Chapter nol

27.3K 788 40
                                    

Sekuel Papa Mengapa Aku lahir (Special Érique + Victoria)


***

Victoria menatap aneh dirinya di depan cermin, dia yang sekarang mulai membesar, tubuhnya perlahan menggemuk. Untungnya saat pemotretan dia masih terlihat langsing karena manipulasi teknologi komputer. Jadwalnya semakin padat dan Érique mulai mengkhawatirkan kondisinya.

Di sini, di rumah danau Boston. Érique mendekati kekasihnya dan memeluknya dari belakang.

"Apa yang kaupikirkan, My Candies?" Érique bertaya sambil menciumi leher wanitanya. Sesekali ia mengembuskan napasnya di sana. Victoria sangat menyukai hal itu.

"Aku takut. Aku takut menghadapi ini semua! Melahirkan bayi dan menjadi seorang Mom. Apa aku bisa melakukannya? Everything is hard. I think i can't do it," Victoria ragu. Ia menunduk karena tak ingin melihat ekspresi kekasihnya. Érique mendongakinya--mengamati wanita itu lewat bayangan cermin di depannya. Dia membalikkan tubuh Victoria.

"What are you think? Kau pasti bisa, My Candies. Lihatlah Olive! Dia juga awalnya tak percaya dirinya. Bagaimana sekarang? Dia berhasil 'kan?" Érique meyakinkan. Dia tak ingin Victoria banyak pikiran. Menurut apa yang diketahuinya, kehamilan pertama sangat rentan. Dia Harus ekstra menjaga wanita itu.

"Thanks for everything. Berkat cintamu, aku bisa berdiri di sini. Bersama dan menantikan bagaimana rasanya jadi sosok Mom. I love ya, My Banane;" ujar Victoria tulus dari dalam hatinya. Érique tersenyum pada wanitanya.

"Don't say thanks for a my duty. Ini sudah kewajibanku. I told, aku akan selalu ada untukmu. For ya and my little baby." Érique menghadiahi kecupan di kening wanita itu. Mereka memilih tinggal di rumah pinggir danau di daerah Boston.

Setelah San Fransisco, Érique kembali ditugaskan menjadi detektif di Boston. Hingga Victoria harus bolak-balik ke New York jika ada keperluan pemotretan. Érique sudah meminta Victoria berhenti bekerja. Tapi wanita itu sangat keras kepala dan tetap ingin menjadi model. Meskipun dulunya wanita itu terpaksa menekuni pekerjaan itu.

"My Banane!" panggil Victoria. Suaranya terdengar parau. Pelukan Érique membuatnya tenang. Dia merasakan damai bagai terbang di udara.

"Ehmm." Jawab Érique. Lelaki itu memejamkan matanya menikmati harum rambut wanita di dalam dekapannya. Rambut pirang yang membuatnya selalu rindu. Rambut alamiah tanpa bantuan cat. Victoria menelusuri wajah lelaki itu.

"Aku ingin naik perahu di danau itu!" Pinta Victoria manja sambil menunjuk ke arah luar. Érique melempar senyum pada wanita itu. Apapun yang di minta Victoria pasti ia lakukan. Dia sudah berjanji akan menjadi ayah yang baik untuk anaknya dan suami teladan untuk kekasihnya.

"Baiklah." Kata lelaki itu. Tanpa menunggu lama, Dia mengangkat tubuh Victoria keluar rumah. Tawa keduanya pecah, seolah dunia milik mereka berdua. Cita-cita mereka untuk bersatu sudah terwujud meski tak ada ikatan pernikahan.

Air danau sangat tenang, langit pagi sangat mendung. Burung-burung beterbangan di udara. Ikan-ikan di danau saling mengejar sama seperti pesta dansa di dongeng cinderella. Tanaman air sangat cantik dan enak dipandang mata. Dan disanalah Érique, mendudukkan Victoria diatas perahu yang terbuat dari lapisan gabus dan aluminium.

Di atas sana ia memeluk tubuh Victoria sambil menggerakkan perahu kecil itu. Semilir angin menyambar wajah keduanya, Dedaunan pohon di pinggir danau berjatuhan. Daun kering itu membentuk sebuah perkumpulan membuat danau semakin terlihat cantik. Victoria memejamkan matanya dalam dekapan sang pria. Matahari mendung seakan tersipu malu menyaksikan kedua insan itu.

Mon Amour VictoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang