#15

1.3K 14 0
                                    

Di bawah serangan berantai yang dilepaskan secara gencar itu, lelaki berbaju hitam yang ceking lagi jangkung itu kontan saja dibuat kelabakan setengah mati.
Ketika lelaki berbaju hitam yang gemuk pendek itu menyaksikan rekannya mulai tak tahan, dia segera turun tangan membantu.
Sebetulnya Nyoo Hong leng ingin turun tangan membantu setelah dilihatnya pihak lawan main kerubut, tapi niatnya itu segera dibentak oleh Khong Bu siang.
Walaupun Nyoo Hong leng menuruti juga perkataan Khong Bu siang dan tidak maju membantu, tapi timbul juga kecurigaan dalam hatinya.
Kendatipun Buyung Im seng dapat mengalahkan kedua orang itu, tapi dengan harus bertarung satu lawan dua, sudah banyak waktu yang dibutuhkan untuk merobohkan mereka.
Berbeda kalau dia turun terjun ke arena, dengan satu lawan satu niscaya kedua lawan bisa dirobohkan dalam waktu singkat, bagaimanapun didalam soal waktu mereka akan peroleh keuntungan besar.

Nyoo Hong leng memang tidak mengutamakan kecurigaan dalam hatinya, namun toh sepasang matanya yang terbelalak lebar mengawasi wajah Khong Bu siang penuh tanda tanya.
Dia menduga dengan kecerdasan Khong Bu siang, seharusnya dapat merasakan juga kecurigaan yang mencekam perasaannya sekarang.
Namun Khong Bu siang sama sekali tidak menggubrisnya, dia seolah-oleh memang bermaksud untuk mengulur waktu.
Bu tok taysu sendiri cuma berdiri di sisi arena dengan wajah termangu, wajahnya penuh diliputi kebingungan dan perasaan tidak habis mengerti.
Jelas hingga kini dia masih belum berhasil menemukan cara yang paling tepat untuk menghadapi situasi yang sedang dihadapi sekarang.
"Blaaamm ! Blaaamm !" tiba-tiba terdengar dua kali benturan nyaring berkumandang datang, dua orang manusia berbaju hitam itu masing-masing sudah terkena pukulan Buyung Im seng.
Sedemikian beratnya pukulan tersebut, membuat kedua orang manusia berbaju hitam itu muntahkan darah segar, lencana tembaganya sudah terjatuh ke tanah, sementara sepasang tangan mereka memegangi perut sendiri sambil terbungkuk-bungkuk kesakitan.
Jelas sudah kalah kedua orang itu sudah kehilangan daya kemampuannya lagi untuk meneruskan pertarungan.
Khong Bu siang hanya memandang sekejap ke arah dua orang manusia berbaju hitam itu kemudian secara tiba-tiba melanjutkan kembali langkahnya ke depan.
Baik Buyung Im seng maupun Nyoo Hong leng sama-sama merasakan tindakannya itu sedikit aneh, namun di bawah pengawasan Bu tok taysu, kurang leluasa bagi mereka untuk banyak bertanya, maka tanpa mengucapkan sepatah katapun mereka turut beranjak pergi dari situ.
Nyoo Hong leng segera mempercepat langkahnya melampaui Khong Bu siang lalu membalikkan badan sambil menghadang kepergiannya, setelah itu menegur.
"Apa yang telah terjadi ?"
"Bila kau masih ingin berlalu dari sini dalam keadaan selamat, lebih baik jangan banyak bertanya pada saat ini."
Resiko tersebut memang kelewat besar, maka Nyoo Hong leng tak berani banyak bertanya lagi.
Perjalanan yang ditempuh Khong Bu siang cepat sekali, dalam waktu singkat dia sudah membelok di tikungan bukit situ dan lenyap dari pandangan.
Nyoo Hong leng segera memperlambat langkahnya menunggu hingga Buyung Im seng menyusul disamping tubuhnya, kemudian berbisik.
"Buyung toako, aku merasa...."
Mendadak dia menutup mulut dan tidak berbicara lagi.
"Kenapa ?" tanya Buyung Im seng keheranan.
"Anak tak akan membicarakan kesalahan ayahnya, istri tak akan membicarakan kejelekan suaminya, aku tidak pantas untuk membicarakan soal dia dengan orang lain, bukankah begitu ?"
Selapis rasa murung dan sedih yang amat besar menyelinap diantara kerutan dahinya, setengah perminuman teh kemudian, pelan-pelan dia baru berkata :
"Menurut perasaanmu, bagaimana sih dengan dia ?"
Buyung Im seng menghela napas panjang.
"Aai, kau cerdik sekali tapi hatimu terlampau baik dan mulia, oleh karena setiap tindakan maupun merencanakan sesuatu, tindakanmu selalu kurang keji, licik dan buas sehingga boleh dibilang... boleh dibilang kau sudah menderita kerugian besar sebelum melakukan sesuatu.."
Nyoo Hong leng segera mengerdipkan matanya yang besar dan jeli, kemudian menukas.
"Jadi kau maksudkan, aku harus bersikap lebih buas, lebih keji dan lebih licik ?"
Buyung Im seng segera tersenyum.
"Jangan salah mengartikan perkataanku, aku tidak bermaksud demikian."
Mereka berdua telah membelok pula pada tikungan bukit.
Tampak oleh mereka Khong Bu siang sudah berdiri tegak di ujung tikungan sana, sehingga hampir saja Nyoo Hong leng menumbuk ke dalam pelukan Khong Bu siang.
Waktu itu Khong Bu siang melepaskan kain cadarnya, namun wajahnya tidak nampak girang , tidak nampak juga murung, sama sekali tidak menampilkan perasaan apa-apa sehingga mendatangkan suatu perasaan sukar diduga.
Nyoo Hong leng segera menghentikan langkahnya sambil menegur :
"Mengapa sih kau berdiri di ujung tikungan ? Bikin hatiku kaget saja !"
Pelan-pelan Khong Bu siang menyimpan lagi kain cadarnya, kemudian katanya lembut :
"Sekarang kita masih berada dalam situasi yang berbahaya sekali, justeru karena mereka masih menganggap diriku sebagai Toa sengcu maka mereka tak berani mempergunakan cara yang lebih keji, tapi kalian berdua harus bekerja sama secara baik-baik denganku !"
"Aku kawin dengan ayam turut, sekalipun harus mengikuti kau untuk menyerempet bahaya, hal ini merupakan kewajibanku, tapi orang lain toh bukan apa-apa, dia adalah Buyung kongcu, aku rasa tidak sepantasnya jika kaupun menyuruh dia berbuat yang sama. Alangkah akan lebih baik beberkan seluruh rencanamu yang cermat itu kepada kita, daripada menyuruh orang buta naik kuda buta, lebih baik utarakan saja secara blak-blakan agar kita semua juga turut tahu."
"Bila Buyung kongcu tidak melakukan perjalanan bersama kita, kecil sekali harapan baginya untuk meninggalkan tempat ini dengan selamat..."
Dengan cepat Nyoo Hong leng menggeleng.
"Aku justru bisa kawin denganmu karena menginginkan keselamatan jiwanya, bukan saja hal ini merupakan tugas tanggung jawabmu, inipun merupakan salah satu syarat yang harus kau penuhi..."
"Menurut syarat yang kita janjikan dulu, aku hanya bertugas melindunginya sampai ia bertemu kembali dengan ayahnya," tukas Khong Bu siang cepat, "kini saudara Buyung telah berhasil memenuhi keinginannya masa aku harus melindunginya terus seumur hidup ?"

Lembah Tiga Malaikat (San Seng Men) -  Wo Lung ShenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang