Jilid 6

483 8 0
                                    

Sebagai orang yang berlaku teliti, mungkin biasanya juragan Lu memberitahu sang isteri, bila suatu ketika dirinya tersangkut perkara yang gawat, dia harus menghubungi seseorang untuk menolong dirinya.

Siau Cap-it Long sadar, kedua perhitungannya tidak meleset. Baru saja dia bilang akan melapor kepada opas, perempuan itu segera mencegah dirinya, lalu bersikap tenang, katanya dengan muka kaku, "Aku sudah tahu urusannya, akan kuurus sendiri, kau tak usah ikut campur, lekas pulang dan jaga hotel."

"Blang", tanpa menunggu reaksi dan komentar Siau Cap-it Long, ia menutup pintu.

Siau Cap-it Long pura-pura pamit. Jelas tidak pergi, tapi bersembunyi di ujung gang yang gelap, lalu melejit tinggi hinggap di wuwungan rumah tetangga.

Hanya menunggu sebentar, bini juragan Lu tadi membuka pintu rumah, dengan langkah gopoh keluar dari gang. Jelas akan pergi memberi kabar entah siapa. Apakah Hamwan Sam-seng?

Mendadak Siau Cap-it Long merasakan jantungnya berdebar kencang, jalur penyelidikannya ini adalah satu-satunya yang dapat dipercaya, satu-satunya yang ada harapan.

Setelah keluar dari gang tempat tinggalnya, nyonya Lu masuk ke gang lain di ujung jalan sana. Waktu Siau Cap-it Long membuntutinya ke sana, tampak dia sedang mengetuk pintu.

Dari dalam pintu berkumandang suara seorang perempuan dengan nada tinggi, "Siapa di luar, tengah malam buta menggedor rumah orang? Mau cari setan?"

"Eh, cepat buka, inilah aku, adik misanmu kena perkara, cepat buka pintu."

Rumah ini tempat tinggal keluarga juragan Gu, karena suaminya terlibat perkara, siapa lagi kalau tidak mencari bantuan kepada adik misannya?

Seorang perempuan tengah baya kurus tinggi bergegas membuka pintu, suaranya ikut kuatir, "Kena perkara apa? Bangkotanku juga tiada di rumah, wah bagaimana baiknya?"

Bahwa juragan Gu tidak di rumah, sudah dalam dugaan Siau Cap-it Long. Entah apa yang dibicarakan dua perempuan tengah baya itu, mereka kasak-kusuk sekian lama entah persoalan apa yang dibicarakan, akhirnya mereka menyuruh seorang kacung menyiapkan gerobak, mereka segera pergi naik gerobak. Karena terpaksa, akhirnya mereka seperti ingin mencari seseorang yang dipercaya dapat menyelesaikan persoalan ini.

Gerobak kuda itu cepat sekali dibedal ke arah timur, tujuannya jelas ke arah luar kota, saat itu tepat menjelang subuh, saat paling gelap waktu menjelang fajar, jalan sepi sekeliling senyap. Dengan enteng Siau Cap-it Long melompat tinggi, lalu hinggap di belakang gerobak yang bergontai.

Dua wanita dalam gerobak ternyata tiada yang bersuara, suami kena perkara jelas hati mereka gundah, mana ada minat berbincang, tapi Siau Cap-it Long makin heran dibuatnya karena keadaan yang sunyi lagi terasa aneh. Tengah ia pasang kuping, telinganya mendengar suara aneh, suara orang sedang makan sesuatu.

Perempuan Soh-ciu umumnya suka makanan serba manis, dari celah-celah jendela Siau Cap-it Long mengintip ke dalam, dilihatnya kedua perempuan tua ini lagi asyik menikmati permen jahe. Kalau minat bicara saja tiada, kenapa malah mengunyah permen jahe begitu lahap?

Jari jemari Siau Cap-it Long mendadak menjadi dingin. Sekilas ia memikirkan beberapa hal yang tidak masuk akal.

Tengah ia menggedor pintu orang, yang membuka bagaimana mungkin istri pemilik rumah?

Bukankah di rumah ada kacung atau pelayan, memangnya pergi kemana para pembantunya itu?

Seorang perempuan baya di hadapan adik misan sendiri, mengapa menyebut suami sendiri sebagai bangkotan tua? Dalam kondisi seperti ini rela mengayun langkah mencari orang, mana mungkin membawa permen segala?

Bentrok Antar Pendekar - Khu LungWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu