1. Balas Dendam Berujung Petaka(Part a)

756K 32.4K 1K
                                    

WAJAH Dalvin bermandikan keringat, sepulang sekolah ia dan tim berlatih futsal sampai sekarang. Tak ada rasa lelah yang Dalvin rasakan, menurutnya menggiring dan menendang bola adalah hobinya. Dalvin dan tim berlatih hingga sore begini karena sebulan lagi mereka akan mengikuti perlombaan futsal antar SMA tingkat kota.

Peluit ditiupkan sang pelatih menandakan permainan selesai. Seluruh pemain berlari menuju tas masing-masing dan mengambil minum disana. Satu botol air mineral sudah Dalvin habiskan setelah itu ia berlari kecil menghampiri pelatih timnya.

"Good job Vin, kamu dan teman-temanmu sudah menunjukan banyak perubahan kearah yang lebih baik" Raka menepuk-nepuk pundak Dalvin, ia merasa bangga memiliki Dalvin sebagai kapten di tim yang ia latih. Pelatih muda itu melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya "sudah jam enam, saya harus pergi. Latihan kita tutup" Dalvin mengangguk patuh. Tepukan tangan Raka mengumpulkan semua anggota.

"tetap semangat semuanya, kita pasti berhasil" ucap Raka menyemangati. Sebelum bubar mereka semua berdoa terlebih dahulu. Setelahnya, dengan dipimpin Dalvin mereka berteriak "Pasti bisa" bersama-sama.

Baju yang basah karena keringat, wajah kusam, rambut yang acak-acakan tidak menurunkan sedikitpun ketampanan seorang Dalvin. Tak heran banyak cewek yang diam-diam jatuh hati pada Dalvin. Namun sifat Dalvin yang cuek dan terkadang menyebalkan membuat semua cewek malas berdekatan dengannya.

Cowok itu berjalan sendirian menuju parkiran. Sejenak ia terdiam memandangi mobilnya, otaknya mengulang kejadian tadi pagi diamana ia bertemu dengan cewek cerewet sekaligus menyebalkan. rasa kesal masih melingkupi hatiDalvin, dalam diam ia berdoa agar esok dan seterusnya ia tidak akan bertemu cewek itu lagi.

●●●

MALAM ini Bela sibuk mencari nama Dalvin di semua sosial media miliknya, namun ia tak juga menemukan akun milik cowok nyebelin itu. Bela berencana balas dendam, pertama yang harus ia lakukan adalah mengorek info tentang Dalvin. Empat kali ia bolak-balik mengganti kata kunci, membuka profil akun dengan username yang berhubungan dengan nama Dalvin, hasilnya masih sama, Bela tetap belum menemukan akun milik cowok itu.

Tiba-tiba saja layar di ponsel Bela berganti dengan tulisan "Nanda is calling" Alis Bela bertemu, untuk apa sahabatnya itu menelfonnya malam-malam begini.

"Halo" sebuah suara terdengar setelah handpone Bela tersambung dengan handpone Nanda di sebrang sana. Bela menghidupkan mode speaker di handponenya dan kembali mencari akun Dalvin.

"Iya Nan kenapa nelfon?"

"Nggak ada sih gue bosen aja. Jos lagi pergi sama nyokapnya, gue nggak ada temen chat makanya nelfon lo"

Bela memutar Bola mata. "oh jadi gue cuma jadi cadangan kalo cowok lo lagi sibuk" sindir Bela yang membuat Nanda terkekeh.

"bisa dibilang gitu"

"Ibab lu ah, gua matiin aja deh telfonnya, lagian gue lagi banyak kerjaan" Bela turun dari kasurnya dan keluar dari kamar untuk mengambil minum. Ia merasa haus setelah sekian lama mencari Dalvin di dunia maya.

"jomblo sibuk ngapain sih? Paling juga ngestalk doang sibuknya" kata Nanda yang dibenarkan Bela dalam hati.

"jangan salah say, jomblo gini Bela banyak fansnya"

Apa yang Bela katakan memang benar adanya, bukan hanya sekedar alibi untuk meninggikan derajatnya yang telah diturunkan Nanda karena ia tak punya pacar. Bela di sekolah termasuk cewek most wanted. Mungkin karena terlalu banyak cowok yang mendekatinya makanya Bela malas berpacaran.

"yah air abis" Bela menatap sedih galon kosong di hadapannya.

"Kenapa Bel?" Tanya Nanda heran dengan ucapan Bela yang tidak nyambung dengan topik percakapan mereka.

