03

953 132 25
                                    

Chanyeol

Kali ini Ong Seongwoo benar-benar akan memenggal kepalaku. Serius. Setelah terjadi perdebatan dengan gadis yang tidak seharusnya, aku memutuskan menghubungi Seongwoo untuk memastikan bahwa aku memang tidak salah orang. Tetapi mendengar apa yang dia katakan melalui sambungan telepon mengenai ciri-ciri gadisnya, aku semakin yakin bahwa bisa dipastikan jika hidupku akan tinggal riwayat malam ini.

Seongwoo marah besar. Dia akan membunuhku sebentar lagi.
Sedikit lega juga karena dia tidak langsung datang kemari dan mengamuk bak banteng aduan dimatador. Tempramennya benar-benar buruk kalau menyangkut urusan pribadi.

Tetapi melihat gadis yang menatap angkuh ke arahku rasanya seperti dicekik hebat meskipun ia hanya diam tanpa melakukan apapun.

Terlibat masalah dengan orang yang salah. Bahkan aku sengaja menumpahkan kopi dibajunya juga. Luar biasa sekali kau, Park.

Kembali lagi pada sosok cantik yang ku siram kopi. Dia kelihatan begitu kesal. Apalagi setelah ayahnya membentak dihadapan semua orang.

Setidaknya setelah kejadian yang berlangsung tak mengenakkan itu aku ingin memperbaiki segalanya dan minta maaf. Aku ini bukan tipe laki-laki brengsek seperti kebanyakan dari kaumku. Aku cukup bertanggung jawab, apalagi kalau itu menyangkut wanita —makhluk lemah yang harus mendapat perlindungan dari seorang pria. Hanya saja kali ini aku harus menuruti kemauan Seongwoo untuk menggagalkan acara pertunangan kekasihnya, yang malah berakhir dengan salah orang.

Bukan ingin membela diri tetapi rasa-rasanya itu bukan sepenuhnya salahku juga. Habisnya gaun mereka sama. Wajahnya juga nyaris serupa. Meski harus ku akui gadis yang bernama Jung Yerin itu terlihat bak titisan dewi.

Lagipula Seongwoo bilang pacarnya cantik bukan main —jangan salahkan aku kalau begitu.

Usai mendesah frustasi sebab menahan amarah juga hampir memukulku, gadis itu menyerah dan memilih pergi. Tapi aku tidak membiarkannya melakukan hal itu, kendati dia menatapku dengan tatapan yang begitu menusuk.

“Tolong, jangan pergi dulu.”

Gadis itu nyaris menumpahkan air mata tatkala aku menahan tangannya. Dia kembali mendesis. Terlihat sekali ada penolakan dimatanya.

“Apa lagi yang kau inginkan?!” Dia membentakku.

“Aku bukan Hana! Apa masih kurang jelas?!”

“Begini nona Jung Yerin.” Sengaja kutekan ketika mengucap namanya agar dia mengerti jika aku bersungguh-sungguh tentang niatku meminta maaf. Sudah kubilang aku bukan pria brengsek.

“Karena semua ini terjadi atas kesalah pahaman, maka aku minta maaf.”

Dia tidak bereaksi selagi aku merasa gugup atas jawaban yang akan kudapat dari celah bibir mungilnya. Bibir kemerahan yang sejujurnya menggoda sekali.

“Namaku Park Chanyeol. Kurasa kita bisa menjalin hubungan layaknya teman setelah masalah ini diluruskan.”

Serius. Entah atas dorongan apa mendadak mulutku tak bisa dikendalikan begitu saja. Tetapi jauh didalam sana aku merasa bahwa aku membutuhkan gadis itu, entah untuk hal macam apa. Aku tidak ingin malam ini menjadi pertemuan terakhir kami. Justru yang berkelebat dikepalaku hanyalah alasan untuk menahan gadis ini lebih lama lagi. Ada perasaan nyaman tatkala memandang hazel indah itu. Dan dengan brengseknya aku berpikir mungkin kami bisa menjalin sebuah hubungan yang lebih serius. Gila.

Bagiku dia terasa seperti kutub utara dan aku kutub selatan yang tak bisa untuk tidak tertarik— seolah dia adalah medan magnet yang begitu kuat. Aku sendiri saja bingung. Biasanya para gadis yang akan memohon untuk dekat denganku tapi aku bersikap sebaliknya.

The Day We MeetWhere stories live. Discover now