Part 10

5.8K 334 7
                                    

BRUG

BRAKK

"BAJINGAN!"

"KEPARAT!"

Laki laki ber-kimono itu tak henti-hentinya melemparkan pukulan serta tendangan ke tubuh tak berdaya di kakinya. Sang korban tak memasang ekspresi apapun kecuali pandangan kosong.

"Membusuk kau di neraka, lelaki jahanam!" Rotan yang berada di tangan ayah Hyuuga Hinata itu kembali melayang tepat sasaran, berhasil membuat Naruto memuntahkan darah.

Kedua mata Hiashi berair. Ya, dia menangis. Tangisan pertama setelah bertahun tahun kepergian istrinya. Menangisi nasib malang sang putri yang kelewat suci, yang kini sedang menjalani masa kritisnya di rumah sakit. Hatinya hancur berkeping keping. Mengingat remaja di depannya adalah pria yang paling dia kenali dan mengenalinya. Pemuda yang dia biarkan mndekati putrinya, lelaki yang dia percayai. Putra sahabatnya yang telah tiada. Serta laki laki yang masuk dalam daftar pemuda yang HARUS Hinata jauhi.

Bukan bermaksud apa apa, hanya saja dia tak ingin Hinata hancur karena penolakan atas dirinya yang telah di sentuh pemuda lain. Dia tak menginginkan tatapan memcemooh yang bisa Naruto berikan kapan saja.

Semua hanya demi kebaikan Hinata-nya.

Namun tuhan berkata lain, pemuda itulah yang melakukan semuanya. Dialah yang mencelakakan Hinata. Merenggut keperawanannya dan melibatkannya dalam kecelakaan lalu lintas.

"Apa salahnya, Naruto?" Hiashi menunduk dan mencengkram kerah seragam Naruto yang berbaring terlentang di lantai. Wajahnya datar, meski ringisan sakit terdengar beberapa kali. Naruto harus mengakui, bahwa inilah kali pertama dia melihat seseorang yang terlihat begitu berwibawa macam Hyuuga Hiashi menangis. "Apa salahku hingga kau tega melampiaskannya ke anakku?" Ulang Hiashi semakin geram.

Naruto tersentak. Dia mendelik dan memberikan tatapan membunuh kepada orang tua itu.

"Kau membunuh mereka!"

"Siapa?!" Geram Hiashi frustasi.

"Orang tuaku, sialan!"

"Aku tak pernah berniat melakukan hal hina seperti itu." Amarah Hiashi semakin membludak karena tuduhan rendah yang Naruto ajukan kepadanya.

"Kau pembohong!" Naruto berteriak tepat di muka Hiashi. "Kau penyebab bangkrutnya perusahaan tou-chan dan membuat mereka bunuh diri!"

Hiashi bangkit dari posisi menunduknya. Namun Naruto kembali menarik baju bagian depan Hiashi sehingga jarak wajah mereka hanya beberapa senti.

"Inikah alasan kau melakukan semuanya ke Hinata?" Rahang Hiashi kembali mengeras. Kedua tangannya begitu gatal ingin menghabisi pria bermarga Uzumaki itu.

"Dia pantas mendapatkannya." Urat urat pada wajah Naruto berkedut. "Kalian pantas mendapatkannya dan ini belum seberapa!"

"Naruto." Desis Hiashi tajam. Mencoba tak lepas kendali dan berakhir adu jotos dengan lelaki itu. Dia berdiri dan berjalan mendekati singgasananya di ruang tengah mansion Hyuuga. "Rupanya kau termakan rumor itu, ya." Ejeknya.

"Jangan bermain main denganku." Naruto balas mendesis.

"Aku tidak sedang bermain main, bocah tolol." Pandangan mata Hiashi menajam. "Kau salah paham."

"Aku bukanlah penyebab mereka bunuh diri, justru akulah yang mencoba membantu mereka bangkit kembali."

Naruto membangunkan dirinya di lantai, mengelus kepalanya yang terasa berputar, akan tetapi matanya masih berpaku kepada Hiashi.

"Kau pasti tak asing dengan Danzo, bukan?" Mata Lavender milik Hiashi berkilat. "Dia menyusupkan salah satu anak buahnya ke perusahaan ayahmu dan mengacaukan data data yang ada. Menyebabkan salah perhitungan, sehingga ayahmu kewalahan menghadapi hutang hutang yang berdatangan tanpa diduga."

"Beberapa klien-nya marah dan memutuskan kerja sama, aku hendak melakukan hal yang sama, namun mengingat dia adalah sahabatku, aku menyumbangkan sedikit dana untuk menyelamatkannya."

"Ada hutang, ada pula ancaman." Hiashi bertatap muka dengan Naruto yang sedang memandangnya tanpa berkedip. "Mereka menginginkan nyawa para Uzumaki."

Hiashi mengalihkan perhatiannya ke arah lain sebelum memejamkan matanya. "Mereka akan melakukan apa saja untuk melunasi hutang hutang tersebut, termasuk mengorbankan para pegawai perusahaan yang tidak bersalah."

"Apa saja.... asal bukan kematianmu."

"Kenapa..."

"Mereka tak memiliki pilihan lain selain melakukannya. Mereka meninggalkan pesan singkat untukmu. Setelah menjalankan rencana utamanya, keparat itu juga menyebarkan rumor bahwa orang yang mengkhianati orangtuamu adalah orang yang paling mereka percayai, yaitu aku, tepat sebelum polisi menangkapnya. Berharap aku akan hancur sewaktu waktu oleh seorang Uzumaki."

"KENAPA-"

Naruto menunduk, mencengkram dadanya kuat. Dia mengangkat kepalanya menunjukkan wajah yang bersimbah air mata. "Kenapa kau diam saja?!"

"Aku merasa tak memiliki hak untuk membalas perbuatannya." Kedua mata Hiashi kembali beralih Ke Naruto. "Tapi setelah kau dengan bodohnya berani menyakiti putriku, kau pikir bagaimana perasaanku?!"

Naruto merasa bahwa nyawanya baru saja terbang meninggalkan tubuhnya. Semua penjelasan Hiashi merubuhkan jiwanya. Akal logikanya tertampar dengan keras. Terasa sepotong batu besar jatuh menimpanya. Dia... kosong. Dendam baru telah muncul.

Akan tetapi tak lama dia tersentak. Pikirannya melayang ke gadis tak bersalah yang telah menjadi objek balas dendam tak bergunanya. Gadis baik hati yang kini sedang meregang nyawa akibat siksaan fisik yang dia berikan. Gadis yang telah lama mencuri hatinya. Gadis sama yang telah membuatnya merasakan perasaan cinta yang telah lama mati untuk pertama kalinya.

"Kau adalah pria terbodoh yang pernah aku kenal, Uzumaki Naruto."

Naruto mendongak, menangkap sebuah kunci dengan alamat kantor polisi yang dilemparkan Hiashi kepadanya. Tertulis nama dan nomor sel Danzo di sana.

"Dan aku merasa lebih bodoh karena memaafkanmu seperti yang Hinata lakukan."

***Tbc

Extremely Loving YouWhere stories live. Discover now