Balas Dendam Berujung petaka(part b)

552K 28.2K 1.8K
                                    

BELA menyeringai, melirik Dalvin dengan sudut matanya setelah berhasil berdiri tepat di depan meja kasir lebih dulu dari Dalvin. "Maaf ya mas saya duluan, soalnya harus cepet-cepet," ucapnya sambil menatap Dalvin dengan senyum manis yang menusuk.

"ya, nggak apa-apa." Hanya itu sahutan dari Dalvin dan terdengar tak perduli. Bela mendengus kemudian memindahkan belanjaannya dari troli ke atas meja kasir.

"sok baik dasar muka dua, ini belum seberapa cowok songong! Lo harus ngerasain rasanya pantat kepentok lantai"

"totalnya delapan puluh lima ribu mba." Suara kasir tadi menyadarkan Bela yang sedang asik dengan dunianya sendiri. Bela mengangguk kemudian merogoh saku jaketnya, mencari uang seratus ribu yang ia bawa. Cukup lama jarinya mencari, perlahan keningnya muncul lipatan halus. Seingatnya ia menaruh uang itu di dalam jaket sebelum berangkat, tapi tak ada apapun yang ia temukan didalam saku.

"tenang Bela cantik, cari di celana" batinnya menenangkan diri sendiri, Bela kemudian memeriksa dua saku celananya. tindakan yang sia-sia, semuanya percuma, tidak ada apa-apa didalam sana.

Bela tak dapat mengelak bahwa ia mulai panik. Gelagat gugupnya tak bisa ia sembunyikan membuat sang kasir semakin menatapnya curiga. Dengan cepat ia memeriksa kembali semua saku di pakaiannya akan tetapi tetap sama, semuanya kosong. jantungnya berdegub tak karuan, Bela menggigit bibir bawah, wajahnya memucat, kukunya memutih. "Mati gue!" 

"Hmmmm... anu mba." Bela menelan ludah berusaha mati-matian agar suaranya tidak terdengar aneh. "u-uang saya ketinggalan." setelah mengumpukan banyak keberanian akhirnya Bela mengatakan yang sebenarnya meski terbata-bata.

"Lah mba, makanya sebelum belanja pastiin dulu, punya uang atau nggak. Ini belanjaannya sudah terlanjur dihitung. Peraturan disini ketat mba, anda akan saya laporkan ke atasan. Nanti urusannya sama polisi."

"APA!" Pekik Bela terkejut dan buru-buru menutup bibirnya dengan tangan karena suaranya tadi berhasil menarik perhatian banyak orang. "Yah? Yaaaah mbaa jangan dooong, tadi uang saya ada kok mba."  ia semakin panik mendengar penuturan kasir tadi. Wajahnya memelas berharap mba kasir itu iba kepadanya. Tapi peraturan tetap peraturan, tak ada rasa kasihan untuknya.

"Adanya kan tadi, sekarang nggak." Kasir itu mendelik, wajah ramahnya sudah berganti dengan ekspresi jutek. Tangan kasir itu bergerak mengangkat gagang telfon hendak menelfon atasannya untuk melaporkan apa yang telah terjadi.

"Mba jangan di laporin dong plisss, saya telfon Mama saya deh mba." Bela berusaha membujuk agar Kasir itu tidak jadi melaporkannya. Tak ada lagi yang dapat Bela lakukan selain memelas dan memohon maaf, orang-orang disekitar memandang aneh kearahnya membuat Bela semakin menundukan kepala, ia merasa malu bercampur takut.

"Mom Bela takut," lirihnya pelan sambil memejamkan mata. Jujur saja, ia tidak berani membayangkan bagaimana nanti dirinya akan berurusan dengan polisi.

"Mba tolong dimatiin, saya yang bayarin. Sekalian nih sama belanjaan saya"

Bela tersentak kemudain mengangkat wajahnya.

●●●

DENGAN tergesa Bela mengikuti langkah lebar Dalvin hingga parkiran sambil membawa kantung plastik berisi penuh snack dan minuman. "Uang lo bakalan gue ganti, gue nggak sudi berhutang budi sama lo."

Tanpa menghiraukan perkataan Bela Dalvin terus berjalan, sedikitpun ia tak berbalik memandang Bela yang mengekor di belakangnya.

"Sombong banget sih, gue kepret miskin lo!" teriak Bela geram karena Dalvin tak juga menghiraukannya. Bela menghentak-hentakkan kaki  ketanah dengan tujuan agar Dalvin mau berbalik. Pada akhirnya Dalvin berhenti, cowok itu menarik nafas dalam kemudian dihembuskannya kasar seraya berbalik menatap Bela jengah.

"bisa nggak sih lo diem?" Tanya Dalvin risih karena tingkah Bela. "Masalah uang, lo lupain aja. Gue bayarin lo karena orang tua gue ngajarin gue untuk berbagi sama orang yang nggak mampu." Dalvin memberi jeda. "urusan kita selesai, jangan ngikutin gue lagi" tambahnya lalu berbalik dan kembali melangkah menuju mobilnya.

Rahang Bela terkatup rapat, giginya bergemeletuk. Dalvin merendahkan harga dirinya, omongan cowok itu terlanjur membuatnya kesal bukan kepalang.

"Gue nggak butuh bantuan lo cowok songong!" Bela melemparkan kantung yang di bawanya kearah Dalvin hingga mengenai kaki cowok itu, segala jenis makanan yang berada di dalam kantung menyeruak keluar, berserakan di atas tanah. Dalvin segera berbalik kemudian menunduk, menatap snack yang berserakan di tanah. "Makan tuh!" sambung Bela masih dengan teriakan mautnya yang membuat dirinya kembali menjadi pusat perhatian semua orang, tapi kali ini ia tak perduli.

kini emosi Bela sudah di ubun-ubun. Cewek itu berjalan mendekat kearah Dalvin dengan tatapan tajamnya, sementara Dalvin berdiri menghadap Bela dengan wajah yang memerah. Emosi cowok itu sepertinya juga sudah mulai terpancing meski tidak separah Bela.

"Entah berbagi seperti apa yang orang tua lo ajarin. Yang pasti dari penilaian gue orang tua lo gagal total ngedidik anaknya," ucap Bela menusuk serta penuh amarah dengan penekanan di setiap kata.

Dalvin berdecak, sorot matanya tak kalah tajam menusuk bola mata Bela. "seenggaknya orang tua gue nggak ngajarin anaknya belanja tanpa bayar"

Plak!

Tamparan Bela dengan telak menyapa pipi Dalvin. "itu cocok buat cowok yang mulutnya kayak cewek" kata Bela tersungut, sebelum pergi meninggalkan Dalvin Bela membisikan sesuatu. "Lo lebih cocok jadi banci."

[TBC]

Author Note :



yaaaa kita bertemu lagi teman-teman... 

maaf ya kalo cerita ini makin absurd:'D soalnya di ketik di sela sela kesibukan mengerjakan tugas dan les 

Oiya ini dia Dalvin , si cogan yang berhasil bikin Bela ngamuk ngamuk gak karuan😂

Oiya ini dia Dalvin , si cogan yang berhasil bikin Bela ngamuk ngamuk gak karuan😂

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ganteng bingits kan?

btw sorry ya part kali ini cukup pendek karena ini lanjutan dari judul yang kemarin. yaudah pertemuan kita sampai disini dulu, assalamualaikum:)

Dear Heart, Why Him?[Completed]Where stories live. Discover now