08

538 99 2
                                    

Vote and comment are the key to open next part. Happy reading y'all~

Yerin

Aku hanya merasa aneh. Disaat semua wanita merasa bahagia dengan perlakukan manis pasangannya maka aku merasa sebaliknya. Aku selalu merasa janggal dengan kehadiran Chanyeol disekitarku. Terlebih dia memperlakukanku dengan cara-cara yang bisa membuat perempuan manapun jatuh bertekuk lutut dihadapannya.

Walau semua perlakuan khususnya ku terima, tetap aku tidak ingin jatuh padanya terlalu cepat.

Mustahil sekali jika seorang laki-laki asing mendadak memberi perhatian dan juga hal-hal yang begitu manis. Dia pasti memiliki rencana tersembunyi untuk menjatuhkanku.

Bukannya ingin berpikiran negatif. Aku hanya tidak habis pikir. Dia bahkan tak segan menawarkan kenyamanan yang absolut tatkala aku sedang berada disekitarnya.

Park Chanyeol adalah teka-teki baru yang harus segera ku pecahkan.

Sore ini tidak banyak yang ku kerjakan. Aku masih berada didalam flat mewah milik suami baruku.

Chanyeol bilang ia akan pulang lebih awal. Makanya aku berinisiatif untuk menyambutnya dengan masakan khas rumahan.

Barang kali aku bisa mengorek sesuatu darinya disela-sela makan malam nanti. Aku harus tahu topeng apa yang sedang ia mainkan. Dengan begitu maka mudah bagiku untuk mengetahui apa yang mau coba ia lakukan.

Tepat pukul lima sore Chanyeol datang lengkap dengan penampilan lusuh namun tetap mempertahankan eksistensi wajah rupawan yang kadang kala membuatku ingin menenggelamkan wajahku di bathup saja.

Chanyeol menyumbulkan kepalanya dibalik pintu dapur. "Yerin, kau disana?"

Aku melihatnya sekilas lalu kembali pada kegiatan, belum menyahut saat atensiku benar-benar masih fokus pada sup kacang merah yang tengah mendidih.

Selanjutnya Chanyeol datang padaku sambil memajukan bibirnya. Kelopak matanya mengerjap lucu lalu memandang penuh minat usai menatap sup mengepulkan asap yang menari-nari diudara berpindah tempat ke dalam mangkuk keramik.

"Uhm, baunya sedap." Cletuknya lugu.

Selesai dengan kegiatan, aku mulai mengalihkan atensi pada sosok tinggi yang berdiri dibelakangku.

Jasnya sudah ditanggalkan. Satu kancing kemejanya dilepas dan karena itu dasinya miring berpindah tepat dikerah kiri. Wajahnya juga berminyak sana sini. Jika diperhatikan lagi, dia malah terlihat seperti bocah kecil yang kelelahan usai bermain dilapangan seharian.

Menarik napas lambat, aku mencoba menetralkan sikapku. Aku hanya tidak mau kelihatan seperti mengaguminya begitu banyak.

"Kau boleh menikmati makan malammu hanya setelah kau membersihkan diri."

"Aku sudah lapar, Yer."

"Lihatlah penampilan kacaumu. Sebenarnya kau habis bekerja atau bermain sepak bola di lapangan, sih?"

Chanyeol menaikkan satu alisnya. Bibirnya melipat ke dalam seolah sedang menahan tawa. Memangnya apa yang lucu?

"Rambutmu bahkan seperti sarang lebah."

The Day We MeetOnde as histórias ganham vida. Descobre agora