#17

1K 11 1
                                    

Selesai berkata, dia segera berjalan lebih dahulu meninggalkan tempat tersebut.
Kwik Soat kun segera mengikuti di belakangnya berlalu dari sana, tapi sewaktu teringat akan keadaan dua orang itu yang melarikan diri terbirit-birit, tanpa terasa dia pun turut berpaling.
Begitu melihat, kontan saja membuat Kwik Soat kun menjerit keras saking kagetnya.
Ternyata sepasang mata Buyung Tiang kim yang semula tertutup rapat itu, sekarang telah mementangkan matanya lebar-lebar bahkan dengan wajah penuh amarah.

Padahal Kwik Soat kun tahu kalau dia hanya sesosok mayat, tapi mengapa mayat itu bisa mementangkan matanya lagi sehingga tampangnya nampak begitu menakutkan"
Tiba-tiba kakek berjubah panjang itu menarik pakaian Kwik Soat kun sambil bisiknya.
"Nona, jangan berteriak !"
Padahal Kwik Soat kun telah menyadari akan kekhilafannya setelah menjerit tertahan tadi, namun hatinya masih merasa ragu bercampur tidak habis mengerti, tanpa terasa dia berseru.
"Sepasang mata Buyung tayhiap terpentang lebar-lebar."
"Bila sepasang matanya tidak terpentang lebar, sulitlah buat kita untuk meloloskan diri dari pencarian mereka" jawab kakek berjubah panjang itu hambar.
Sambil berkata dia lantas beranjak meninggalkan gua tersebut.
Kwik Soat kun segera menyusul di belakangnya.
"Kalau sepasang mata sesosok mayat masih bisa dipentangkan, bukankah orang mati pun dapat berkata."
Kakek berjubah panjang itu segera tertawa.
"Apakah nona merasa keheranan ?"
Kwik Soat kun segera menyadari akan sesuatu, segera serunya dengan cepat.
"Apakah kau yang telah menggerakkan mayat tersebut ?"
"Aaa, mana mungkin aku mempunyai kecerdasan seperti ini." jawabnya kemudian.
"Lantas siapakah yang telah mengatur siasat tersebut ?" tanya dia lagi.
"Kecuali majikanku, siapa lagi yang memiliki kecerdasan otak seperti ini ?"
Begitulah, sembari berbicara sembari melanjutkan perjalanan, tanpa terasa mereka sudah keluar dari gua batu itu dan tiba ditengah sebuah hutan.
Tatkala Kwik Soat kun menjumpai orang tua itu hapal sekali dengan daerah disekitar sana, tanpa terasa kembali tanyanya.
"Sebenarnya siapa sih majikanmu itu ?"
"Tentang soal ini, maaf bila aku tak dapat memberitahukan kepadamu, bila harus disampaikan kepadamu, majikanku pasti akan menerangkan sendiri kepadamu nanti."
"Ooh... tampaknya kalian majikan dan pelayan dua orang benar-benar manusia yang misterius."
Kakek berjubah panjang itu tertawa hambar.
"Di tempat dan situasi yang penuh dengan hawa napsu membunuh begini, seandainya kami tidak bersikap lebih misterius dan berhati-hati, bagaimana mungkin masih bisa hidup terus sampai sekarang ?"
Sekali lagi Kwik Soat kun berpikir di dalam hati kecilnya.
"Orang ini menutup mulutnya sangat rapat, mungkin sulit bagiku untuk mendapatkan jawaban yang pasti !"
Berpikir sampai di situ, dia segera berkata.
"Aku lihat, kau hapal dan menguasai penuh seluruh wilayah di sekitar tempat ini."
"Aku berdiam hampir lima tahun lamanya di tempat ini, justru kami selalu mengandalkan "kehapalan" kami atas daerah disekitar tempat ini untuk menyembunyikan diri dari pelbagai ancaman dan mara bahaya..."
Kwik Soat kun segera berkerut kening, serunya.
"Hai, tampaknya kau banyak mengetahui tentang persoalan yang menyangkut soal perguruan tiga malaikat."
Kakek berjubah panjang itu tertawa.
"Nona, jangan harap kau bisa berhasil untuk mengorek sedikit rahasia dari mulutku, lebih baik berhematlah tenaga dan tidak mengajukan pertanyaan lagi."
"Kalian menolong kami tentu disebabkan satu alasan bukan ?"
"Sudah kukatakan tadi, bukan aku yang menolongmu melainkan majikanku, apabila nona mempunyai banyak persoalan yang mencurigakan hatimu, harap suka bersabar sebentar, setelah bertemu dengan majikanku nanti, rasanya belum terlambat untuk ditanyakan lagi."
"Menutup mulut bagaikan menyumbat botol, tampaknya kau benar-benar seorang manusia yang luar biasa...."
