#3

1.7K 16 0
                                    

"Tadi toh aku sudah berkata, akan ku sambut kongcu dan teman temanmu secara baik baik." jawab Kim Cok sambil tertawa: "Cuma... "
"Cuma bagaimana ?" tanya Bunyung Im seng dengan suara dingin. "Cuma aku harus menotok jalan darah kongcu !"
"Menotok jalan darahku ?"
"Benar kalau kongcu tidak bersedia untuk kutotok jalan darahnya, itu berarti kau tak mau menyerahkan diri, maka pembicaraan kita tadi pun menjadi sama sekali tak ada gunanya."
"Bila jalan darahku tertotok, waktu itu aku benar-benar akan menuruti semua perkataan tanpa bisa melawan, aku tak bisa menyanggupi permintaannya itu"
Terdengar Kim Cok telah berkata lebih jauh: "Bila kongcu tidak bersedia kutotok jalan darahnya, masih ada sebuah cara lagi yang lebih bagus"
"Apakah caramu itu ?"
"Akan ku ikat sepasang tangan kongcu dengan tali otot kerbau !"
Buyung Im seng kembali berpikir: "Andaikata mereka belum terluka, sekalipun sepasang tanganku diikat juga tidak menjadi soal" Berpikir demikian, dia terus mengiakan.
"Kalau Kim Heng memang begitu tak percaya dengan diriku, agaknya hanya cara ini yang bisa dilakukan."
"Kelicikan dunia persilatan terlalu mengerikan, kongcupun demikian pula terlalu halus, tapi aku tak bisa tidak harus sedia payung sebelum hujan, kita memang selisih usia puluhan tahun, tapi kalau siaute sampai mengalami perahu yang terbalik di selokan, bukankah kejadian ini akan ditertawakan orang ?"
Menyaksikan kegembiraan orang, Buyung Im seng merasakan kemarahannya berkobar, tapi ia tetap menahan diri untuk tak sampai mengumbar kemarahan tersebut, Kim Cok segera memberi tanda, kemudian katanya: "Buyung kongcu bersedia menyerahkan diri, mengapa kalian tidak maju ke muka untuk mengikat tangannya?"
Buyung Im seng tertawa dingin, pelan-pelan dia meluruskan tangannya ke depan. Dua orang lelaki berbaju hitam segera tampil ke depan, kemudian dengan seutas tali otot kerbau mengikat sepasang tangan Buyung Im seng erat erat.
Kim Cok memandang sekejap ke arah Nyo Hong ling sekalian, kemudian serunya pula: "Masih ada beberapa orang itu, sekalian diikat juga !"
Dengan gusar Buyung Im seng segera berseru: "Orang She Kim, perkataanmu masuk dalam hitungan tidak?"
"Perkataan apa ?" Jawab Kim Cok sambil tertawa seram. "Kau sudah bilang, bila aku menyerahkan diri mengapa kau malahan mengingkari janji?"
"Itulah kesalahan kongcu sendiri !"
"Kesalahan aku sendiri ?"
"Kita kan sedang berhadapan sebagai musuh, dalam keadaan demikian pembicaraan apalagi yang bisa dipercaya? Jika sebelum kongcu menyerahkan diri tadi minta kepadaku untuk menyadarkan teman dan pelayanmu itu lebih dulu terdesak oleh keadaan mungkin aku akan menuruti janji sayang sekali ternyata kau tak pandai menggunakan kesempatan, sekarang tanganmu juga telah dibelenggu, apakah aku musti memenuhi janjimu lagi...?"
"Kau amat rendah dan hina!" teriak Buyung Im seng gusar.
"Kalau tidak mengalami suatu kejadian, kecerdasanmu tak akan bertambah matang, andai kata kongcu masih mempunyai kesempatan untuk hidup lebih maju, nasehatku ini pasti akan banyak bermanfaat bagimu."
Diam-diam Buyung Im seng mencoba untuk mengerahkan tenaga dalamnya, tapi otot kerbau yang membelenggu tubuhnya itu sangat kuat sekalipun memiliki tenaga dalam yang lebih sempurna pun jangan harap bisa mematahkannya.
Sementara itu kedua orang lelaki kekar tadi sudah bekerja cepat, dalam waktu singkat Nyo Hong ling bertiga sudah dibelenggu juga.
"Bimbing mereka bangun !" teriak Kim Cok.
Empat orang lelaki kekar segera lari maju dan masing-masing membimbing bangun seorang diantaranya.
Kim Cok maju ke depan dan menghantam punggung Tong Thian hong lebih dahulu. Melihat itu, dengan terkejut Buyung Im seng segera berseru: "Hey apa yang kau lakukan ?"
Kim Cok tertawa, sahutnya: "Kongcu amat cerdik, sampai pelayanmu pun lihay sekali, sedang kedua orang hoa-li dari Biau hoa-bun tersebut bisa melakukan perjalanan bersama Buyung Kongcu, ini menandakan kalau merekapun bukan manusia sembarangan, aku tidak percaya kalau mereka bisa jatuh pecundang di tanganku secara gampang, maka aku harus menyadarkan mereka lebih dulu untuk ditanyai lebih jelas !"

Buyung Im-seng merasakan hatinya bergetar keras, pikirnya. "Orang ini benar-benar sangat licik, aku hampir saja terkecoh di tangannya... !"
Tampak sepasang tangannya bekerja cepat secara beruntun dia melepaskan pula sebuah pukulan ke atas punggung Nyo Hong ling serta Ki Ji ji, tak lama kemudian mereka bertiga pun secara beruntun sadarkan diri.
Buyung Im seng kembali berpikir. "Dari antara kami, ilmu silat Nyo Hong ling terhitung paling lihay, entah apakah dia sanggup untuk memutuskan otot kerbau tersebut atau tidak ?"
sementara itu Nyo Hong ling telah membuka sepasang matanya, ia memandang sekejap ke arah Kim Cok kemudian memandang pula ke arah Buyung Im seng, setelah itu pelan-pelan ia memejamkan kembali matanya.
Kim Cok segera tertawa terbahak bahak, serunya: "Kalian bertiga telah pulih kembali kesadarannya seperti sedia kala, tak usah berlagak lagi."
Tiba-tiba suaranya berubah menjadi dingin menyeramkan, serunya lebih jauh: "Kalian akan berjalan sendiri masuk ke dalam ruangan, ataukah membutuhkan bantuanku ?"
Nyo Hong ling memandang sekejap ke arah Buyung Im seng, kemudian berjalan lebih dulu menuju ke ruang tengah.
Ki Li ji, Tong Thian Hong dan Buyung Im seng secara beruntun ikut pula masuk ke dalam ruangan.
Lim Cok berjalan dipaling belakang, sikap hormatnya tadi kini sudah tidak nampak lagi, dengan gaya yang sok dia duduk dikursi utama kemudian serunya: "Manusia yang tahu keadaan dia barulah orang yang pandai, aku tak ingin menyusahkan kalian beberapa orang, tapi akupun tak ingin disusahkan oleh kalian semua."
Sementara pembicaraan masih berlangsung ke empat orang lelaki berbaju hitam tadi sudah ikut masuk pula ke dalam ruangan dan berdiri disamping dengan tangan lurus ke bawah.
Buyung Im seng berpaling dan memandang sekejap ke arah empat orang lelaki itu, kemudian ujarnya: "apa yang kami ketahui sangat terbatas sekali, bila kau ingin menanyakan sesuatu, tanyakan saja !"
Kim Cok segera tertawa terbahak bahak: "Haaahh... haaahh.. haaahhh... kongcu memang seorang manusia pintar yang amat bijaksana, persis seperti ayahmu dulu, aku merasa amat kagum."
Setelah berhenti sebentar, lanjutnya. "Kedatangan kalian berempat ke utara kali ini sudah pasti ada tujuannya, dapatkah kongcu menjelaskan tujuanmu itu ?"
Buyung Im seng segera berpikir didalam hati: "Tampaknya aku harus mencari akal untuk mengarang suatu cerita bohong..."
Belum sempat ia menjawab, Tong Thian hong telah menyela lebih dahulu.
"Kongcu kami telah mengajak beberapa orang teman untuk mengadakan suatu pertemuan, secara kebetulan saja lewat di sini."
Kim Cok segera manggut-manggut: "Baik ! Siapa saja yang hendak kalian temui itu ?"
Rupanya Tong Thian hong kuatir kalau Buyung Im seng tak sanggup memberi jawaban, maka sengaja dia memberi kata pembukaan agar pemuda itu bisa melanjutkan karangan cerita bohongnya. Sebagai seorang pelayan sudah tentu ia tidak bisa banyak bicara, kuatir jejaknya malah dicurigai orang, maka katanya kembali: "Soal itu mah... aku kurang tahu."
"Kau amat jujur, bila berkata lebih jauh belum tentu lohu akan mempercayai perkataanmu itu."
Sinar matanya segera dialihkan ke wajah Buyung Im seng, kemudian katanya kembali: "Pelayan Kongcu telah membocorkan tujuanmu, aku lihat kongcu tak bisa tidak harus berbicara lebih lanjut."
Buyung Im seng termenung sampai lama sekali, kemudian dia baru berkata: "Aku ada janji dengan beberapa orang teman ayahku dulu."
"Sin Cu sian dan Lui Hoa hong ?"
Buyung Im seng diam-diam berpikir: "Aku pernah membuat keonaran di kota Hong ciu, sudah pasti orang-orang Sam seng bun mendengar akan kejadian ini, asal dia percaya saja aku harus mengarang cerita yang lebih bagus lagi."
Berpikir demikian, diapun lantas berkata: "Yaa, mereka telah mencarikan beberapa orang sahabat lagi bagiku !"
Kim Cok tersenyum. "Apakah mereka juga telah berangkat ke kota Hong ciu semua ?"
"Benar, mereka sudah berangkat dua hari lebih pagi."
"Ehmm... dalam pertemuan yang akan diselenggarakan ini, siapa saja yang akan turut menghadirinya ?"
"Dua orang pamanku yang mengatur kesemuanya ini, mereka tidak menyinggung soal nama-nama mereka."
"Sin Cu sian, Lui Hua hong dan ayahmu adalah saudara angkat, tentu saja mereka akan membantumu dengan sepenuh tenaga, cuma aku tidak percaya kalau mereka tidak memberitahukan kepadamu, siapa-siapa saja yang telah diundangnya untuk menghadiri pertemuan itu."
Kembali Buyung Im seng berpikir: "Kalau ku sebut dua nama secara sembarangan bisa jadi rahasia kebohonganku bakal ketahuan, lebih baik berkeras mengaku tidak tahu saja... "
Dia lantas menggelengkan kepalanya seraya berseru: "Kalau kedua pamanku itu tidak menyinggung dan akupun tidak banyak bertanya, dari mana bisa kuketahui nama-nama mereka ? Mau percaya atau tidak terserah kepadamu sendiri, itu kan urusanmu sendiri."

Lembah Tiga Malaikat (San Seng Men) -  Wo Lung ShenWhere stories live. Discover now