Pain (1)

4.4K 392 5
                                    

Sakura POV

Bukankah itu memang benar, ini bukan salahku. Uhm oke, maksudku bukan sepenuhnya salahku.

Oh tuhan, kali ini aku akan terlihat buruk dihadapan Sasuke.

Ia mendecih, masih menatapku tajam. "Seharusnya kau menjaga sopan santunmu." Tak perlu dijelaskan aku sudah mengerti apa itu sopan santun.

"Sudahlah, ini hari ulang tahunku. Tak bisakah kita merayakannya dengan gembira?" Wanita ini tahu bagaimana caranya menjadi penengah, dan mendapatkan perhatian.

Sasuke mengalihkan pandangannya, lalu tersenyum lembut. "Well, bukan masalah."

Kurang lebih sepuluh menit pelayan lain muncul, membawa hidanganku.

Bukan pelayan kikuk yang ceroboh seperti tadi. "Sekali lagi, kami minta maaf atas kesalahan teknis pelayanan kami." Aku mengangguk malas sebagai jawaban, dan membiarkannya berlalu pergi.

.

.

"Terimakasih untuk hari ini Sasu, Sakura. Aku sangat senang" .

Karin -Ibu tersenyum dan aku yakin senyumnya mampu membius Sasuke.

Aku bertanya-tanya apakah Sasuke tidak memberikan Karin hadiah atau sesuatu yang membuat Karin senang, kurasa ia akan memberinya secara sembunyi-sembunyi tanpa sepengetahuanku nanti, aku yakin itu.

Semua orang perlu drama di muka bumi ini.

Karin melambaikan tangannya, tentu saja Sasuke membalas dengan senang hati. Mereka terlalu nyata menampakkan kedekatan mereka.

Kami menatap kepergian Karin, Sasuke terlihat sumringah sebelum menatapku malas. "Kau keterlaluan tadi," Ia benar-benar akan menguliahi ku sekarang. "Seharusnya kau tak perlu menampakkan kekesalanmu, apa kau tak memikirkan perasaan ibu?"

"Maaf." Hanya itu yang bisa ku ucapkan, percuma menjelaskan.

Sasuke tetap akan melimpahkan semua kesalahan padaku.

Sasuke menghela nafas. "Dia ibuku, ku mohon lebih sopanlah padanya walaupun usia kita tak berbeda terlalu jauh darinya. Kau harus menahan diri."

Menahan diri? Dia bercanda? Aku susah menahan diri untuk tidak meledakkan isi kepalaku selama 2 tahun pernikahan kami.

Kurang sabar apa lagi aku.

"Aku mengerti, tak perlu mengulanginya. Aku bukan anak kecil, jika itu yang ingin kau tahu."

Dan seperti biasa, tak ada percakapan di mobil antara kami. Hening. Aku ingin bicara, tapi mulutku selalu terkunci.

Aku yakin seratus persen Sasuke tersiksa dengan hubungan kami. Aku tahu Sasuke benci memelukku setiap malamnya. Dan aku sangat yakin, ia terpaksa memberikanku senyumnya.

Tapi aku menyukai hal itu, tak masalah ia tersiksa dan terpaksa. Bukankah itu adil, kami sama-sama tersiksa dengan hubungan ini. Ini adalah pernikahan yang tak pernah aku idamkan, dan aku yakin semua wanita di seluruh dunia setuju akan itu.

Aku harus mengubah satu hal diantara kami, sebelum tak ada lagi kesempatan.

Memulai percakapan.

"Sasuke," Panggilku.

Ia tak menoleh, matanya masih berfokus pada jalan. "Hn"

"Ayahmu bertanya padaku," ucapku gugup.

Sasuke mulai tertarik, ia menoleh sebentar. "Dan apa itu?"

"Kapan kita memiliki anak."

Ckitt..

Dan lagi, untuk kesekian kalinya.

SASUSAKU - A Beautiful LieWhere stories live. Discover now