dinner

97 11 0
                                    

Vomment please!

Enjoy!
-----

Jam di pergelangan tangan sudah menunjukkan pukul tujuh malam, namun sepertinya Hye Mi masih ingin berlama-lama disini. Satu setengah jam yang lalu Jae Hoon menelpon dan mengajaknya makan malam di sebuah restaurant yang baru dibuka beberapa hari yang lalu. Kini mereka sedang menyantap makanan mereka masing-masing.

"Bagaimana Jepang?" Hye Mi memotong steak-nya lalu memasukannya kedalam mulut dan mulai mengunyah.

"Kau mengharapkan jawaban seperti apa kalau yang aku lakukan selama disana hanyalah bertemu klien di dalam gedung," Jae Hoon mendengus. Ya, selama di Jepang, ia tidak punya waktu sama sekali untuk berkeliling dan menikmati pemandangan disana. Ia tidak pergi kemanapun selain gedung kantor kliennya dan juga hotel tempatnya menginap.

Hye Mi menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kalau aku jadi kau, aku pasti sudah gila. I mean, seharusnya kau bisa sedikit bersenang-senang disana."

"Ya, ya. Untungnya kau bukan aku, jadi kau tidak akan gila," cetus Jae Hoon. "Itu sudah jadi resiko pekerjaanku, jadi tidak masalah," ia melanjutkan.

Akhir-akhir ini lelaki itu disibukkan dengan pekerjaan barunya yang membuatnya harus terbang ke Jepang selama beberapa hari. Ia baru saja kembali ke Korea pagi tadi dan hal pertama yang ia pikirkan adalah mengajak Hye Mi makan malam. Jadwalnya begitu padat sehingga ia tidak punya banyak waktu untuk sekedar menelpon gadis itu.

"Walaupun setelah ini kau akan lebih sering pergi keluar negeri, pastikan kau selalu menelponku, oke?"

Jae Hoon mengangguk. "Oke."

"Kau yakin tidak mau memesan makanan lagi?" Tanya Jae Hoon setelah menelan potongan cordon bleu terakhirnya.

Hye Mi menggeleng sambil tersenyum. "Yakin. Memangnya kau mau aku jadi gendut?"

Jae Hoon tertawa pelan. "Aku tetap menyayangimu tidak peduli kau seperti apa," balasnya kemudian mengusap lembut puncak kepala Hye Mi.

"Aw," Hye Mi pura-pura tersipu, sesaat kemudian ia kembali melahap makanannya. "Oppa, aku heran kenapa sampai sekarang kau tidak terlihat mendekati gadis manapun," celetuknya.

Jae Hoon mengangkat bahunya. "Aku belum memikirkan itu. Masih banyak hal lain yang harus kuurus, dan mencari kekasih bukan salah satunya."

Semenjak menerima kenyataan bahwa Hye Mi adalah kekasih Sehun, Hyun Jae sama sekali tidak berpikir untuk menjalin hubungan dengan gadis lain. Bukannya tidak ada satu gadis pun yang mau dengannya, tetapi ia masih butuh waktu.

"Tapi tetap saja kau harus mencari. Kau tidak mungkin selamanya hidup sendiri, kan?"

"Tentu saja. Tapi tidak sekarang," balas Jae Hoon.

Tiba-tiba Hye Mi memicingkan kedua matanya. "Apa jangan-jangan kau ini gay?" tanyanya dengan nada bercanda yang kemudian dibalas dengan jitakan kepala.

Hye Mi mengelus-elus kepalanya yang sakit kemudian kembali menghabiskan makanannya.

"Bagaimana kabarmu dan Sehun? Baik-baik saja?"

Hye Mi mengangguk. Ia menelan makanannya lalu menjawab, "Kami baik-baik saja. Hanya saja beberapa hari yang lalu manajer Sehun tahu tentang hubungan kami."

"Jinjjayo? Lalu bagaimana sekarang?" tanya Jae Hoon khawatir.

"Awalnya manajer Sehun marah, tapi sekarang semuanya sudah kembali normal. Hyun Jae ahjussi juga mengerti maksud alasan kami melakukan ini."

Jae Hoon mengangguk paham. "Sehun tidak menyakitimu, kan?" tanyanya lagi.

Gadis itu menggeleng. "Tidak," jawabnya.

"Walaupun begitu, kau tetap bisa mengatakannya padaku kalau dia menyakitimu, mengerti?" Ucap Jae Hoon, meskipun ia tahu bahwa Sehun akan menepati janjinya dan sanggup menjaga Hye Mi.

"Arasseo," Hye Mi tersenyum.

