get caught

119 15 0
                                    

"Hyung, kapan kalian akan berhenti membuat gosip tentangku?"

Sehun menatap manajernya dengan wajah kesal. Ini sudah hampir dua bulan dirinya dikabarkan menjadi kekasih Krystal. Bukannya ia tidak menghargai teman satu agensinya itu, hanya saja ia tidak ingin Hye Mi melihat wajah kekasihnya sendiri bersama gadis lain.

Tidak hanya sekedar berita, Sehun juga harus melakukan beberapa 'aksi' di depan publik yang bisa memperkuat berita itu. Menonton di bioskop berdua, makan siang di restaurant, jalan di tengah kota, dan beberapa scene romantis lainnya terpaksa Sehun lakukan.

Hye Mi memang bilang ia tidak masalah akan hal itu, tapi tentu saja Sehun tidak. Kalau ia jadi Hye Mi dirinya pasti marah kalau memiliki kekasih yang lebih sering menghabiskan waktu bersama kekasih 'bohongan'-nya daripada dengan kekasihnya sendiri.

"Aku tidak bisa memastikan. Tapi kurasa tidak akan lama," jawab Hyun Jae, si manajer hyung sambil membaca beberapa dokumen di meja kerjanya. Dirinya sama sekali tidak punya hak untuk mengubah-ubah keputusan manajemen semaunya. Sebenarnya ia juga kasihan melihat anak asuhnya itu harus melakukan sesuatu yang ia tidak suka, tapi ia tidak bisa apa-apa selain menunggu kabar dari manajemen.

Ting ting...

Sebuah notifikasi muncul di layar ponsel Sehun. Senyumnya mengembang begitu tulisan HYE MI terpampang di ponselnya. Tanpa berniat berdiri dan berjalan menjauh dari managernya, lelaki itu langsung menggeser tombol hijau.

"Yeoboseyo?" Sapa Sehun.

"Sehun ah kau dimana?" Tanya Hye Mi dari ujung telepon.

Sehun melemparkan pandangan ke Hyun Jae yang seakan bertanya "telepon dari siapa?" kepadanya. Matanya memperhatikan gerak gerik Sehun dengan curiga. "Aku di kantor. Kenapa? Kau sudah selesai mengajar?"

Hyun Jae menyipitkan matanya mendengar nada bicara Sehun yang cukup langka. Ia sudah mengenal Sehun untuk waktu yang cukup lama dan ia hafal betul semua kebiasaan lelaki itu. Dan nada bicara juga pertanyaan semacam itu hanya dilontarkan Sehun untuk orang yang benar-benar ia sukai.

"Aniya.. apa aku boleh kesana? Aku baru saja membeli bubble tea kesukaanmu," seakan ada listrik yang mengalir di tubuhnya, Sehun langsung terduduk tegak. Tidak ada yang bisa membuatnya lebih bersemangat selain bubble tea. Dan tentunya Hye Mi.

Sehun melirik Hyun Jae sekali lagi dan mendapati pria itu masih memandanginya dengan penuh tanda tanya. Sehun yakin setelah ia meletakkan ponselnya lelaki itu pasti akan menghujaninya dengan berbagai pertanyaan. "Tentu saja boleh. Aku ada di ruangan manajer hyung," balas Sehun dan detik berikutnya ia melempari Hyun Jae dengan kertas diatas meja sambil memberikan tatapan risih karena sudah diperhatikan sejak tadi.

"Waeyo?" Tanya Hyun Jae enteng kemudian merapikan kembali kertas-kertas yang tadi dilempar oleh Sehun kearahnya.

"Kau tidak sedang sibuk, kan?" Hye Mi bertanya. Sesaat ia terdiam. "Apa baik-baik saja kalau nanti aku bertemu manajermu? Kau belum memberitahunya, kan?" terdengar nada khawatir dari pertanyaan gadis itu.

Sehun menggeleng dan sedetik kemudian sadar kalau Hye Mi tidak bisa melihatnya. "Gwenchana. Datang saja kesini, aku merindukanmu."

Hyun Jae yang sudah mulai mengabaikan Sehun pun kembali menatap Sehun dengan pandangan terkejut tapi Sehun tidak peduli. Apa salahnya memberitahu manajernya sendiri bahwa Hye Mi adalah kekasihnya.

"Arasseo. Gidaryeo," ucap Hye Mi kemudian memutus sambungan telepon.

"Telepon dari siapa?" Tanya Hyun Jae ketika Sehun mengantongi ponselnya.

Sehun merenggangkan tubuhnya lalu bersandar di sandaran sofa. "Hye Mi, hyung. Dia bilang dia ingin mampir kesini."

"Hye Mi? Han Hye Mi? Kenapa dia tiba-tiba menelponmu?" Hyun Jae kembali mengintrogasi Sehun.

