#2

2K 20 0
                                    

Sekalipun Buyung Im seng belum pernah mendengar nama orang itu, ia menjura pula seraya berseru. "Selamat berjumpa, selamat berjumpa." 

Tidak menanti Kiim Cok menyahut, Liu seng to Ong Thi san segera memperkenalkan pula dirinya. "Siaute bernama Liu seng to Ong Thian san!"

"Sudah lama kudengar nama besar kalian berdua dalam dunia persilatan, sungguh beruntung bisa saling bersua muka pada malam ini."
"Kemunculan Buyung kongcu didalam dunia persilatan juga sudah lama kami dengar, tak disangka kita dapat berjumpa hari ini."
Melihat sikap orang yang sopan, Buyung Im seng segera berpikir.
"Aku harus berusaha untuk mengobarkan kemarahan mereka hingga terjadi pertarungan, dengan demikian aku baru dapat kesempatan untuk membekuk mereka."
Berpikir demikian, dengan dingin ia lantas berkata.
"Ditengah malam buta begini kalian membawa binatang buas datang mengganggu kami, bahkan membuat kuda kami lari ketakutan, sesungguhnya apa tujuan kalian?"

"Kalau cuma beberapa ekor kuda sih apa artinya?" jawab Kim Cok sambil tertawa, "bila kongcu bersedia, besok pagi aku pasti akan mengambilkan kuda-kuda kongcu."
Buyung Im seng kembali berpikir.
"Sikapnya kepadaku begitu ramah dan mengalah, agaknya sulit untuk melangsungkan suatu pertarungan dengan mereka."
Sambil mendengus dingin segera katanya.
"Aku inginkan kudaku yang telah kalian bikin lari ketakutan itu.....!"
"Baik! Besok pagi pasti kami kembalikan, kami tak akan membuat kongcu menjadi kecewa."
"Bagus sekali!" kembali Buyung Im seng membatin," kalau kau bersikap begitu sungkan terus kepadaku, mana mungkin pertarungan bisa dilangsungkan?"
Terdengar Kim Cok telah berkata lagi:
"Tolong tanya berapa ekor kuda kongcu yang telah hilang?"
"Empat ekor!"
Kim Cok segera tersenyum, serunya.
"Kongcu kan cuma dua orang? Kenapa kuda tunggangannya bisa berjumlah empat?"
"Siapa bilang kami hanya berdua?"
"Bocah keparat" pikir Kim Cok dalam hati," ternyata kau betul-betul pandai sekali, tampaknya kalau tidak kugunakan kata-kata untuk menjebakmu, sulit untuk mengorek keterangan dari mulutmu."
Berpikir demikian dengan girang ia lantas melanjutkan.
"Apakah kongcu masih membawa pembantu?"
"Dua orang yang lain adalah temanku!"
"Kalau memang mereka adalah teman Buyung kongcu, sudah pasti kedua orang ini bukan manusia tak bernama, dapatkah diundang keluar agar berkenalan dengan kami?"
"mereka jarang sekali melakukan perjalanan didalam dunia persilatan, sekalipun kalian bertiga menjumpai mereka juga belum tentu kenal."
Kim Cok berpaling dan memandang sekejap ke arah Ong Thi san, kemudian katanya, "Kalau Buyung kongcu telah berkata demikian, sudah pasti tak bakal salah lagi, dua orang itu pastilah jago-jago muda dari dunia persilatan..."
"Wah... kalau mereka sudah begitu merendah terus menerus, tentu sukar untuk menciptakan suatu bentrokan kekerasan," pikir Buyung Im seng.
Terdengar Ong Thi san berkata. "Apakah rekan-rekan seperjalanan Buyung kongcu....."
"Kenapa?" tiba-tiba serentetan suara merdu menukas.
Ketika menengok ke samping, tampak Nyo Hong ling dan Ki Li ji sedang melangkah keluar dari balik ruangan kuil. Nyo Hong ling tak mau munculkan diri dengan wajah aslinya, maka ia menutupi mukanya dengan obat-obatan, sedangkan Ki Li ji telah memulihkan kembali wajah aslinya.
Kim Cok segera tertawa terbahak-bahak. "Haahhh... hahhh.... hahh... rupanya mereka adalah dua orang nona."
Ong Thi san segera mengalihkan pandang matanya ke wajah Buyung Im seng, katanya "Kedua orang ini adalah......."
"Hoa li (anggota perkumpulan) dari perguruan Biau hoa bun!"
Mendengar nama itu, diam-diam Kim Cok terperanjat, segera pikirnya. "Ternyata pihak Biau hoa bun telah mengikat hubungan dengan Buyung kongcu."
Buru-buru dia menjura seraya berkata.
"Nona berdua, sungguh gagah sekali kalian berdua!"
"Sekarang, aku musti mencari alasan untuk turun tangan terhadap mereka..... pikir Buyung Im seng.
Sambil tertawa dingin ia lantas berkata.
"Kalian bertiga sudah mengajukan pertanyaan yang amat banyak kepadaku, sekarang tiba giliranku untuk bertanya kepada kalian bertiga.
"Baik!" kata Kim Cok sambil tertawa, apa yang Buyung kongcu ajukan, sedapat mungkin akan kami jawab, cuma tempat yang cocok untuk berbicara, bagaimana kalau duduk sebentar di rumah kami?"
"Kita tak pernah saling mengenal, mengapa aku musti saja mengganggu ketenangan kalian?"
"Aaaah, empat samudra adalah sama-sama saudara," kata Ong Thi san, "apalagi sudah lama sekali kami mengagumi nama besar Buyung kongcu.....!"
"Betul!" sambung Kim Cok pula," rumah kami ini adalah terletak tak jauh di belakang bukit sana, bila kongcu tidak keberatan silahkan berkunjung ke rumah kami sambil minum teh, Buyung Im seng berpaling dan memandang sekejap ke arah Nyo Hong ling, kemudian tanyanya.
"Bagaimana menurut pendapat nona berdua?
"Terserah kongcu!" jawab si nona.
Buyung Im seng pura-pura berpikir sebentar, kemudian sahutnya.
"Baiklah mengingat kebaikan kalian bertiga kami akan datang mengganggu sekali ini."
"Baik, mari ikut aku!" kata Kim Cok.
Dia lantas membalikkan badan dan berjalan lebih dulu.
Nyo Hong ling dan Ki Li ji dengan langkah lebar mengikuti di belakang Kim Cok.
Pa jin Li Tat juga membalikkan badannya sambil berlalu dari situ berbareng itu pula ia memperdengarkan suara pekikan yang amat nyaring. Puluhan sosok bayangan hitam segera bermunculan dari balik semak belukar dari bebatuan sekeliling tempat itu, kemudian berlari mengikuti di belakang Li Tat.
Bayangan-bayangan hitam itu bergerak sangat cepat, ketika Buyung Im seng mengenalinya sebagai macan-macan kumbang yang garang, diam-diam ia merasa terperanjat, pikirnya.
"Hebat betul orang ini! Tak nyana ia sudah mengatur begitu banyak macan tutul di sekeliling tempat ini tanpa kami sadari, seandainya ia memberi tanda tadi dan tiba-tiba kawanan macan kumbang itu menyerang bersama, sekalipun ilmu silat kami amat lihaipun belum tentu bisa menghadapi serangan itu.... untung aku tidak bertindak gegabah tadi."

Lembah Tiga Malaikat (San Seng Men) -  Wo Lung ShenWhere stories live. Discover now