Hye Mi meletakkan pisau dan garpunya diatas piringnya yang sudah kosong kemudian beralih menatap lelaki dihadapannya. "Setelah ini kau mau kemana?" tanya gadis itu. Ia berencana mengajak Jae Hoom menonton film jika lelaki itu tidak sibuk.

"Mungkin langsung pulang. Waeyo?"

"Kau mau menemaniku menonton bioskop? Ada film bagus yang ingin kutonton," tawar Hye Mi.

Jae Hoon berpikir sejenak kemudian mengangguk setuju. "Oke."

Lelaki itu melambaikan tangannya kearah pelayan untuk meminta bill. Tak lama kemudian seorang pelayan datang dan lelaki itu menyerahkan kartu kreditnya.

"Kau tidak lelah? Kau baru saja kembali dari luar negeri dan sekarang aku malah mengajakmu menonton," ujar Hye Mi ketika mereka menunggu kasir membayar pesanan mereka.

"Tentu saja lelah. Tapi akan lebih lelah lagi kalau harus berdiam diri sendirian di rumah. Lagipula kita sudah lama tidak menonton, kan?"

Pelayan yang tadi kembali ke meja mereka dan menyerahkan kartu milik Jae Hoon. "Kajja," lelaki itu berdiri. Hye Mi meraih tasnya kemudian mereka melangkah meninggalkan restoran.

-----

"MWO?!"

Tanpa sadar Sehun berdiri dari sofa, membuat member lain yang juga berada di ruang tengah menoleh.

"Kau sedang bersama Jae Hoon?" tanya lelaki itu tidak percaya. Ia masih tidak menyadari kalau para hyung-nya mulai menatapnya penasaran.

"Pasti telepon dari Hye Mi," ucap Baekhyun penuh keyakinan.

Sehun memang sudah memberitahu hubungannya dengan Hye Mi kepada semua hyung-nya, dan yang membuatnya lega adalah ternyata mereka semua justru senang dan menerima hubungannya.

"Aku dan Jae Hoon, kan memang bersahabat. Apa salahnya kalau aku menonton dengan sahabatku sendiri?" sahut Hye Mi dari ujung telepon.

Sehun kembali duduk di sofa. "Tapi tetap saja, Jae Hoon itu laki-laki," balasnya.

"Astaga. Memangnya kapan aku bilang kalau Jae Hoon itu perempuan? Sehun ah, kau terlalu berlebihan."

Sehun tertegun. Hye Mi benar, ia terlalu berlebihan. Lagipula sejak awal Hye Mi memang sudah dekat dengan Jae Hoon. Dan yang perlu ia lakukan saat ini adalah mempercayainya.

Lelaki itu menghela napas. "Arasseo. Mianhae," ucapnya sesaat kemudian. Ia menoleh ke kiri dan kanan dan mendapati para hyung-nya sedang memperhatikannya. "Aku sedang bersama yang lain sekarang. Kau mau bicara dengan mereka?"

"Jinjjayo? Tentu saja mau," jawab Hye Mi bersemangat.

Sehun menjauhkan ponselnya dari telinga sejenak. "Hye Mi mau berbicara dengan kalian," ucapnya kepada para hyung-nya kemudian menekan tombol speaker.

"Annyeong Hye Mi ah!"

"Han Hye Mi!"

"Bogosipeoyo, Hye Mi ah."

"Wow, satu-satu guys." Hye Mi tertawa di ujung telepon. "Halo semuanya."

"Hye Mi, kau tidak pernah berkunjung ke dorm sekarang," Suho bersuara.

"Ah, ya, mianhae. Aku sedang sibuk melatih akhir-akhir ini. Mungkin aku bisa kesana besok," balas Hye Mi.

"Kau harus kesini besok. Kita semua bisa makan malam bersama," ujar Xiumin.

"Arasseo. Aku akan kesana besok. Kosongkan jadwal kalian," balas Hye Mi. "Ah, mianhae, aku sedang bersama sahabatku sekarang. Aku akan menelpon lagi nanti. Sampai bertemu besok!"

Sehun kembali menempelkan ponselnya di telinga kirinya. "Kau harus kesini besok malam, arasseo?" Ucapnya mengingatkan.

"Arasseo. Aku janji," balas Hye Mi. "Film-nya sudah mau dimulai. Nanti kutelepon lagi, oke?"

"Baiklah. Sampaikan salamku untuk Jae Hoon. Saranghae."

"Hmm. Nado saranghae, Sehun ah."

Can We Survive?Kde žijí příběhy. Začni objevovat