Chapter tiga

6.6K 385 19
                                    

***

Secangkir kopi hangat menemani pagi Érique. Dia sedang membaca majalah harian New York Times di bagian depan rumahnya. Keadaan Victoria kemarin membuatnya tak bisa tertidur. Ada hal yang terus terbayang di kepalanya. Victoria begitu sedih saat nama mantan kekasihnya keluar dari bibirnya. Dia adalah detektif cerdas, sedikit tahu tentang psikologi. Sikap Victoria menimbulkan tanda tanya besar di kepalanya. Dia memikirkan cara agar Victorianya kembali seperti dulu. Ini semua terjadi semenjak Elizabeth hadir dalam hubungannya. Wanita tua itu adalah dalang dari segala perubahan dalam diri Victoria.

Matahari Boston terbit begitu terang. Sinarnya seakan berwarna Orange. Érique meletakkan majalah yang ia baca lalu bangkit dari duduknya. Pria itu menelepon seseorang. "Halo Rik!" Sapa Seseorang melalui sambungan udara.

"Halo Anne! Mungkin hari ini aku tidak ikut dalam proses interogasi tim. Aku akan mengirimkan laporan hasil otopsi lewat e-mail. Apa kau tidak apa-apa?" Tanya Érique. Dia begitu mengkhawatirkan Victoria sampai memilih tidak berangkat kerja. Dia ingin berlama-lama dengan wanitanya.

"Tidak apa-apa Rik! Aku mengerti, kau pasti punya masalah. Kalau boleh tahu apa yang terjadi?" Tanya Anne lagi. Dia adalah partner kerja Érique, wanita yang sangat pengertian. Dia dan Stefan adalah partner kerja yang baik untuk Érique.

"Victoria membutuhkanku hari ini." Jawabnya singkat. Anne bisa mengerti, dia juga perempuan. Meski belum punya anak, tapi ia tahu bahwa wanita hamil sangat emosional di awal kehamilannya. Dan ini pertama kalinya ia mendengar Érique tidak masuk kerja hanya karena Wanita itu. Biasanya Érique tetap bekerja dan menyerahkan semuanya pada asisten rumah tangganya. Masalahnya pasti serius begitulah pikiran Anne.

"Baiklah, Semoga kau dan Victoria bisa bersenang-senang." Balas Anne. Wanita itu tidak ingin Érique bersedih. Ada rasa tersendiri yang tumbuh di hati wanita itu. Hampir 6 tahun ia bekerja dengan Érique dan ia bisa melihat bagaimana sisi menyenangkan dari pria itu.

"Selamat bekerja, Anne. Terima kasih telah mengerti keadaanku. Kau adalah partner kerja yang baik." Puji Érique. Anne tersenyum sendiri mendengarnya. Di dalam hatinya tumbuh keinginan untuk bersama pria itu. Sungguh mustahil baginya. Érique dengan tegas mengatakan mereka hanyalah partner kerja. Begitu miris dan menyakitkan baginya. Adakah yang lebih menyakitkan dari penolakan secara halus? Mungkin.

"Sama-sama. Tidak usah mengejekku dengan kalimat itu. Aku bukan partner kerja yang baik. Suatu hari aku akan menuntut. Jadi jangan senang dulu. Oh ya Rik, Aku ada pekerjaan. Aku matikan panggilannya ya!" Jelas Anne sedikit bercanda lalu kembali serius. Bicara terlalu sering pada Érique hanya membuat hatinya yang rapuh menumbuhkan harapan palsu. Harapan yang tak akan terwujud.

"Baiklah, Sampai ketemu besok." Kata Érique. Dia benar-benar bersyukur mempunyai teman seperti Anne. Dia sangat baik membuat dia merasa bersalah karena sering memamfaatkan kebaikan wanita itu. Semilir angin berhembus menyapa Érique.

"Sampai ketemu besok." Balas Anne lalu mematikan panggilan Érique. Dia sangat bersyukur punya teman sebaik Anne. Dia bisa merasakan perasaan wanita itu padanya. Jika ada kesempatan Érique selalu menegaskan bahwa mereka hanya teman kerja, Tidak lebih. Dia bukanlah satu dari banyak lelaki yang tidak peka.

Érique kembali menikmati kopinya. Biasanya Victoria bangun pagi, tapi hari ini tidak dan hal itu adalah tanda akan kerenggangan hubungan mereka. Érique sempat tenang karena Victoria mengatakan semuanya semalam bahwa Bella adalah penyebabnya dan malam itu juga mereka menyelesaikannya. Namun, atmosfer ketidakharmonisan ditunjukkan Victoria. Wanita itu tidak semanja dulu, harusnya ia lebih manja karena kehamilannya. Seakan Victoria menjauhinya.

Érique melangkah masuk ke dalam kamar. Dia melihat Victoria telah bangun, matanya bengkak seperti habis menangis, rambutnya di gulung ke atas hingga membuatnya sangat cantik. Érique menatap kosong wanita itu di depan pintu. Menyaksikan gerak-gerik wanitanya. Victoria tidak menyadari jika sepasang mata memperhatikannya. Érique mendekat hingga wanita itu tersadar.

Mon Amour VictoriaWhere stories live. Discover now