PART XII. AWAL YANG INDAH (BAG.1)

Start from the beginning
                                    

Gina menatap Hanafi tak percaya. Bagaimana mungkin Ifylah yang sebenarnya mewarisi bakat seninya? Selama ini bahkan Zahra harus berusaha keras untuk memainkan sebuah symponi dari piano. Untuk lagu Fur Elise sendiri baru bisa dikuasai Zahra saat usianya 15tahun itupun masih belum sempurna. Dan ternyata Ify bisa memainkannya hanya dengan mendengar symponi itu tanpa pernah memainkannya sebelumnya dan saat usianya masih 10 tahun? Dia tak percaya semua ini.

"Mana mungkin aku bisa melewatkan bakat sehebat itu?" tanya Gina tak percaya. Hanafi tersenyum tipis.

"Ify anak yang tak terduga. Kamu lihat sendiri disemua foto itu! Dia berhasil mencapai banyak prestasi yang kamu inginkan selama ini! Bahkan dia memenangkan kompetisi piano Nasional saat usianya 14tahun." Kata Hanafi dengan bangga. Tak pernah dia kehabisan rasa bangganya terhadap Putrinya itu setiap kali Putrinya menyabet piala kemenangan dan mendapatkan penghargaan.

"Dia melakukan semua itu karena dia ingin kamu melihatnya suatu saat nanti. Meskipun selama ini dia hanya diam dan tak pernah memprotes atas sikapmu yang selalu mengunggulkan Zahra tapi selama itu juga dia bertekad akan membuatmu juga bisa melihatnya sepertimu melihat Zahra dengan penuh rasa bangga." Kata Hanafi mengingat usaha Ify untuk mencapai semua prestasi itu.

"4 tahun yang lalu saat dia memaksa kembali ke Indonesia, alasan kenapa aku mengijinkannya karena dia ingin memberitahumu tentang semua prestasinya selama ini. Dia ingin menunjukkan permainan pianonya padamu. Dia ingin kamu juga merasa bangga padanya."

"Namun yang terjadi justru sebalikkan. Zahra drop dan kamu menyalahkan Ify bahkan membencinya. Ify langsung mengubur dalam-dalam impiannya untuk menjadi Pianis terkenal. Bahkan dia menolak semua tawaran Produser untuk membuatkannya album, juga menolak semua tawaran untuk tampil dikonser-konser besar dunia. Karena apa?" tanya Hanafi menatap Gina sedih.

"Karena dia tak ingin menyakiti hatimu. Dia tidak mau jika permainan pianonya hanya akan mengingatkanmu pada Zahra. Itu sebabnya dia mengubur mimpinya bersama Zahra dan memilih untuk membuka Restoran untuk kesibukkannya. Tapi aku sangat tau bahwa sebenarnya yang dia inginkan adalah bermain piano. Tapi aku tak bisa melakukan apapun untuknya ketika Bundanya masih membencinya." Kata Hanafi mengakhiri ceritanya.

Airmata Gina langsung luruh seketika setelah Hanafi mengakhiri ceritanya. Kini dia merasa gagal sebagai seorang Ibu. Bagaimana mungkin dia sama sekali tak tau apapun tentang putrinya. Ibu macam apa dia? Bahkan dia sangat membenci putrinya yang tak bersalah itu karena merasa sangat kehilangan sosok putrinya yang selalu membuatnya bangga. Bahkan sebenarnya putri yang selama ini dia acuhkan jauh lebih membanggakan dari putri yang selalu dibanggakannya. Gina menyesal dengan semua yang telah dia lakukan selama ini. Bisakah dia mendapatkan kesempatan kedua untuk memperbaiki semuanya?

"Apa yang harus aku lakukan sekarang Mas? Ibu macam apa aku ini? Aku bahkan sangat membencinya karena Zahra meninggal. Dan aku terus menyalahkannya karena Gabriel yang tak mau ikut denganku dan memilih untuk tinggal bersama Ify. Apa yang harus aku lakukan Mas?" tanya Gina frustasi. Hanafi tersenyum. Setidaknya Gina tak membenci Ify lagi. Pikir Hanafi dalam hati.

"Datanglah keacara pertunangannya akhir pekan nanti! Berikan restumu untuk mereka! Itu sudah sangat cukup untuk Ify memberikanmu kesempatan kedua menjadi Ibu yang baik untuknya." Kata Hanafi memuat Gina mendongak menatap Hanafi.

"Acara pertunangan?" tanya Gina tak yakin. Hanafi mengangguk pasti.

"Iya. Ify akan bertunangan dengan Pewaris Haling akhir pekan ini!" Jawab Hanafi.

"Pewaris Haling?" tanya Gina tak percaya.

"Andrio Stevano Haling. Kamu pasti sudah pernah bertemu dengannya karena dia sahabat Gabriel sejak mereka dibangku Sekolah Menengah Pertama." Tanya Hanafi yang memang tau Putranya bersahabat dengan Calon menantunya.

"Rio maksud mas?" tanya Gina tak percaya. Hanafi mengangguk.

"Apa Gabriel yang mengenalkan mereka?" tanya Gina. Hanafi menggeleng.

"Kata Gabriel Rio sudah kenal dengan Ify sebelum Rio tau jika Ify adalah Adiknya." Jelas Hanafi yang memang tau dari cerita Gabriel.

"Rio pemuda yang baik dan bertanggung jawab juga bisa dipercaya. Sangat pantas disandingkan bersama Ify. Aku yakin Rio akan menjaga Ify dengan baik dan juga bisa membahagiakannya." Ucap Gina lirih namun tak mampu menyembunyikan nada bahagia disana.

"Kamu akan datang keacara pertunangan merekakan?" tanya Hanafi membuat Gina mendongak menatap Hanafi ragu.

"Akan aku pikirkan Mas, tapi aku nggak janji." Kata Gina ragu lalu menggigit bibir bawahnya. Hanafi tersenyum.

"Datanglah! Kehadiranmu akan menjadi kado terindah untuk pertunangan mereka." kata Hanafi meyakinkan. Gina menatap Hanafi lalu tersenyum dan mengangguk pelan.

Gina, wanita paruh baya tadi menghela napasnya. Dia ragu haruskah dia masuk atau tidak. Jujur, Gina sangat gugup dan tak yakin Ify akan memaafkannya, dia sangat takut Ify akan menolak kehadirannya. Gina memejamkan matanya mencoba meyakinkan dirinya sendiri.

_____


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ify dan Piano

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ify dan Piano....

LOVE GREET Seri 1 : When Love Say Hello #W.L.S.HWhere stories live. Discover now