"Aku hanya mengakatakannya karena aku tidak ingin menyesal. Sama sekali tidak minta jawaban apapun, jadi jangan panik." Balas Lainne.

"Jadi aku tidak boleh membalas?"

"Membalas apa? Boleh saja, why not?"

Tetsuya berpikir sambil memakan rotinya. Apa yang harus kukatakan? To the point? Atau tersirat sepertinya tadi?

"Sepertinya hubungan anjing kucing kita sudah berakhir." Ujar Lainne.

"Aku ingin membuat hubungan baru, kalau begitu."

"Hubungan baru?"

Tetsuya meraih tangan Lainne yang sedang memegang ponselnya. "I wanna be your boyfriend, can I?"

Lainne mengerjap. "Boy... Are you kidding me?"

"I'm not."

"Are you crazy?"

"I'm 100% sane."

Lainne terdiam. Ia tak menyangka cowok di depannya yang sibuk memakan parfaitnya, Hayashi Tetsuya akan memiliki perasaan yang sama dengannya.

"Aku tidak percaya."

"Kau ini, orang nembak malah tidak percaya? Senang sedikit gitu dong." Tukas Tetsuya. "Dan kau belum menjawab pertanyaanku."

"Pertanyaan? Oh, itu. Bukannya jawabannya sudah jelas?"

"Aku mau dengar langsung dari mulutmu." Sahut Tetsuya. "Tidak pakai berbelit-belit. Iya atau tidak."

Lainne mengernyit. "Apa kau mau menungguku?"

"Menunggu?"

"Masih ada masalah yang harus aku selesaikan sekarang. Aku akan kembali saat semuanya sudah selesai. Jadi, maukah kau menungguku?" Jelas Lainne.

Tetsuya menyadari sorot mata Lainne seperti terbeban masalah berat. "Lainne, aku tidak keberatan menunggu. Tapi kalau ada masalah, bagilah denganku. Akan lebih mudah jika kita jalani bersama."

Lainne mengangguk. I know, but really, it's not something I'd share with you.

* * *

Mereka kembali ke penginapan tepat pada batas waktu bebas mereka. "Kalian tidak hanya berpisah dari grup, kalian juga pulang melewati batas waktu."

Sial sekali Lainne dan Tetsuya dicegat Igarashii-sensei di lobby. Lainne langsung menunduk dan meminta maaf, namun tidak halnya dengan Tetsuya. Ia malah menatap balas gurunya yang jelas-jelas marah itu. "Setidaknya kita bisa pulang dengan selamat sampai di sini, sensei."

"Oh begitu? Tapi kalau selamat semua kan tidak seru." Sahut Igarashii-sensei cepat.

Lainne tahu apa maksud kalimat itu dan segera menekan kepala Tetsuya ke bawah. "Minta maaf, dasar bodoh! Kau mau kita dihukum semalaman?!"

Tetsuya balas mencibir. Igarashii-sensei yang melihatnya langsung nyengir, "Sepertinya ia tidak keberatan untuk dihukum bersamamu semalaman, Eguchi-san."

"Oh, tapi saya sangat keberatan, sensei." Balas Lainne.

"Sebenarnya aku tidak peduli kalian keberatan atau tidak. Besok pagi kumpulkan laporan kegiatan kalian hari ini padaku." Sahut Igarashii-sensei dengan senyum seorang guru yang senang bisa menghukum muridnya.

"Bukannya itu dikumpul..."

"Memang minggu depan. Tapi kalian besok. Tulis tangan saja. Minim dua lembar F4." Potong Igarashii-sensei sambil menjauh, meninggalkan Lainne yang ternganga dan Tetsuya yang acuh tak acuh.

Tak lama kemudian, mereka sudah duduk di lobby masing-masing dengan dua lembar kertas F4 dan sebatang bolpen di tangan.

"Oh man, kenapa aku ada di sini?" Gumam Lainne. "Harusnya aku sudah tidur sekarang."

Tetsuya diam saja sementara Lainne terus menggerutu. Ia tahu jika ia berbicara, hanya akan memperburuk keadaan.

Dengan cepat Lainne mengisi penuh kedua lembar F4 itu dengan tulisan cakar ayamnya. Ia bersyukur hari itu ke tempat kesukaannya. Jika tidak, akan memakan lebih banyak waktu lagi untuk memikirkan apa yang akan ditulisnya.

Tepat saat ia selesai dan akan beranjak kembali ke kamarnya, pintu penginapan terbuka dan seorang pria berjalan masuk. Tetsuya hanya melirik lalu kembali pada karangannya. Namun Lainne langsung membeku. Kenapa dia juga ada di sini?

Lainne meletakkan kertasnya kembali ke atas meja, "Tetsuya, aku titip ini. Kalau aku belum kembali besok, tolong kumpulkan."

Tetsuya mengerjap. "Memang kau mau ke mana?"

"Keluar sebentar. Jangan bilang siapapun." Lalu ia berjalan keluar dan menghilang dalam kegelapan malam.

Ia berbelok ke sebuah gang tak jauh dari penginapan begitu mendengar langkah kaki mengikutinya. Tak sampai sedetik kemudian, pria yang tadi dilihatnya di lobby tampak di ujung gang.

"Long time no see, Neo."

Don't Call Me 'Akage'!Where stories live. Discover now