Setelah berhenti sejenak, terusnya.
"Kau hendak mengajakku pergi kemana ? Tentunya kau bersedia untuk menerangkan kepadaku bukan ?"
"Kita sudah sampai ditempat tujuan !"
Mendadak dia mempercepat langkah kakinya dan memasuki hutan yang cukup lebar itu.
Kwik Soat kun segera mengikuti di belakangnya berbelok ke kiri dan berputar ke kanan dan mengikuti di belakangnya hampir setengah jam lebih sebelum orang itu berhenti.
Gerak langkah kaki kakek berjubah panjang itu dari lambat mendadak menjadi cepat kembali kemudian dari cepat menjadi secepat kilat, perjalanan berikutnya mereka tempuh dengan begitu cepatnya sehingga tak sempat lagi buat Kwik Soat kun untuk memperhatikan keadaan di sekelilingnya....
Rupanya mereka sedang menembusi hutan yang lebat dan semak belukar yang tinggi, dalam keadaan seperti ini, asal dia bertindak kurang berhati-hati maka bisa jadi akan kehilangan sama sekali jejak si kakek tersebut.
Menanti kakek berjubah panjang itu menghentikan perjalanannya, Kwik Soat kun baru dapat menghembuskan napas panjang, sepasang matanya yang jeli segera mengawasi keadaan di sekelilingnya dengan seksama.
Ternyata disekitar tempat itu hanya penuh dengan pepohonan yang tinggi serta semak belukar yang amat lebat, sejauh mata memandang yang terlihat hanya rumput dan dedaunan belaka, sama sekali tak nampak batu karang atau pun tanah perbukitan.
Kwik Soat kun yang mencoba menahan diri tapi lama kelamaan tak dapat juga melawan kecurigaan di dalam hatinya, akhirnya tak tahan lagi dia menegur.
"Masih berapa jauh ?"
"Sudah sampai ditempat ini."
"Tapi disekitar tempat ini sama sekali tidak kujumpai rumah untuk berdiam dan dimanakah kalian berdua hidup selama ini ?"
"Bila ditempat ini terdapat sebuah rumah sebagai tempat berteduh, bagaimana mungkin bisa meloloskan diri dari pengintaian mata-mata perguruan tiga malaikat ?"
"Lantas bagaimana cara kalian berdua melanjutkan hidup ?"
"Dengan langit sebagai atap dan bumi sebagai tikar dimana pun kami berdiam diri."
"Oooh, aku mengerti sekarang, selama beberapa tahun ini kalian pasti berdiam terus dibalik hutan dan semak belukar yang lebat ini, sekali tinggal beberapa tahun sudah dilalui, nampaknya kalian memang merupakan manusia-manusia yang mempunyai maksud tertentu."
Kemudian setelah berhenti sejenak, sambungnya lebih jauh.
"Tempat ini merupakan hutan belantara dengan semak belukar yang sangat lebat, bagaimana cara kita untuk bisa berjumpa dengan majikanmu itu...?"
Kakek berjubah panjang itu menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Tiada jalan lain untuk mencarinya kecuali menantikan kedatangannya di sini."
"Sampai kapan dia baru akan kembali ?"
"Soal ini harus bergantung pada nasib."
Kwik Soat kun benar-benar merasa gelisah sekali tapi dia pun mengerti, sekalipun ditanyakan lebih jauh pun belum tentu bisa memperoleh jawaban yang memuaskan, terpaksa dia hanya berjalan mondar-mandir dengan perasaan tak tenang.
Berbeda sekali dengan sikap kakek berjubah panjang itu, dia nampak amat santai sambil bergendong tangan, dia mengamati keadaan sekeliling tempat itu.
Mendadak ia membalikkan tubuhnya dan menatap wajah Kwik Soat kun lekat-lekat kemudian katanya.
"Nona Kwik, apakah kau berharap bisa jumpa dengan majikan kami secepat mungkin ?"
"Benar, lebih cepat lebih baik !"
"Kalau begitu, terpaksa aku akan menyiksa nona sebentar !"
Ucapan tersebut segera membuat Kwik Soat kun menjadi tertegun.
"Katakan saja apabila benar-benar dapat membantu situasi, aku tak akan segan-segan."
Kakek berjubah panjang itu segera tersenyum.
"Harap nona jangan salah paham, majikanku adalah seorang lelaki sejati."
"Aaai, seandainya dia tidak memiliki jiwa ksatria yang begitu agung, bagaimana mungkin dia bisa hidup selama banyak tahun di sini ?"
"Apa yang kau inginkan ? Cepat utarakan !"
Dari dalam sakunya kakek berjubah panjang itu mengeluarkan seutas kain hitam, kemudian katanya.
