•1

12K 663 22
                                    

Note: check mulmed and listen it. 😊 thankyou.

--skip.

"We dont laugh anymore. What was all of it for?"

Apa jadinya sebuah hubungan tanpa sebuah komunikasi? Apa jadinya sebuah hubungan, jika pasanganmu saja sudah tidak mencintaimu lagi. Menyerah atau memilih pergi? Aku rasa keduanya itu sama saja. Dia yang memulai semuanya. Ya. Dia yang membuat hubungan ini berjalan tidak seperti seharusnya. Dia. Kim Taehyung, yang sudah menarik garis start bagi kami untuk tidak saling mengenal satu sama lain. Dia yang sudah membuatku hancur.

••••••

Hari itu, maaf. itu sudah terjadi sebulan yang lalu. Pagi kembali menjelang. seperti hari-hari biasanya, aku bangun dari tidur, bergegas ke kamar mandi dan menggosok gigi. Setelah itu, pergi ke dapur dan membuat segelas kopi lengkap dengan roti bakar yang ku buat sendiri.

Pagi itu terasa berbeda. Semuanya. Entah mengapa, tubuhku terasa lelah. Rambutku berantakan dan lingkaran hitam menghiasi wajah cantikku yang berubah kusam. Aku mengedarkan pandangan kesekelilingku. Ku lihat apartpementku berantakan.
Barang-barang tersebar di setiap sudut. Bahkan ada sebuah vas bunga yang pecah dan belum di bersihkan.

Aku letakkan kembali gelas kopi yang baru saja ku minum dengan sedikit hentakan kencang diatas meja, menimbulkan suara bising. Aku terduduk lemas di depan bar kecil milikku seraya menutup wajahku dengan telapak tangan. Kejadian semalam kembali terlintas di benakku.

Saat seorang pria tampan dengan mata indahnya masuk ke apartementku dengan wajah memerah. Dia datang dan menarikku begitu saja.
Melempar tubuhku ke sudut tembok dan menguncinya. Mata hitamnya menatapku lekat dan tajam.
Sirat emosi bisa kurasakan melalui nafasnya yang panas dan tidak teratur. Dadanya naik turun dan bibirnya bergetar. Aku membuang muka takut melihatnya. Namun dia menarik daguku dan mencium bibirku.

Ku dorong tubuhnya agar menjauh dariku. "Jangan lakukan itu Tae.."lirihku pelan sambil menunduk.

Taehyung tertawa getir dan kembali mendekatiku. "Kenapa? Karna kau lebih menyukai bibir bangsat itu?!"aku mendongak dan menamparnya secara reflek.

Tidak kusangka bahwa Taehyung akan mengatakan hal sekeji itu. "Sudah kubilang ini hanya salah paham."tegasku dibalas senyuman miring darinya.

Taehyung mendekatkan kembali wajahnya pada wajahku yang ikut memanas. Aku tahu Taehyung sangat menakutkan bila sedang marah.
Dan benar saja, dalam sekali kedipan, sebuah vas bunga yang terletak tak jauh dari tempat tangannya bertengger, terhempas begitu saja ke lantai dan membiarkannya hancur berhamburan.

Taehyung mengacak rambutnya frustasi dan berkacak pinggang. Kemudian berbalik dan mencengkram kuat tanganku. "Salah paham kau bilang?!"katanya dengan nada meninggi.

Aku ingin menangis saat itu juga. Dibentak adalah salah satu kelemahan terbesarku. Seolah baru tersadar, Taehyung kembali merendahkan volume suaranya. "Aku tidak bodoh. Aku lihat semua yang kalian lakukan di klub malam kemarin. Kau pikir apalagi yang bisa dikatakan, bahwa ini hanyalah salah paham?"tanyanya semakin melemah

Aku mendorong tubuhnya sekali lagi dan berjalan ke ruang tengah. Taehyung mengejarku dan menarikku. "Jawab aku!" perintahnya serius. Taehyung tidak berhenti menatapku. Aku mendengus dan balas menatapnya. "Baiklah, dengar ini baik-baik Tae, aku dan Jimin tidak ada hubungan apapun. Kemarin, Jimin itu mabuk. Dia mabuk berat. Kau pasti tahu apa yang terjadi jika seseorang sudah kalut dan terlanjur mabuk kan? Aku berniat membawanya pulang, tapi Jimin-"

STIGMA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang