#11

1.5K 15 2
                                    

Dengan tatapan mata yang sangat dingin sekali, Buyung Im seng memperhatikan jalannya pertarungan dari sisi arena, dia menjumpai jurus pedang yang digunakan orang berbaju putih itu amat cepat dan lincah, benar-benar jarang dijumpai di dunia ini, setiap kali dia telah melancarkan serangan sebanyak tiga kali, Phu Thian khing baru sempat membalas dengan sebuah bacokan golok.
Walaupun begitu, permainan golok Phu Thian khing amat mantap dan bertenaga, sekalipun masih belum mampu untuk menandingi kelincahan serta kecepatan gerak ilmu pedang dari orang berbaju putih itu, namun pertahanannya boleh dibilang amat ketat.
Bagaimanapun cepatnya serangan pedang dari orang berbaju putih itu, namun dia selalu gagal untuk menembusi lapisan golok yang melindungi sekeliling badan Phu Thian khing.
Pertarungan yang berlangsung dalam ruangan berkobar dengan serunya, tampak cahaya golok bayangan pedang menyelimuti wilayah seluas berapa kaki lebih, sementara benturan senjata tajam di luar ruangan pun berkumandang makin nyaring.
Jelas, di luar ruanganpun sedang dilangsungkan suatu pertarungan yang tak kalah serunya.
"Saudara Buyung" dengan suara pelan Kwik Soat kun segera berbisik, "situasinya telah berkembang sampai suatu detik yang tak dapat di ulur lagi, rasanya kitapun tak usah terlalu menuruti peraturan dunia persilatan lagi..."
Buyung Im seng mengangguk, sambil menggetarkan pedangnya dia berkata cepat.
"Phu locianpwe, boanpwe akan datang membantu !"
Dia segera menerjang ke depan dan turut menyerang si orang berbaju putih itu.
Melihat datangnya serangan tersebut, orang berbaju putih itu segera tertawa terbahak-bahak, permainan pedangnya diperketat dan dia menghadapi serangan gabungan dari kedua orang itu dengan serius.
Ilmu pedang yang dimilikinya sungguh hebat dan luar biasa, sekalipun harus menghadapi pula serangan gencar Buyung Im seng, namun dia tetap lebih banyak melancarkan serangan dari pada bertahan, posisinya jauh lebih menguntungkan.
Sejak menerima warisan ilmu pukulan dan ilmu pedang peninggalan ayahnya, hingga kini Buyung Im seng tak pernah bertarung secara sungguh-sungguh melawan orang lain, begitu mendapat kesempatan untuk melangsungkan pertarungan, dengan cepat dia mengembangkan ilmu pedang yang pernah dipelajarinya itu.
Seluruh perhatian dan pikirannya dipusatkan ke ujung pedang, terhadap situasi pertarungan disekitar arena boleh dibilang seakan-akan tak acuh sama sekali.
Sekalipun demikian, ilmu pedang hasil ciptaan Buyung Tiang kim yang menyerap inti sari ilmu pedang dari pelbagai aliran perguruan di dunia itu justru semakin menunjukkan kehebatannya.
Benar baru pertama kali ini Buyung Im seng mempraktekkan kepandaian tersebut sehingga semua kelihaiannya belum dapat dipergunakan sebaiknya, namun orang berbaju putih itu makin lama merasakan daya tekanan yang menindih badannya makin berat.
Pada mulanya pertarungan masih belum terasa seberapa, setelah dua puluh jurus kemudian, ilmu pedang Buyung Im seng semakin berkembang, bagaikan awan putih yang menyelimuti angkasa saja, hawa pedang membentuk lingkaran cahaya yang makin lama makin membesar.
Menghadapi keadaan seperti ini permainan pedang si orang berbaju putih yang lebih mengutamakan kecepatan gerak itu lambat laun semakin terdesak dan semakin sempit lingkaran pengaruhnya.
Seolah-olah terbelenggu oleh suatu kekuatan yang tak berwujud, perubahan gerak tubuhnya serta sistem pertahanan dan pengerahan tenaganya sukar untuk mengikuti kehendak niat sendiri.
Rupanya permainan pedang Buyung Im seng selalu berhasil merebut posisi yang lebih menguntungkan, membuat perubahan jurus pedang orang berbaju putih makin lama semakin kacau balau.
Pada saat itulah Phu Thian khing merasakan juga timbulnya suatu kekuatan yang maha besar yang memaksa permainan goloknya tak sanggup dikembangkan lebih jauh.
Daya pengaruh yang besar itu datangnya bukan dari pihak lawan melainkan dari permainan pedang Buyung Im seng makin lama semakin berkembang sehingga terbentuklah suatu kekuatan yang maha besar dan kuat.
Dalam pertarungan, gerakan golok yang semula menyelimuti suatu ruangan gerak yang amat besar, lambat laun semakin mengecil sehingga akhirnya Phu Thian khing merasa bahwa kehadirannya dalam pertarungan tersebut sama sekali tak ada artinya lagi, malahan besar kemungkinan akan mempengaruhi perubahan jurus pedang dari Buyung Im seng.
Berada dalam keadaan seperti ini, terpaksa dia menarik kembali serangannya sambil mundur.

Lembah Tiga Malaikat (San Seng Men) -  Wo Lung ShenWhere stories live. Discover now