#6

2K 21 2
                                    

Siau Po cha mencoba untuk memeriksa dengusan napas kedua orang itu, ternyata mereka benar-benar telah meninggal dunia.
Dengan wajah dingin dan kaku serta hawa pembunuhan menyelimuti seluruh wajahnya, Tong Thian hong segera berkata. "Kami tak punya waktu terlalu lama untuk tinggal di tempat ini lagi, sekarang hanya ada dua pilihan buat nona, selamanya aku suka bekerja secara terang terangan dan berbicara jelas, asal nona mau menjawab semua pertanyaan dengan jelas dan jujur, aku pun bersedia untuk melepaskan kau pergi dari sini"
"Bila terlampau banyak yang ku beritahukan kepada kalian, sudah pasti aku akan di hukum oleh peraturan perguruanku!"
"Itu masih urusan mu sendiri, dunia begini luas dan lebar, tidak sulit toh untuk mencari suatu tempat untuk menyelamatkan diri"
Setelah berhenti sebentar, lanjutnya. "Pokoknya aku tak mau mencampuri urusanmu, jika kau tidak mau menjawab pertanyaanku maka nyawamu akan segera ku cabut, aku pun bisa menggunakan siksaan yang paling keji untuk memaksamu mengaku, Atau kuambil cara yang paling cepat yakni menotok jalan darah kematianmu, agar kau mampus tanpa mengeluarkan sedikit suarapun"
Ketika mengucapkan kata-kata tersebut wajahnya tampak dingin dan kaku, membuat orang mendapat kesan seakan akan setiap saat mungkin dia akan turun tangan.
Siau Po cha termenung sebentar, kemudian katanya, "Apa yang ku ketahui sangat terbatas sekalipun akan ku beritahukan semuanya kepadamu, belum tentu kau akan mempercayainya."
"Aku percaya masih sanggup untuk membedakan mana pengakuan yang palsu dan mana pengakuan yang sebenarnya"
Baiklah! Aku akan menyerempet bahaya tanyalah apa yang ingin kau tanyakan!"
"Dimanakah letak markas besar Sam seng bun?"
"Aku tidak tahu, tapi ka tahu Seng tong yang berada di atas bukit Tay hu-san, bukan lembah tiga malaikat markas besarnya perguruan Sam seng bun"
"Kau kenal Im Hui?"
"Im kongcu mempunyai kedudukan yang sangat tinggi, sukar rasanya untuk berjumpa dengannya, tapi beruntung aku pernah menjumpainya satu kali....."
"kau ditugaskan dalam rumah pelacuran aku yakin pasti ada tujuan tertentu, bolehkah aku tahu apa tujuannya?"
"Aku tak lebih cuma seorang mata-mata, seorang mata matanya dari Sam seng bun, soalnya orang yang berlalu lalang dalam rumah pelacuran amat banyak dan terdiri dari pelbagai lapisan manusia, paling gampang mencari berita dalam suasana begini, bila mendapat berita besar maka berita itu segera kulaporkan ke seng tong melalui burung merpati"
"Aku rasa kau tidak mirip seorang mata-mata, mendadak Buyung Im seng menyela.
"Aku adalah komandan mata-mata yang mengepalai wilayah seratus li di sekeliling tempat ini di bawahnya masih ada puluhan cabang mata-mata yang mengepalai ranting, jika mereka mendapat berita segera dilaporkan kepadaku dan akulah yang melaporkan ke seng tong melalui burung merpati!"

