Jilid 12

604 9 0
                                    

Perawakan tubuh tidak tinggi, juga tidak pendek, rambutnya beruban, tidak mempunyai kumis atau jenggot. Mukanya pucat pasi dan berbentuk aneh, seperti habis dihajar orang. Sehingga tampak lucu.

Tapi semua orang tidak berani tertawa melihat muka yang lucu ini, yang mereka lihat adalah sepasang mata yang dingin mengerikan.

Matanya tak berbiji dan berwarna kuning, seluruhnya bola matanya berwarna putih.

Orang yang pernah melihat mata seperti ini, pasti seumur hidup takkan melupakannya.

Sedangkan panji yang digenggamnya bukanlah panji pengundang sukma, tapi panji tukang ramal yang bertuliskan, 'Ke atas menembus nirwana, ke bawah menyambangi neraka'.

Ternyata orang itu adalah seorang peramal buta.

Setelah melihat dari dekat, barulah semua orang merasa lega. Namun semuanya melupakan satu hal, manusia kadang lebih menakutkan daripada setan.

Siau Cap-it Long duduk kembali di bangkunya.

Terlepas si buta ini benar-benar buta atau tidak, paling tidak dia adalah seorang yang luar biasa.

Bila ada orang buta datang mencarimu dengan menumpang perahu kertas, perahu untuk sembahyang orang mati, tentu saja dia datang dengan maksud jahat.

Tentu saja kau pun tak perlu berdiri di luar pintu menyambut kedatangannya.

Apalagi Siau Cap-it Long jarang berdiri.

Perlahan-lahan si buta berjalan mendekat, ternyata dia tidak menggunakan tongkat bambunya untuk menuntun jalan.

Orang buta memiliki tanda khusus, Siau Cap-it Long dapat mengenalinya sekali pandang saja.

Kalau dia memang seorang buta, kenapa bisa datang sendiri ke tempat itu?

Apakah disebabkan cahaya lentera yang memancar dari kapal pesiarnya yang kelewat terang hingga dapat dirasakannya?

Bukankah perasaan orang buta selalu lebih tajam ketimbang orang biasa?

Orang buta itu berjalan dengan lambat, tapi langkahnya mantap. Semua orang yang berkumpul di geladak menyingkir ke samping memberi jalan.

Waktu lewat di antara orang banyak, lagaknya acuh seakan seorang raja yang lewat di antara para hambanya.

Belum pernah Siau Cap-it Long berjumpa dengan orang buta sesombong dan sejumawa ini, seandainya dia tidak buta pun belum tentu akan memandang sebelah mata terhadap semua yang hadir.

Seandainya dia benar-benar bisa melihat, mungkin tak seorang manusia pun di dunia ini yang dipandang sebelah mata olehnya. Tentu selama ini dia telah banyak melakukan perbuatan yang membuatnya merasa bangga, lalu apa yang pernah diperbuatnya?

Bila benar ia telah melakukan suatu perbuatan yang membuatnya bangga, tentu adalah suatu perbuatan besar, bila perbuatan yang menggemparkan pastilah banyak orang yang tahu.

Namun sekarang tak seorang pun yang tahu asal-usulnya, bahkan Hong Si-nio pun tak mengenalnya.

Hong Si-nio mempunyai firasat buruk mengenai kedatangan orang buta itu, dia pasti akan mendatangkan bencana atau kematian.

Di luar pintu ruang kapal, tergantung empat buah lentera.

Waktu itu si buta sudah berjalan hingga di bawah lentera.

"Berhenti!" seru Siau Cap-it Long tiba-tiba.

Si orang buta itu langsung berhenti, berdiri tegak lurus.

Sekalipun berdiri di bawah cahaya lentera yang terang benderang, namun sama sekali tak terlihat adanya debu atau kotoran yang menodai sekujur badannya.

Bentrok Antar Pendekar - Khu LungWhere stories live. Discover now