"Nggak ada, ini gue mau minum tapi air dirumah abis"

"Yaelah gitu doang susah amat, minimarket banyak coy tinggal beli"

" iya ini gue mau pergi beli, udah dulu ya Nan bye" Bela memutuskan sambungan tanpa menunggu persetujuan Nanda. Ia segera kembali ke dalam kamar dan mengambil kunci mobil serta meraih jaket berwarna biru tua di dalam lemari.

Sebelum pergi membeli air Bela terlebih dahulu pergi ke kamar Rani untuk meminta izin. "Mom Bela keluar dulu ya, mau beli air"

Rani yang sedang membaca majalah mengangkat wajah lalu memandang Bela heran. "minum air dirumah aja sayang"

"habis Mom"

"ohh, yaudah deh hati-hati. Jangan ngebut, jangan lama-lama, cari jalan yang ramai" Bela hanya mengangguk, tidak ada pilihan lain jika Rani sudah mulai cerewet begini. "sebelum ambil air lihat tanggal kadaluarsanya dulu, jangan jajan sembarangan, ja-"

"iya Momma ku sayaaaang, Bela pergi dulu" Bela langsung menyalami Rani dan segera pergi, jika tidak begini khotbah panjang Rani tidak akan selesai, bisa-bisa Bela keburu dehidrasi.

●●●

BELA menelusuri rak-rak tempat snack berjejer dengan rapi. Walaupun Rani sudah berpesan padanya agar tidak jajan sembarangan Bela tidak akan tahan saat berbungkus-bungkus snack melambai dengan cantik sambil memanggil lambungnya.

"Citato, Lays, Happy Toz, Taro, Ring, Kitkat" Bela mengabsen segala jenis snack yang kini memenuhi keranjang belanjaannya. "ah rumput laut tercintah belum" gumamnya, ia mengingat-ingat dimana terakhir snack itu di letakkan. "ah itu" Bela tersenyum cerah, matanya menangkap snack kesukaannya. Hanya tersisa satu bungkus saja, bersukur Bela lebih cepat melihatnya tadi. Tangan cewek itu segera mengambil snack rumput laut itu namun di saat yang bersmaan tangan seseorang juga mengambil snack yang Bela ambil.

"eh-" Bela menarik tangannya dan mengurungkan niat untuk membeli. Orang yang hendak mengambil snack yang sama dengan Bela juga tak jadi mengambil.

"Ambil aja mba, saya nggak jadi"

"Baik banget ni orang" batin Bela, dia segera meraih snack itu lagi dan hendak berterimakasih, tapi orang baik tadi sudah lebih dulu pergi bahkan Bela juga belum sempat melihat wajahnya. Punggung orang itu masih dekat, masih ada waktu dan Bela segera mengejar.

"Mas makasih ya" Kata Bela mencolek lengan orang baik tadi. Cowok baik yang mengenakan kaos hitam itu-pun berbalik.

Bela terbelalak. Ia terkejut dengan mata yang membesar serta bibir terbuka. Sesaat setelah melihat wajah orang itu otaknya terasa di penuhi kobaran api. "Elo?!" pekik Bela sambil menunjuk wajah cowok baik di hadapannya yang ternyata adalah Dalvin.

"Nggak perlu bilang makasi" Dalvin berucap datar seperti tidak ada keterkejutan di wajahnya saat melihat Bela. Tak mau berlama-lama cowok itu kembali berbalik dan melangkah pergi mendorong troli belanjaannya.

"dih songong banget" Bela memandangi Dalvin yang terlihat buru-buru menuju meja kasir. "awas aja lu" Bela rasanya ingin melempar kepala cowok itu dengan botol minuman yang ada di disampingnya.

"gamau tau gue harus bikin dia kesel" Bela berjalan pelan sembari berfikir keras mencari ide yang bagus untuk membalas Dalvin. Hanya sebentar ide itu langsung muncul karena rasa ingin balas dendam yang begitu menggebu dalam dirinya, Bela tersenyum licik.

Cewek itu menarik nafas dalam-dalam kemudian berlari sambil mendorong troli belanjaannya sekuat tenaga. Persetan dengan orang-orang yang memandanginya dengan tatapan aneh yang terpenting sekarang adalah Bela ingin membalaskan dendamnya.

Dalvin tersentak saat Bela tiba-tiba menyalipnya dengan kecepatan penuh dari arah samping, bukan apa-apa hanya saja troli yang di dorong Bela hampir mengenai Dalvin, tapi untung cowok itu dengan cepat menghindar.  

[TBC] 

Author Note :

Lanjut baca aja😆.

Dear Heart, Why Him?[Completed]Where stories live. Discover now