0.1

837 59 6
                                    

Brooklyn Beckham as Gabriel Quinto.

"Sangat dingin," ucap Luna pelan.

"I know."

"Apa kau demam?" Tanya Luna bingung.

Bukannya menjawab, laki-laki itu hanya tersenyum tipis dan perlahan meninggalkan Luna sendirian di dalam kelas.

Luna menaruh telapak tangannya di atas dadanya, ia dapat merasakan detak jantungnya sangat cepat. Seiring dengan perginya laki-laki itu pun Luna kembali merasa ada kehangatan.

Ck, aku jadi lupa bertanya apa maksud dia mengendus-endus rambutku tadi.

______

It's The Next Twilight:

LUNA

0.1

LUNA's POV

"Ya, tadi aku berkenalan dengan beberapa orang," aku menjawab pertanyaan kakek sambil menyuapkan beberapa potong daging kedalam mulutku.

"Bagus kalau begitu, kakek harap kau betah disini."

"Ya, aku juga berharap begitu," balasku, lalu aku merasakan ponselku bergetar dari dalam saku celanaku. Aku mengeluarkannya dan melihat di layar tersebut tertera nama ibuku.

Aku langsung izin keluar kepada kakek agar bisa menemukan jaringan yang lebih kuat, sebenarnya juga ingin mendapat privasi.

"Hi, mom." Ucapku mengangkat telfon dari ibuku saat aku sudah berada di depan rumah.

Di detik berikutnya, aku melihat kearah depan, dan mendapati si laki-laki gila di sekolah tadi sedang memperhatikanku dari dalam mobilnya, dia yang sadar aku mendapatinya sedang menguntitku pun langsung menjalankan mobilnya cepat.

Dasar laki-laki gila.

••

Sekarang aku di sekolah, dan ya aku sedang mengikuti kelas yang sama dengan si penguntit itu. Aku mempunyai niat untuk menanyakan apa maksudnya kemarin saat dia mengendusku dan saat dia ada di depan rumahku.

20 menit berlangsung bel jam pelajaran berakhir pun berbunyi, satu persatu orang mulai meninggalkan kelas.

Aku memutar kepalaku ke belakang dan mendapati laki-laki itu masih santai di bangkunya, sepertinya ia tidak ada niat untuk meninggalkan kelas.

Dengan hati yang ragu aku pun berjalan ke belakang, lalu berhenti setelah sampai tepat di sampingnya.

"Apa maksudmu menguntitku sampai ke rumah?" Tanyaku langsung tanpa jeda.

Wajahnya terangkat berusaha menghadap ke arahku, sial mata dingin itu kembali mendominasi.

"Siapa yang menguntitmu?" Tanyanya seakan tak bersalah.

"Kau, tentu saja. Untuk apa mengikutiku sampai ke rumah?" Ucapku lantang.

Namun di detik berikutnya nyaliku menciut saat melihatnya tersenyum meremehkan, "sejak kapan seorang Gabriel menguntit orang? Kau terlalu percaya diri anak kecil." Dan dengan itu, laki-laki yang menyebut dirinya Gabriel pergi meninggalkanku di kelas sendirian.

Satu yang pasti....

Aku kepedean.


Aku membawa nampan berisi makanan pilihanku dan berjalan menuju ke tempat kemarin dimana Hazel dan yang lainnya berada.

Aku yakin yang kemarin benar-benar laki-laki tadi! Sungguh aku yakin akan hal itu, karena aku masih bisa mengingat aura dingin yang keluar dari dirinya. Tapi dia terlalu meyakinkan, sikapnya itu. Tidak mungkin seorang 'dia' repot-repot menguntitku sampai rumah.

LUNA : It's the Next TwilightWhere stories live. Discover now