Part 8

5.2K 297 4
                                    

Bola mata Naruto memandang kosong langit langit kamarnya. Di tangan kanannya terdapat bingkai foto keluarganya. Kedua orang tuanya tampak tersenyum bahagia sembari merangkul dirinya yang saat itu masih berusia 5 tahun. Setitik air mengalir membasahi sprei ranjang di samping telinganya. Wajahnya masih kosong tanpa ekspresi. Tak ada isakkan, tak ada apapun. Hanya pandangan mata yang terpaku dan tak berkedip.

"Hyuuga...."

".... Aku bersumpah akan membuat kalian menyesal."

***

"Hinata." Langkah gadis yang dipanggil itu berhenti. Dia pikir memasuki mansion Hyuuga dari pintu belakang rumahnya dapat terhindar dari tatapan tajam sang ayah. Namun kini dirinya tertangkap basah mengendap endap layaknya pencuri.

Kedua tangan Hiashi terlipat di depan dada. Matanya bergerak menilai penampilan putri sulungnya yang baru keluar rumah sakit itu. "Kenapa kau disini?"

"T-tou-san... aku baik baik saja." Hinata mencoba berkata normal. Meski tubuhnya dilanda rasa gugup luar biasa.

"Wajahmu pucat. Dah, tubuhmu kurus sekali." Hiashi berkata dalam. Kedua matanya memincing tajam. "Berhenti berbohong. Kau bilang itu baik baik saja?"

"Aku bersungguh sungguh, Otou-sama."

Hiashi memejamkan matanya sejenak sebelum menghela nafas kasar. "Baiklah kalau itu pendapatmu, tapi kau masih harus menjelaskan sesuatu."

Hinata menatapnya bingung. Tiba tiba perasaan takut menyelimutinya. Setelah memaksa pihak rumah sakit agar menyembunyikan kehamilannya, kini dia harus berpikir keras untuk menghindari pertanyaan macam macam yang hendak dilontarkan ayahnya.

Hiashi mengeluarkan sebuah map dari lipatan Kimono-nya. Melemparkannya ke atas sebuah meja kecil di depan Hinata hingga isinya berhamburan keluar. Kedua bola mata Hinata membulat melihat lembaran yang berserakan tersebut, foto foto yang menampilkan dirinya keluar dari sebuah toko membawa beberapa kantung plastik transparan berisi kotak kotak kardus.

"Susu ibu hamil, eh?" Hiashi bertanya dengan nada mengejek. "Apa salah satu teman kelasmu ada yang hamil lagi? Astaga, kau tahu kau telah menghabiskan cukup banyak uang untuk itu, Hinata." Tanpa sadar Hinata menghela nafas lega mendengar Hiashi yang tak menyadari kejanggalan di foto foto tersebut. Tapi tunggu--

"Otou-san memata-mataiku?" Hinata bertanya kaget. Hiashi tak menjawab, dirinya bergerak mendekati sang putri kemudian menyentuh keningnya lembut.

"Kau tampak sakit, putriku. Apa yang sebenarnya telah kau lalui." Tangan berkeriput milik lelaki tua itu terangkat, mengelus helaian rambut yang menyerupai milik sang istri. Wanita yang dicintainya. Wanita yang meninggalkannya bersama anak gadis milik mereka di dunia ini.

"A-aku baik, Tou-san." Hinata berkata untuk yang ke sekian kalinya. Hiashi memeluk Hinata dengan sebelah tangannya. Perlakuan lembut yang tak didapatkan gadis itu setelah sekian lama. "Aku akan mencari siapapun bajingan yang sudah berani menyentuhmu, Hinata. Aku bersumpah."

"JANGAN." Hinata cepat cepat menormalkan nafasnya ketika Hiashi memandangnya tak percaya. "D-dia tidak ada. Dia b-ukan warga Konoha. Semuanya akan percuma."

"Kenapa kau melepaskannya?"

"Aku tak melepasnya, aku memaafkannya."

"Kau memaafkannya?" Hiashi mengulangi pertanyaan Hinata dengan nada berbahaya. Tidak menyangka sang putri akan memaafkan pemuda yang merenggut masa depannya.

Hinata menggeleng cepat. "B-bukan--"

"Tidak." Ucap Hiashi tegas. "Kalaupun dia bersujud dan membunuh dirinya di kakimu, aku takkan pernah memaafkannya." Hinata meneguk ludah susah payah.

"Tidak akan."

***

"Hei, Naruto!" Kiba berteriak lantang memanggil pemuda yang sedang membanting banting bola basket di tanganbya ke tembol dengan brutal. "Kau terlihat mengerikan."

"Katakan apa maumu, Kiba." Naruto menggeram kesal. Berjalan ke arah sebua botol air mineral di kursi penonton dan meneguknya cepat.

"Kau berubah semenjak Hyuuga manismu itu di perkosa orang." Kiba melanjutkan kalimatnya mengabaikan tubuh Naruto yang tegang. "Anyways, aku dengar Hinata sudah keluar dari rumah sakit, mau menjenguknya bersama? Kau 'kan sahabatnya."

Aku kesana, dan mereka akan memenggal kepalaku. Batin Naruto.

Dahi Naruto berkerut, matanya memandang pemuda penyuka anjing di depannya dengan tatapan meremehkan. "Kau tampak bersemangat."

"Tentu saja! Tak ada salahnya menjenguk orang yang aku sukai--ups. Apalagi setelah kejadian naas yang menimpanya bulan lalu." Kiba terus berceloteh riang, mengungkapkan ketertarikannya akan Hyuuga Hinata -secara tak sengaja.

"Aku akan berkata jujur, wajahnya sangat manis dan -oh!" Naruto berjengit kaget. ".... Jangan lupakan tubuhnya yang menggiurkan. Pelaku yang menyentuhnya memang keparat mesum yang beruntung."

Pria dengan tato merah dikedua belah pipinya itu tak menyadari wajah Naruto yang mengeras, serta telapak tangan yang mengepal di masing-masing sisi tubuhnya.

Sial!

***Tbc

Extremely Loving YouWhere stories live. Discover now