Part 26 {Revisi & Republish}

Comenzar desde el principio
                                    

"Lah napa lu? Pagi-pagi udah jutek aja,"

"Lagi PMS dia," Nella yang baru saja datang bersama Mesha menyahuti.

"Lo kapan sih keluar dari sekolah ini?" sungut Nella saat duduk di depan Letta. Letta yang tadinya sudah sibuk memainkan ponsel, akhirnya mendongak.

"Lah, suka-suka gue lah. Yang sekolah gue kok elo yang repot," cibir Letta sambil menjulurkan lidahnya kearah Nella.

"Tapi Ta, cepat atau lambat mereka bakal tau," sahut Mesha pelan takut terdengar penghuni kelas.

"Udah deh. Tadi pagi Keo udah bahas ini. Kalian jangan bikin gue tambah pusing. Tenang aja, gue bakalan keluar secepatnya kok,"

"Semoga aja gaada yang tau," gumam Nella.

Saat sedang asik-asiknya mengobrol. Tiba-tiba seseorang menepuk bahu Letta, membuat mau tak mau perempuan itu menoleh.
"Ta, disuruh Keo ke ruang musik tuh," kata Nisa, membuat Letta mengernyitkan dahi heran.

"Barusan kan Keo dari sini?" Nisa menghendikan bahu tak tau mendengar pertanyaan Letta.

"Gatau. Katanya dia lupa sesuatu, tapi gabisa nyamperin lo kesini," kata Nisa meyakinkan. Letta pun akhirnya berdiri.

"Ta mau ditemenin gak?" Tanya Mesha menawarkan diri

"Nggak usah deh. Ada Keo juga," ucap Letta lalu segera melenggang pergi menuju ruang musik.

***

Letta berjalan dengan tak tenang. Entah mengapa perasaanya tiba-tiba saja tak enak.

Letta sudah sampai di depan pintu ruang musik, tapi ia ragu untuk membukanya.
"Lo apa-apaan sih Ta?! Parno amat!" gumam Letta pada dirinya sendiri.

Setelah memantapkan hatinya. Gadis itu segera menekan handle pintu hingga pintu itu akhirnya terbuka.

Gelap

Satu kata yang mendominasi sekarang
"Ke?" Panggil Letta. Tapi hening, tidak ada yang menyahut.

"Keo?!" Teriak Letta lagi. Namun masih sama, hening.

"Ck! Sial gue dikerjain Nisa, awas aja tu anak!" umpat Letta lalu segera berbalik. Baru satu langkah berjalan, tiba-tiba seseorang membekapnya dari belakang, dan semuanya menjadi gelap.

***

Letta mengerjapkan matanya pelan. Berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam indra penglihatannya itu.
"Eughh," ringisnya. Kepalanya terasa sangat berat saat ini, refleks ia akan memegang kepalanya, tapi tunggu! Tangannya terikat.

Kini posisinya duduk di sebuah bangku dan tangannya terikat kebelakang. Sweater-nya sudah tidak ia pakai, membuat perutnya yang buncit jadi terlihat dengan jelas.

Ia mengedarkan pandangannya, dan satu hal yang ia tau. Ini adalah gudang sekolahnya. Lalu kepingan kepingan ingatanya mulai bermunculan.

Keringat dingin tiba-tiba mengucur dengan sendirinya lewat keningnya. Tangannya gemetar, rasa takut mulai menghantui dirinya.
"Hai, Letta! udah bangun?" tanya seseorang yang baru saja masuk kesana. Dan ya, siapa lagi kalau bukan musuh bebuyutannya, Rawnie.

Rawnie mendekati Letta dan tiba-tiba

'Byur'

"Heh! Apa-apaan lo?! Lepasin!" Teriak Letta marah sambil meronta karna bajunya kini basah akibat siraman Rawnie.

"Santai aja kali Ta. Main-main dulu sama gue. Hei, hati-hati jangan banyak gerak. Ntar anak lo bisa mati," ucap Rawnie dengan gaya yang sok khawatir itu.

Mommy in 17 [TERBIT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora