Part 26 {Revisi & Republish}

353K 12.3K 189
                                    

Empat bulan telah berlalu. Kini kehamilan Letta sudah memasuki bulan kelima.

Bukan hanya kandungan Letta. Banyak hal lain yang berubah dikehidupan Keo dan Letta.

Dengan pertimbangan matang dari papanya, kini Keo sudah menjadi CEO selingan di perusahaan papanya. Tentu saja semua itu terjadi dengan pembinaan ketat yang harus Keo jalani sebelumnya.

Karena memang hanya ia yang sudah berkeluarga diantara kakak dan adiknya, jadi El dan Mala juga tak masalah akan hal itu.
Toh menjadi CEO juga bukanlah passion mereka.

Jelas Keo menjadi CEO dengan bantuan PA ayahnya yang bergerak sangat cepat membantunya mempelajari segala sesuatu yang harus ia tau tentang pekerjaanya. Meski kadang saat meeting lebih sering digantikan papanya.

Letta pun sekarang sudah sekamar dengan Keo. Kamarnya yang dulu, akan ia jadikan kamar anaknya nanti. Ia juga sudah jarang morningsick dan ngidam seperti biasanya. Perutnya juga semakin membuncit tapi ia tetap ngotot ingin sekolah.
"Yang, kamu homeschooling aja ya. Perut kamu itu udah buncit tau. Dari pada ketahuan guru terus di DO. Mending kamu keluar dulu kan? Aku juga was-was kalo kamu di sekolah diapa-apain sama Rawnie. Tau sendiri tuh cewek nekatnya kaya apa," gumam Keo sambil membenarkan dasinya di depan cermin.

"Nggak mau! Lagian ini juga masih bisa ditutupin sama sweater yang gede, gak keliatan kok," balas Letta tetap kekeuh dengan pendiriannya.

"Tapi guru-guru juga pasti curiga Ta kalau kamu pakek sweater terus. Masa kamu bakal alasan gak enak badan terus, Gak mungkin kan?"
Kata Keo berbalik lalu membungkuk di depan Letta. Laki-laki itu mulai memakaikan gadis itu sepatu.

"Bentaran lagi deh ya Ke. Aku masih pengen ngerasain bangku sekolah. Ntar kalo aku udah lahiran kan belum tentu bisa balik lagi ke sana," ungkap Letta sambil menerawang. Keo menghembuskan nafas berat lalu berdiri dan mencium kening Letta lama.

"Maafin aku ya. Gara-gara aku, kamu jadi gabisa nikmatin masa muda kamu," gumam Keo sambil memeluk Letta.

Letta tersenyum sembari menepuk pelan lengan Keo, "Gapapa, ini ujian dari Allah,"

"Udah yuk ah, berangkat," lanjut Letta. Gadis itu berdiri lalu segera menarik Keo keluar dari kamar.

***

#Sekolah

Letta berusaha berjalan santai agar tidak terlihat bahwa ia sedang hamil.
Keo? Ia selalu di samping Letta, menggandeng tangan Letta posesif. Seakan-akan kalau ia melepaskan tangan Letta, gadis itu akan hilang.

"Ta, hati-hati ya. Kalau pusing langsung ke UKS. Minta temenin Mesha, Ria, atau Nella. Kalau ada apa-apa langsung telfon aku! pulang tunggu aku! Jangan naik turun tangga sendirian. Ke toilet minta anterin," cecar Keo panjang lebar saat mereka berdua sudah berada tepat di depan kelas Claretta.

"Hihi. Iya bawel banget sih. Kamu juga belajar yang bener," gumam Letta sembari memukul tangan Keo pelan.

"Bener ya Ta hati-hati. Perasaan aku gak enak soalnya,"

"Cuma perasaan kamu aja kali. Yaudah sana gih pergi. Bosen aku liat kamu," kata Letta sambil terkikik geli, Keo sendiri hanya mengerucutkan bibirnya sebal.

"Yaudah aku ke kelas ya. Tuh udah ada Ria. Aku tinggal, oke? jangan kangen sama aku loh," Keo menyeringai lalu mengacak rambut Letta.

"Hmm, yaudah sana gih. Ih rambut aku rusak!" Rengek Letta sambil membenarkan tatanan rambutnya. Keo hanya terkekeh lalu segera pergi dari sana.

Letta pun memasuki kelasnya lalu duduk disebelah Ria.
"Pagi!" sapa Letta riang.

"Hmm, pagi." jawab Ria acuh.

Mommy in 17 [TERBIT]Where stories live. Discover now