Chaper Empat

6.3K 319 27
                                    

***

Suhu udara kota New York lebih dingin dari biasanya. Musim dingin telah berlalu di gantikan oleh musim semi. Musim yang diyakini sebagai musim berbahagia. Dinginnya NYC sangat mencekam, membuat siapapun menggigil karenanya. Di kota inilah Victoria dan Érique berada. Mereka jauh-jauh berkendara dari Boston karena permintaan Ayah kandung Victoria, John Rick. Pria itu ingin anaknya datang menemuinya, ada hal penting yang ingin ia bicarakan. Érique awalnya menolak karena prihatin dengan kondisi wanitanya. Namun, Victoria terus memohon. Alhasil Érique menurutinya. Tidak ada yang lebih penting dari kebahagiaan Victoria.

Di depan mata mereka sudah ada rumah besar berlantai tiga. Nyaris bukan rumah melainkan kumpulan apartemen. Rumah itu hanya dihuni ayah dan ratusan pelayan. Jika dipikir-pikir, rumah itu mungkin bisa menampung penduduk satu kota Brooklyn. Victoria melangkah masuk dengan digandeng oleh Érique.

"Hai Sayang! Kau sudah datang?" Tanya John pada anaknya. Lelaki itu mencium pipi Victoria lalu memeluknya sebentar. Victoria merasa asing dengan perlakuan ayahnya. Dia tak menjawab dan memilih diam. Maklum saja, ia sejak kecil tinggal bersama Givanno, ayah kandung Érique. John tersadar akan kehadiran Érique.

"Siapa dia, sayang?" Tanya John lagi. Dia menampakkan mimik tidak suka dengan Érique. Hal itu sangat terlihat jelas. Victoria berbalik sebentar menatap kekasihnya. Sedetik kemudian ia kembali fokus pada ayah kandungnya.

"Dia, Érique. Dia adalah tunanganku Dad. Sebentar lagi kami akan punya anak." Jelas Victoria dengan bahagia. John menatap perut anaknya dan baru menyadari bahwa wanita itu hamil. Érique mengulurkan tangannya dan memperkenalkan dirinya. Namun, John tidak menggubrisnya hanya mengatakan bahwa lelaki itu tidak usah formal padanya. Reaksi ayahnya itu membuat Victoria sadar akan ketidaksukaannya pada Érique.

John mempersilahkan keduanya masuk ke dalam rumah mewahnya. Victoria menggenggam erat tangan Érique lalu memandangnya dengan mata berbinar cinta, Dia berusaha menguatkan prianya. Bagaimanapun ia juga mengerti perasaan Érique. Karena terabaikan itu tidaklah menyenangkan. "Ketahuilah bahwa aku mencintaimu,kak." Bisik Victoria. Semoga kalimat itu bisa menenangkan kakaknya. Érique tersenyum kecil dengan tingkah manis Victoria.

Mereka duduk di sofa berwarna hitam bercampur kuning keemasan. Suasana sangat tegang. Di depan mereka sudah ada sebotol tequila dan jus orange khusus untuk Victoria. John menatap sinis ke arah Érique seakan lelaki itu tak pantas untuk putrinya. John meneguk tequilanya. "Bagaimana karir modellingmu nak?" Tanya John pada putrinya.

"Aku suka segala tentangnya, tapi aku akan resign sebentar lagi. Ini semua demi kesehatanku. Kak Érique sangat mengkhawatirkanku." Jelas Victoria. John merasa kesal karena perkataan anaknya. Karir putrinya hancur karena mengandung anak pria di depannya.

"Sayang sekali. Padahal karirmu hampir menyamai supermodel." Ucap John. Dia sengaja menyindir Érique yang telah membuat anaknya sukses menjadi wanita tanpa karir. Satir atau sindiran ayahnya bisa dirasakan Victoria. Aura ketidaksukaan itu sangat jelas semenjak kedatangan mereka.

"Karir bukanlah kebahagiaanku. Aku lebih bahagia jika menjadi pendamping hidup kak Érique. Dia adalah pria yang baik dan pengertian." Ucap Victoria memuji kekasihnya. Dia tidak ingin ayahnya salah paham dengannya. Ide hidup bersama memang ada dalam daftar rencana hidupnya. Bukan karena paksaan Érique atau siapapun. Raut wajah John menggambarkan rasa jengkelnya.

"Kau bisa mendapat pria yang lebih baik." Kata John tanpa memikirkan perasaan Érique. Perkataan itu seakan menikam dan mencabik-cabik hati Érique. Penyataan itu sama saja dengan ia tidak pantas bersanding dengan Victoria. John kembali meneguk tequilanya. Rasanya puas melihat ekspresi kesal Érique.

Mon Amour VictoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang