{3} Opa Bukan Eyang

656 114 69
                                    

<¤¤¤>


Sebuah mobil Alphard terparkir cucok di bagasi rumah gue dan mobil pengantar lainnya berada di depan rumah. Nggak nyangka kalo Opa beneran dateng, biasanya kan Opa cuma ngerjain Mami doang. Habis, Mami orangnya sok grogi banget hanya karena dikunjungi bapak mertua yang cek per cek masih memiliki darah bangsawan. Nyante aje kali Mi, mau bangsawan kek, rakyat jelata kek, kita semua bokernya sama-sama bau kok.

Oh iya, kenapa keluarga gue nggak manggil Opa dengan sebutan Eyang? Itu karena waktu gue kecil dulu, Opa selalu merasa sangat tua kalo dipanggil Eyang. Jadi, semua keluarga Daneswara manggilnya Opa. Tapi kenapa sekarang enggak padahal Opa udah tua binggo? Itu semua karena berita soal Eyang Subur yang 'kembaliin uang saya' itu, Opa jadi marah kalo dipanggil Eyang. Dan bertitah, 'barangsiapa yang manggil Opa dengan sebutan Eyang bakalan dipecat dari keluarga Daneswara'. Keren kan Opa gue? Yoi!

Opa berjalan menuju pintu rumah dengan dikawal oleh babu-babunya keluarga bangsawan Daneswara. Waktu kecil dulu, Opa sering dateng bareng Oma. Tapi berhubung Oma curi start duluan daripada Opa, yah Opa sekarang jadi jomblo deh. Hehehe. Meski gitu, Opa tetep aja keren kok. Itulah yang buat gue nggak nyesel dilahirin di keluarga bangsawan ini, meski harus punya saudara kembar yang cupu.

Mami memyambut sopan dan hormat bapak mertuanya. "Selamat datang, Ayahanda." Setelah mengatakan itu, Mami mencium tangan Opa dan dibalas dengan belaian di pucuk kepala Mami.

Kemudian Leito yang berdiri di samping Mami juga ikut-ikutan memberi salam. "Selamat datang, Opa." Leito juga mencium tangan Opa dan dibalas dengan belaian di pucuk kepala juga.

Semua orang sok formal amat, yang datang cuma Opa kok bukan bapak presiden. Gue pun menerobos di tengah-tengah antara Mami dan Leito.

"Welcome, Opahanda!! How are you?!" ucap gue yang langsung meluk Opa dan nyium pipinya.

Opahanda. Gue manggil Opa dengan sebutan itu. Semua bermula sejak gue masih SD, waktu itu gue masih belum ngerti kenapa Papi dan Mami selalu manggil Opa dengan sebutan 'Ayahanda'. Gue pun mencari tau, dan akhirnya tau bahwa orang tua selalu memanggil Opa dengan sebutan 'Ayah'. Tapi gue tetep nggak ngerti, kenapa ada embel-embel 'anda'-nya di belakang.

Karna waktu itu gue masih polos, gue pikir itu bahasa ngetren jaman anak-anak SD, akhirnya gue pun memanggil Opa dengan sebutan 'Opahanda'. Dan selama setahun itu pula, seluruh keluarga Daneswara ngetawain gue setiap kali manggil Opa dengan sebutan itu. Yang lebih parahnya, Opa juga ikut-ikutan ngetawain gue. Dan yang lebih mirisnya lagi, gue juga ikutan ketawa! Soalnya, gue pikir mereka senang sama gue yang udah ngetren, nggak taunya, yah gitu deh. Tapi pada akhirnya, gue tetep manggil Opa dengan sebutan itu sampai sekarang. Ironis banget, ya? Atau gue aja yang terlalu lebay.

Oke, balik ke realita. Reaksi Opa langsung terkejut melihat kedatangan gue yang tiba-tiba. Mungkin efek udah terlalu lama nggak ketemu ditambah umur Opa yang makin tua, jadi kaget gini deh dengan perubahan fisik gue.

"Ini? Ini siapa? Kenapa bisa ada di sini?" Opa mengelak sambil menyipitkan matanya ngeliat gue.

"Ah, Opahanda mah! Pake kacamata dulu sono!" dumel gue kesel sama tindakan Opa. Tua sih tua, tapi jiwa jangan dong.

"Bukan. Bukan itu. Tapi ini kenapa ada Selena Gomez di sini? Opa jadi pangling tiba-tiba dipeluk dan dicium." Aw! Opa emang selalu penuh dengan sesuatu.

"Opahanda gimana sih? Ini bukan Selena Gomez, tapi Kendall Jenner."

Opa malah ketawa dengan jawaban gue, yang kemudian mengacak-acak rambut gue. "Maunya nih cucu Opa satu, bikin Opa tambah gemes aja." Yaiyalah! Cuma gue cucu Opa yang paling gemesin di keluarga Daneswara ini.

Tapi adegan mengharukan ini harus berakhir, karena nenek gayung udah narik badan gue ke sampingnya.

"Ayahanda masuk aja dulu, silahkan." Mami mempersilahkan Opa untuk masuk ke rumah. Setelah Opa udah masuk bersama dengan beberapa bodyguard-nya, Mami menyeret gue ke sampingnya Leito. "Mami nitip Laila ke kamu. Awasin dia," titah Mami ke Leito. Aduh, ini kok gue kayak anak bebek kehilangan pantatnya. Tapi bukan itu yang harusnya gue perdebatkan sekarang.

LEITO?! Si cupu akut ini ngejagain gue?! Nggak-nggak-nggak, ini pasti ada miss-telepathy di antara gue dan Mami. Baru aja gue pengen ngomong, si cupu udah bicara duluan.

"Menjauh dari gue."

Itu. Sudah. Cuma itu. Iya, hanya itu yang dia omongin dan langsung buang muka dari hadapan gue. Idih! Dasar cowok nggak bertanggung jawab. Gimana jadinya kalo nanti udah punya istri? Mau dikasih makan apa anaknya orang? Belum lagi kalo punya anak satu lusin! Ini cuma perasaan gue, atau gue emang udah mulai ngaco.

Setelah menyelesaikan permasalahan diri sendiri, gue merapikan rambut duta shampo gue dan ngikut masuk ke dalam rumah dimana Opa udah menanti Selena Gomez alias Kendall Jenner di ruang tamu. Dari pintu, gue udah dengar suara Killer yang lagi manja-manja ke Opa. Emang dasar anjing, pasti ada maunya tuh. Hehehe, gue juga sih. Tapi berharap dikit gak apa-apa toh, Opa kan selalu penuh dengan sesuatu.


<¤¤¤>

Misteri Di Antara Laila & LeitoWhere stories live. Discover now