunga kecil disini. Taehyung berjalan disampingku dengan tangannya yang menggenggam tangan kiriku.

"Kau tahu? Ini seperti kencan pertama kita." Ucapnya.

"Aku juga berpikiran sama denganmu." Balasku.

Taehyung tahu cara membunuh kecanggungan diantara kami. Ia selalu saja bisa mencari topik untuk dibicarakan.

"Yoora-ya.." Panggilnya. 

Aku berbalik, "Apa yang terjadi dengan perusahaan ayahmu?"

Aku tersenyum paksa menanggapinya, "Perusahaan ayahku bangkrut."

Aku menoleh sekilas. Samar kulihat, ia menatapku iba.

"Aku juga tidak tahu pastinya. Awalnya, hal itu membuatku frustasi. Tapi lama-kelamaan semuanya hilang. Hidup sederhana lebih membuatku nyaman."

Taehyung tertawa kecil, "Kau memang seperti itu."

Lalu kami terdiam.

"Mianhae" Ucapnya tertunduk. Aku menoleh padanya "Mwoga?" (Untuk apa?)

"Aku tidak ada di sampingmu saat itu terjadi."

Lagi aku tersenyum. "Semuanya telah terjadi. Jadi tidak ada yang perlu dimaafkan."

Lalu kami terdiam kembali.

"Apa karena hal itu...kau mengakhiri pertunangan ini?" Taehyung berhenti.

Aku pun ikut berhenti. Bukan karena lelaki itu berhenti, tapi karena pertanyaan yang barusan ia lontarkan.

Tidak mungkin aku mengatakan pada Taehyung yang sebenarnya bahwa ayahnya lah yang memutuskan semua ini.

Aku tidak ingin hal buruk terjadi antara dia dan ayahnya. Karena aku tahu Taehyung akan sangat marah dan hal ini akan berujung pada pertentangan antara ayah dan anak.

Dengan pemikiran yang matang aku berkata padanya, "Ani." (Tidak)

Ia menatapku heran dan seakan bisa membaca wajahnya yang bertanya  'Lalu apa?' tanpa suara.

"Pikiranku saat itu benar-benar kacau. Jadi aku mengambil asal keputusan itu." Jelasku padanya.

Ia mengangguk-angguk mengisyaratkan bahwa ia mengerti.

"Sedikit tidaknya ada yang aku tahu mengenai hal ini." Ungkapnya.

"Geurae, ini lebih baik." Sahutku.

Lalu kami pun pulang untuk bersiap-siap kembali ke Seoul.

Selama perjalanan, kami diam. Tidak ada pembicaraan. Taehyung fokus menyetir.

Reverse [BTS Taehyung FF]Where stories live. Discover now