"Andaikata kami lepaskan nona, apakah kau kan membocorkan rahasia hari ini kepada atasanmu?"
"Kecuali kalau kau tidak takut mati"
"Aku ingin mengajukan pertanyaan terakhir, "Soal apa?"
"Belakangan ini berita apa yang berhasil kalian dapatkan?"
Sambil merendahkan suaranya Siau Po cha berbisik.
"Buyung Im seng yang berhasil ditangkap oleh perguruan kami, tapi kemudian ditolong oleh orang ditengah jalan."
"Bagaimana dengan nasib Buyung kongcu?" Buyung Im seng segera bertanya dengan cepat.
"Sampai sekarang masih belum diketahui, aku sedang melakukan penyelidikan"
"Tampaknya perguruan Sam seng bun kalian bertekad untuk mendapatkan Buyung kongcu, sesungguhnya mengapa bisa demikian ?"
"Dari pihak Seng tong diturunkan perintah yang mengatakan barang siapa yang dapat menawan Buyung kongcu, maka dia akan mendapat hadiah sebiji Hoo siu ho dan sebilah pedang yang tajam, selain itu juga dinaikkan pangkatnya menjadi Siau yau tongcu"
"Lagaknya sih besar sekali, pedang tajam meski bukan suatu benda yang hebat, Hoo siu ho berusia seribu tahun merupakan benda langka dalam dunia persilatan, yang paling kupahami adalah Siau yang tongcu tersebut, sebenarnya apa yang dinamakan Siau yau tongcu san apa pula kedudukan tersebut?"
"Siau Yau tongcu adalah suatu kedudukan paling tinggi dalam perguruan Sam seng bun ko tersebut hanya setingkat di bawah tiga malaikat sedemikian tingginya kedudukan tadi bukan saja Seng tong tak bisa memberi perintah kepadanya, diapun diperbolehkan berpesiar dimana saja dia inginkan, dimana dia berada di situ orang-orang sang seng bun akan menghormatinya selain melindungi keselamatannya dengan sepenuh tenaga.
"Ehmm, tak usah dijelaskan lagi, aku sudah mengerti sekarang!" tukas Tong Thian hong kemudian. "Sekarang apa yang hendak kalian tanyakan lagi?" kemungkinan yang kau ketahui tentang kekuatan Sam seng bun......!"
"Kalian sudah mengetahui kedudukanku, berapa banyak rahasia yang ku ketahui aku rasa di hati kalian pun ada perhitungannya"
"Oleh karena itu, lebih baik kau saja yang mengatakan semua yang kau ketahui"
"Apa yang ku ketahui semuanya telah ku utarakan"
"menurut apa yang ku ketahui, paling tidak masih ada sedikit persoalan yang belum kau katakan" tukas Tong Thian hong dengan suara yang dingin seperti es.
"Soal yang mana?" "Jika semua yang kau katakan itu jujur, maka kau tak akan menerima perintah langsung dari Song tong, semestinya seorang atasan yang mengurusi dirimu?"
Siau Po cha menjadi tertegun
"Soal ini....soal ini...
Ia menjadi tergagap dan untuk sesaat lamanya tak sanggup melanjutkan perkataan itu.
"Nona, aku lihat usiamu masih sangat muda paling tidak juga bisa hidup puluhan tahun lagi bila harus mati pada saat ini, tidakkah kau merasa kalau hal ini terlampau sayang?"
Dengan kening berkerut Siau po cha lantas berseru, "Adapun atasanku itu...dia....dia berada di...."Kau jangan sembarangan menuduh lagi aku bisa segera mendapatkan bukti kebohonganmu itu!" seru Tong Thian hong memperingatkan.
Tiba-tiba Siau Po cha menuding ke arah kakek yang sudah menjadi mayat itu sambil berseru, "Dia, dia yang sudah mampus itulah atasanku, Tong Thian hong tertawa dingin, ia segera mencengkeram ibu jari tangan kanan Siau Po cha dan di tekannya keras-keras.
"Kraaak...!" ibu jari kanan Siau Po cha itu segera patah menjadi dua.
"Aku rasa kedudukan nona jauh di atas kedudukan mereka bukan?" ejeknya sinis.
Dengan cepat tangan kanannya mencengkeram pergelangan tangan kanan Siauw po cha, sementara tangan kirinya mencengkeram tulang persendian sikut tangan kanan gadis itu seterusnya. Jika nona tidak mengaku secara jujur lagi, jangan salahkan kalau ku patah kan tulang persendian sikut kananmu ini!"
Ketika jari tangan kanannya dipatahkan tadi, seluruh wajah Siau po cha sudah basah oleh keringat, ketika didengarnya Tong Thian hong. mengancam akan mematahkan juga tulang persendiannya, paras muka perempuan itu kontan saja berubah hebat.
"Orang itu - - - orang itu juga berada dirumah pelacuran ini" buru-buru serunya.
"Siapa?"
"Mungkin kalian sudah tak akan menemukan orang itu lagi",
"Aku tanya siapakah orang itu?"
"Dia adalah perempuan tua yang membawa kalian berdua masuk ke dalam ruangan tadi"
"Apakah germo tua itu mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari pada dirimu?"
Sekarang Siau po cha sudah makin keder oleh kebengisan dan keganasan Tong Thian hong, semua pertanyaan yang diajukan pasti di jawab sejujurnya, ketika mendengar pertanyaan itu, buru-buru dia mengangguk.
"Betul, dia mempunyai kedudukan satu tingkat lebih tinggi dari pada kedudukanku" Setelah berhenti sebentar, terusnya.
"Cuma sepertanak nasi sebelumnya, ia telah mendapat panggilan lewat burung merpati dan buru-buru pergi, coba kalau dia berada di sini, tak nanti dia akan membiarkan kalian bikin keonaran di sini"
Satu ingatan segera melintas dalam benak Tong Thian hong, tanyanya.
"Siapa yang telah mengundangnya pergi?"
Dengan cepat Siau Po-cha menggelengkan kepalanya berulang kali, sahutnya.
"Aku tidak tahu."
"Apa lagi yang kau ketahui ?" pelan-pelan Tong Thiang hong mengendorkan cengkeramannya pada sikut orang.

Lembah Tiga Malaikat (San Seng Men) -  Wo Lung ShenWhere stories live. Discover now