#3 Darkness Escape

5.5K 322 24
                                    

Tidak ada yang bisa menolong untuk kejadian saat ini, mobil yang ditumpangi Dera, Dokter Tristan dan Rosa mengalami kecelakaan. Mereka tak bisa mengejar mobil ambulan yang membawa Ratna. Dera yang berdiri tertegun disamping mobil depan yang hancur, membuatnya berfikir bagaimana mendapatkan ide agar bisa mengejar mobil ambulam. Ketika otak sudah mulai mendapatkan ide, Dera lekas memberitahu Dokter Tristan.

"Aku punya ide, bagaimana kita memutuskan untuk berjalan kaki sampai keluar dari tempat ini. Pasti kau tahu Dok, pikiran kita masih terperangkap oleh sugesti kuntilanak itu. Bagaimana dengan ideku" mata Dera melirik kearah dokter tristan yang berdiri disampingnya dengan tatapan lugu.

"Ya itu sepertinya ide bagus. Aku setuju. Rosa apakah kau setuju." Dokter Tristan menatap Der dengan malu. lalu mata dokter tristan mencoba mengalihkan pandangan dan pembicaraan pada Rosa.

"Bagaimana denganmu Rosa. Apakah kau setuju" ungkap Dokter Tristan pada Rosa.

"Hah.." Rosa yang mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Dokter Tristan padanya, membuatnya bingung harus menjawab apa.

"Ya..ya aku setuju" Rosa menjawab nya walau tak paham. Mukanya menatap bingung wajah aneh dokter tristan.
"Ya sudah, sebaiknya kita lekas berjalan." Ungkap Dera disela-sela melihat kearah Dokter Tristan yg berlagak aneh.

Dera, Dokter Tristan dan Rosa meninggalkan area kecelakaan mobil yg baru saja dialami mereka hingga mobil itu hancur bagian depan. Kini mereka bertiga berjalan dijalanan yang sepi, panjang, dan terasa mistis. Langkahan kaki mereka bertiga membuat buncahan suara terdengar bertap-tap. Dera berada di posisi tengah terus berjalan dengan mencoba merasakan hawa mistis, Dokter Tristan berada di posisi belakang Dera, dan berdampingan dengan Rosa, Dokter Tristan bukannya tak peduli dengan suasana disekitar, namun ia berusaha fokus dengan orang yang akan menjadi teman hidupnya. Sementara Rosa yang berada disamping Dokter Tristan hanya diam dan mengikuti arus dimana Dera akan melangkah.

Suasana perjalanan makin tak mengenakan hati, perjalanan Dera akhirnya menuai polemik yang tak masuk akal. Di perjalanan panjang tiba-tiba diujung jalan aspal yang sepi, sebuah awan hitam lekat diujung kejauhan mulai mendekati kearah mereka. Ketika awan itu terus dipandang dan terus dipandang lekat-lekat, maka semakin cepat awan hitam itu mendekati mereka bertiga.
Awan hitam sudah berada didepan mata, Dera yang merasakan bahwa awan itu hanya ilusi mata, Dera berusaha tenang saat awan itu datang menghampirinya dengan cepat. Namun ia berusaha menenangkan Dokter Tristan dan Rosa yang mulai panik.

"Tenanglah, jangan panik. Ini semua hanya halusinasi. " ungkap Dera yang berada didepan Dokter Tristan dan Rosa.

Angin kencang mulai merembak diwajah, desiran angin dingin menusuk tulang dan air gerimis mulai datang dengan kencangnya seperti badai. Desa terus berdiri kokoh dengan kesadarannya, sementara dokter tristan dan ros terlihat sudah goyah. Kini Dera yang melihat Dokter Tristan dan Rosa goyah, ia mencoba berteriak memberi tahu agar pikiran mereka tetap sadar dan tak boleh kosong.

"Tetaplah bertahan dalam kondisi ini. Jika kita bisa melewati tipuan halusinasi ini, kita akan tahu bahwa semua ini hanya halusinasi." Ucap Dear dengan suara keras.
"Kau yakin kita terus berjalan dan bertahan dalam badai ini" ungkap Dokter Tristan, tangannya mengusap muka yang tersapu air.

"Yakin" jawab Dera.

"Lihat apa yang terjadi didepan kita" ungkap Rosa yang menatap kearah depan.
Dera dan Dokter Tristan menatap kearah yang dimaksud Rosa.

Sungguh mengerikan, kini Dera, Dokter Tristan dan Rosa dihadapkan penglihatan yang mengerikan, penglihatan itu adalah sebuah kegelapan yang akan memakan tubuh mereka bertiga. Tak ada yang bisa menolak kejadian ini, mereka hanya bisa menunggu tubuh mereka memasuki kegelapan bersama raungan badai hujan yang mengguyur tubuh.

Kini tubuh mereka memasuki dunia kegelapan.

Inilah perjalanan kegelapan.

a dengan kond********isi jalanan yang janggal, mulai melontarkan pertanyaan pada ngnya.

"Ada yang aneh dengan badai kali ini"

" Aneh apanya, masih sama kayak badai kemarin, cung" Jawab temannya tanpa ada rasa curiga, ia masih santai melihat kearah depan.

"Ia kale ya" ungkap lelaki yang sibuk menyetir.

Disela-sela mobil yang mereka tumpangi melaju lirih melawan badai kegelapan, mata sang sopir melihat sekumpulan rombongan yang terlihat hanya tiga orang berjalan ditengah badai. Sang sopir yang melihatnya lekas berkata pada teman disebelahnya.

"Lihatlah ditengah badai ada manusia" Ungkap sang sopir dengan wajah heran.

Teman sopir itu melihat kearah dimana sang sopir melihat tiga manusia yang berjalan ditengah badai kegelapan.

"Kau yakin mereka manusia, tidak mungkin ada manusia yang mau berjalan kaki dibadai tengah badai extrim. Mungkin kau sedang berhalusinasi" jawab temannya yang masih tak percaya.

"Kau masih tak percaya, lihatlah kearah pandanganku, lihatlah lekat- lekat dibalik rimbunan tumpahan air hujan. " Sang sopir melihat melihat kearah jendela mobil sebentar, lalu ia kembali fokus menyetir.
Teman sopir itu lekas melihat dibalik jendela mobil yang suram, lalu dilihatnya kearah luar dengan lekat2. Dan saat itulah teman sopir itu melihat tiga orang sedang berjalan juntai akibat kedinginan.

"Ya aku sekarang melihatnya. Sebaiknya kita mendekati mereka, siapa tahu mereka butuh bantuan." Teman sopir itu memberikan ide untuk menolong tiga orang yang sedang melawan badai kegelapan.

Mobil yang ditumpangi sopir dan temannya mulai menepi dan mendekati ketiga orang itu. Walau mereka mempunyai keraguan untuk melakukan hal yg bisa membahayakan nyawa mereka berdua, mereka tetap ingin mendekati tiga orang yang nampaknya membutuhkan pertolongan.[]
 
 

Dera 3 Where stories live. Discover now