"Bukannya majikan kami sengaja berbuat sok misterius, sesungguhnya dia memiliki kesulitan yang terpaksa, di saat nona berjumpa dengannya nanti harap kau menutup matamu rapat-rapat. Andaikata dia ingin berjumpa dengan nona, sudah pasti kain penutup mata di wajah nona akan dilepas sendiri olehnya."
"Kau hendak menutupi sepasang mataku ?"
"Benar. Hanya saja hal tersebut bukan semacam kunci, kunci ini bisa mengendalikan manusia sejati namun tidak berlaku untuk manusia rendah, setelah ku tutup matamu dengan kain tentu saja aku tak bisa mengikat sepasang tanganmu, setiap saat kau bisa melepaskan kain tersebut secara mudah. Cuma aku sangat berharap agar nona dapat menepati janji dan jangan sampai membuka kain hitam tersebut, dengan demikian hal tersebut akan lebih bermanfaat bagi nona sendiri."
"Cukup dilihat dari sikap misterius kalian, majikan dan pelayan, aku sudah benar-benar merasa takluk, tak usah diterangkan lebih jauh, silahkan saja turun tangan."
Kakek berjubah panjang itu segera menutupi sepasang mata Kwik Soat kun dengan secarik kain hitam, kemudian katanya.
"Nona, aku hendak mengikat pula tubuhmu dengan sebuah tali !"
"Silahkan saja diikat, aku pasrah saja terhadap semua tindakanmu itu."
Dia merasa pinggangnya seperti dengan seutas tali, lalu didalam waktu singkat tubuhnya sudah melambung ke tengah udara.
Sekalipun sepasang mata Kwik Soat kun tak bisa menangkap benda apapun, namun dia sudah menduga kalau tubuhnya sedang dikerek naik ke atas sebatang pohon yang amat besar.
Benar juga, tak selang berapa saat kemudian dia merasa daun yang tebal menerpa sekeliling tubuhnya, sementara tubuh yang sedang dikerek naik pun segera berhenti.
Sesudah itu terdengar seseorang berkata dengan nada berwibawa.
"Keselamatan nona terjamin, kau tak usah kuatir kalau sampai terjatuh ke bawah."
Kwik Soat kun mengerti, seandainya dia nekad juga untuk lalu membuka kain hitam penutup matanya itu, suasana pasti akan berubah menjadi amat tidak menyenangkan, terpaksa dia hanya bisa mengingat-ingat suara tersebut dengan seksama, dia berharap apabila bisa mendapat kesempatan dilain waktu untuk mendengar suara tersebut lagi, dia bisa menduga kedudukan maupun identitas orang ini.
Setelah mengambil keputusan dalam hatinya, dia pun berkata.
"Boanpwe adalah seseorang yang berulang kali berhasil lolos dari kematian, soal mati hidup sudah tak pernah kupikirkan lagi di dalam hatiku..."
Suara yang berwibawa itu segera menghela napas panjang.
"Aaai..... dunia persilatan memang penuh dengan jurang dan tebing yang berliku-liku, hati manusia sukar diduga dalamnya, namun di dalam dunia ini toh tetap terdapat manusia yang tidak kemaruk akan harta, nama serta kedudukan, manusia bodoh yang tidak terpengaruh oleh kehebatan ilmu silat, dalam suasana semacam ini, dunia persilatan membutuhkan manusia-manusia seperti inilah untuk membangun kembali kebenaran serta keadilan di dalam dunia persilatan."
Ucapan yang begitu gagah dan perkasa ini membuat Kwik Soat kun merasa amat kagum, tak tahan lagi dia berseru.
"Locianpwe telah menyelamatkan jiwa boanpwe, budi kebaikan ini lebih tinggi daripada bukit, apabila kau hendak menitahkan sesuatu, boanpwe pasti akan melakukannya tanpa membantah."
"Asal kau mempunyai ingatan demikian, aku pun bisa merasa lega, cuma saatnya sekarang belum tiba." sahut suara yang berwibawa itu sambil tertawa.
"Perguruan tiga malaikat penuh oleh misteri dan segala macam keanehan, sekalipun boanpwe sudah mengalami kesemuanya itu, namun sekalipun sudah dilihat pun hanya dilihat dengan percuma, kalau aku diharuskan untuk membayangkan kembali, maka sama sekali tiada sisa kenangan yang berada didalam benaknya."
"Persoalan yang terdapat dalam perguruan tiga malaikat penuh liku-liku yang suka diceritakan dalam sepatah dua patah kata saja, bagaimana mungkin masalahnya dapat kau pahami berdasarkan pengamatan yang sepintas lalu ? Apabila kau memang benar-benar ingin menolong umat persilatan dari bahaya ini, kau boleh melakukan beberapa buah pekerjaan bagiku."

Lembah Tiga Malaikat (San Seng Men) -  Wo Lung ShenWhere stories live. Discover now