Sehun menghela nafas panjang. "Memangnya dia tidak boleh menelponku?" Balas Sehun acuh. Ia sedang tidak ingin ditanyai macam-macam saat ini. "Geumanhae, hyung," lelaki itu memejamkan matanya, tanda kalau ia sudah tidak mau menerima pertanyaan lagi.

Tatapan Hyun Jae berubah tenang. Mungkin ia bertindak berlebihan barusan. "Arasseo," ujarnya sambil memandang Sehun yang sepertinya mulai terlelap. Entah mengapa ia merasa ada sesuatu yang janggal antara Sehun dan Hye Mi yang sejak tadi mengusik pikirannya, namu dengan segera ia mengalihkan pikirannya.
----

Ting ting..

Sehun membuka matanya perlahan begitu mendengar ponselnya berbunyi. Di ruangan itu hanya tersisa dirinya karena Hyun Jae menghilang entah kemana.

"Yeoboseyo?" Sapa Sehun. Kepalanya sedikit berdenyut akibat tertidur tadi.

"Kau masih di kantor? Aku sudah sampai di lobby. Kau di lantai berapa?" Hye Mi bertanya dari ujung telepon. Sehun melirik arlojinya yang sudah menunjukkan pukul setengah tiga. Itu artinya ia sudah tertidur selama satu jam.

"Aku di lantai tiga. Ruangannya tepat di seberang li- aniya, lebih baik aku menjemputmu ke bawah," Sehun berdiri dan bersiap-siap turun ke lantai bawah.

"Aniya! Aku bisa kesana sendiri. Kau tunggu saja disana. Arasseo?" Hye Mi membalas dan sedetik kemudian mematikan teleponnya.

"Yeoboseyo?" Sehun melihat layar ponselnya. "Kenapa dia selalu menutup telepon saat aku belum selesai bicara, eoh?" gumamnya.

Lima menit kemudian terdengar suara ketukan pintu. "Sehun ah?"

Dengan senyuman lebar, Sehun segera berjalan mendekati pintu dan membukanya. Hye Mi, seperti biasanya, memakai yoga pants dan sweater setiap kali mereka bertemu setelah gadis itu selesai mengajar. "Annyeong, Sehun ssi," sapanya dengan senyum yang menunjukkan lesung pipinya.

Sehun menarik Hye Mi agar segera memasuki ruangan kemudian menutup pintu. Ia memandangi wajah gadisnya beberapa saat sambil tersenyum. Dirinya benar-benar beruntung bisa memiliki kekasih secantik Hye Mi. Sepasang mata coklat, hidung runcing, dan bibirnya yang kemerah-merahan membuat Sehun sanggup menatapnya seharian.

Hye Mi memutar bola matanya. "Mwoya? Mau sampai kapan kau memandangiku seperti ini, Oh Sehun ssi?"

Sehun terkekeh kemudian mengusap lembut puncak kepala Hye Mi sebelum akhirnya mendaratkan kecupan di bibir gadis itu. "Kau baik-baik saja, kan?" tanya Sehun lembut.

Hye Mi mengangguk kemudian tersenyum. "Aku baik-baik saja," pandangannya beralih kearah kaki kanan Sehun. "Kakimu sudah sembuh?"

"Sudah. Kakiku sudah boleh digerakkan sejak dua hari yang lalu. Untung saja cederanya tidak parah, jadi tidak perlu waktu lama untuk bisa sembuh," jawab Sehun.

Hye Mi tersenyum lega. "Ah, ya," ia menyodorkan sebuah kantong plastik, "bubble tea."

"Yehet," Sehun tersenyum senang lalu segera mengambil bubble tea-nya. "Darimana kau tahu kalau aku suka choco?" Tanya Sehun keheranan.

Hye Mi tersenyum bangga. "Aku hanya menebak saja tadi," jawabnya kemudian meminum bubble tea-nya sendiri. "Geundae, aku tidak melihat manajermu dari tadi," gadis itu menoleh ke sekelilingnya.

Sehun mengangkat bahu. "Aku juga tidak tahu. Tadi hyung masih disini sebelum aku tertidur."

Lelaki itu menangkap pandangan resah Hye Mi. Ia tahu cepat atau lambat semua orang akan tahu hubungan mereka yang sebenarnya. Dan Sehun juga sadar apa dampaknya jika hal itu terjadi. Dan yang paling ia takutkan adalah para hyung-nya. Semua kepercayaan mereka pasti akan hilang begitu tahu bahwa selama ini member termuda mereka menyembunyikan sesuatu.

"Sehun ah," panggil Hye Mi, "bagaimana kalau nanti semua orang tahu yang sebenarnya? Kita tidak mungkin seperti ini terus, kan?"

Sehun menggenggam tangan Hye Mi lembut. "Percaya saja padaku," tangan kanannya meraih wajah gadis itu dan menautkan bibir mereka selama beberapa saat.

ceklek.

"Oh Sehun, Han Hye Mi ssi. Apa yang baru saja kalian lakukan?"

-----



Can We Survive?Where stories live. Discover now