0.5

503 49 7
                                    

"Kau tidak bersama keluargamu? Apa mereka di bis yang lain?" Tanyaku.

Gabriel menggeleng, "mereka tidak ikut, mereka terlalu malas untuk ikut hal seperti ini."

"Lalu kau?"

Dia kembali menatapku dengan wajah datar, namun mata coklatnya itu benar-benar menatapku dalam, "aku akan ikut kemana pun kau pergi."

————

It's the next twilight:
LUNA
0.5

Aku yakin wajahku memerah seperti tomat matang sekarang.

Aku memalingkan wajahku kearah jendela, berusaha agar dia tidak dapat melihat wajahku yang memerah ini.

"Tidak perlu ditutup-tutupi, aku sudah sering melihat wajah memerahmu itu," ujarnya terdengar santai.

Hah?! Apa maksudnya dengan sering? Apa wajahku memang selalu memerah saat dengannya?

Sekarang aku makin-makin tidak mau menghadap kearahnya, masa bodoh dengan leherku yang akan pegal bila hanya menengok ke jendela terus-menerus.

"Dasar gengsian," katanya seraya menyelipkan lengannya kebelakang leherku dan menarikku mendekat kearahnya.

Sekarang aku dapat merasakan wangi khas dari tubuh Gabriel yang benar-benar membuatku ketagihan, "aku menyukai wangimu," ucapku tanpa sadar.

Dasar Luna bodoh.

Gabriel yang mendengar pernyataan bodohku terkekeh pelan lalu menarikku semakin mendekat dan satu hal yang semakin membuat pernapasanku tidak teratur, yaitu Gabriel mencium pucuk kepalaku dalam-dalam seakan-akan kami sudah tidak bertemu berhari-hari.

Apa ini wajar?!

Rasanya otakku berteriak-teriak minta dilepaskan, namun tubuhku menghianati otakku dan malah semakin menyender ke Gabriel.

Baru saja sekitar sepuluh menit bis berjalan, kepalaku sudah mulai pusing, biasanya kalau sudah begini aku akan membuka jendela agar bisa menghirup udara alam yang sejuk, namun bis ini ber-ac, jendela pun tidak bisa dibuka.

Ini aku yang lemah atau aku yang kampungan sih?

'Dua-duanya.'

Sialan suara dari mana itu.

Aku yang sudah pusing hanya bisa melihat kearah luar jendela dengan masih menyender di pundak Gabriel, entahlah terlalu malas untuk mengangkat palaku, ini sudah posisi nyamanku.

saking nyamannya aku perlahan menutup kedua mataku sudah dalam ancang-ancang siap terlelap memasuki istana mimpiku, lalu aku merasakan Gabriel sedikit merubah posisinya namun masih memelukku, membuat kepalaku yang awalnya berada di pundaknya sekarang merosot ke dadanya.

Mataku masih terpejam saking sudah benar-benar diambang tidurku, aku merasakan dadanya yang turun naik membuatku semakin nyaman.

Namun,

Ada yang ganjil, aku tidak dapat merasakan detak jantungnya. Mungkin aku tertidur dibagian dadanya yang lain?

namun karena rasa kantukku yang sudah melewati batas, aku pun tertidur tanpa memikirkan itu, mungkin aku yang memang sedang tidak fokus.

  ••

Aku ikut berbaris menunggu giliranku keluar dari bis, saat aku menuruni tangga bis aku melihat ada tangan menjulur kearahku seperti menawari bantuan, dan tanpa melihat pemilik tangan tersebut aku menggenggamnya dan turun dari bis. Lalu saat aku melepaskan genggamanku, aku mengernyit merasakan tangan itu masih menggenggamku, aku langsung menengok kesampingku dan mendapati sosok Gabriel.

LUNA : It's the Next TwilightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang