PART XII. AWAL YANG INDAH (BAG.1)

5.8K 234 0
                                    

Seorang wanita paruh baya keluar dari sebuah taksi dengan anggun. Langit sudah berubah menjadi gelap. Wanita itu menatap bangunan mewah yang ada dihadapannya. Mengingat pembicaraannya dengan mantan Suaminya beberapa hari yang lalu. Yang menjadi alasan keberadaannya ditempat ini.

"Lihatlah ini!" kata Hanafi sambil menyodorkan beberapa lembar foto diatas meja kehadapan Gina mantan Istrinya.

Setelah pertemuan Keluarga malam itu Hanafi langsung berangkat ke Singapura untuk menemui mantan Istrinya, Gina. Bagaimanapun juga sebagai Ibu yang telah mengandung dan melahirkan Ify, Gina harus tau tentang pertunangan Ify. Dan dia akan berusaha untuk membujuk Gina agar mau memaafkan Ify dan mau datang keacara pertunangan Ify.

Hanafi tak buta untuk melihat kebencian yang ditunjukkan oleh mantan Istrinya pada Ify sejak kematian Putri mereka yang lain yaitu Zahra. Dan hal itulah yang membuat Ify berubah dan melupakan semua mimpinya untuk menjadi seorang Pianis, padahal sejak dia tau tentang bakat Putrinya itu yang Ify lakukan hanya bermain piano karena memang Ify sangat mencintai piano, sama seperti mantan Istrinya.

Gina memperhatikan lembar demi lembar foto yang yang kini ada ditangannya. Matanya menyiratkan kekaguman dan penyesalan juga kebanggaan sebagai seorang Ibu.

"Itu prestasi yang selama ini Ify raih sebelum dia memutuskan untuk mengubur dalam-dalam mimpinya untuk menjadi seorang Pianis." Gina mengalihkan pandangannya menatap Hanafi yang duduk dihadapannya dengan tatapan meminta penjelasan lebih. Dia ingin mendengar tentang Putri yang tak pernah dia anggap itu.

"Darah seni yang kamu miliki mengalir dalam tubuh Ify. Aku nggak tau kapan tepatnya dia bisa memainkan piano. Seperti yang kamu yakini selama ini jika yang mewarisi bakat senimu adalah Zahra, kamu membimbing Zahra dari dia kecil. Mengucilkan Ify yang memang lebih pendiam dibandingkan Zahra. Kamu menganggap Ify tak bisa apa-apa tanpa mau mencoba untuk mengasah bakatnya." Jelas Hanafi sedih mengingat kedua Putrinya.

"Aku juga terkejut saat mengetahui bahwa Ify bisa memainkan piano , bahkan bisa dibilang sangat mahir. Saat usianya 10tahun tiba-tiba guru kesenian di Sekolahnya memanggilku. Aku pikir dia ingin memberitahu jika Ify memang tak berbakat sama sekali di bidang seni. Tapi kamu tau apa yang guru itu katakan Gin?" tanya Hanafi sambil menatap Gina. Gina menggeleng kepalanya pelan. Hanafi tersenyum bangga saat mengingat apa yang dikatakan oleh wali kelas Ify saat itu.

"Guru itu meminta ijin supaya Ify diijinkan menjadi pembuka diacara Ulang Tahun Yayasan Sekolahnya. Waktu itu aku bingung apa yang mungkin Ify lakukan dalam acara itu, lalu guru itu bilang bahwa Ify akan bermain piano. Aku sama sekali tak percaya apa yang guru itu katakan karena memang selama ini aku tak pernah mendengar permainan piano Ify, bahkan Grand piano yang ada di Rumahpun tak pernah tersentuh. Aku mulai berpikir dimana Ify berlatih selama ini."

"Karena guru itu tau kalo aku tidak percaya guru itu mengajakku ke Ruang kesenian tempat ada Grand piano disana. Sampai di ruangan itu aku dikejutkan dengan keberadaan Ify yang sedang duduk didepan Grand piano dengan jemarinya yang menari indah diatas tuts piano itu. Aku menatapnya dengan penuh kekaguman, tak pernah aku mendengar musik seindah itu selain permainan pianomu." Cerita Hanafi sambil memandang mantan Istrinya. Jujur sampai saat ini dia masih mengagumi permainan piano mantan Istrinya itu, tapi dia ingat jika yang menghubungkan mereka sekarang hanya urusan anak-anak seperti saat ini, Ifylah yang menjadi alasannya untuk menemui mantan Istrinya.

"Guru itu memberitahuku jika alasannya memilih Ify untuk tampil diacara Yayasan sebesar itu adalah karena menurutnya Ify itu murid yang jenius. Saat pertama kali Ify masuk kelas seni, saat itu dia mendengarkan lagu Beethoven Fur Elise. Dan saat percobaan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan piano anak-anak dengan bermain satu lagu bebas Ify memainkan lagu Fur Elise dengan sempurna tanpa cacat sedikitpun. Saat guru itu bertanya apakah Ify ikut les piano, Ify menjawab tidak dan dia mengatakan jika selama ini dia hanya mendengarkan banyak musik dari piano yang dimainkan oleh Bundanya dan juga saudara kembarnya. Guru itu tak percaya lalu menyuruh Ify untuk memainkan sebuah lagu Symponi No.40 milik Mozart. Saat itu Ify bilang jika dia belum pernah mendengarkan musik itu dan meminta guru itu agar mengijinkannya mendengarkannya sekali. Lalu guru itu memutar lagu Mozart itu sekali dan setelah itu Ify memainkan kembali musik itu dengan sempurna. Sejak itu guru itu menyimpulkan jika Ify adalah murid yang jenius dan akan menjadi seorang Pianis hebat suatu saat nanti." Jelas Hanafi menceritakan pertama kali dia mengetahui bahwa Ify bisa bermain piano.

LOVE GREET Seri 1 : When Love Say Hello #W.L.S.HWhere stories live. Discover now