Seven

7 1 0
                                    

"Kamu jalan tidak bisa normal-normal di bawah saja?" Ujar Tetsuya pada Lainne saat mereka berjalan pulang. Sejak pergi ke Universal Studio bersama waktu itu, keduanya mulai jarang berkelahi dan kadang pulang bersama. Tidak disengaja tentunya.

"Tenang, aku takkan jatuh."

Tetsuya hanya menggeleng kecil. "Akhir-akhir ini kau sepertinya gembira sekali. Ada apa?"

"Kau ini, aku gembira protes, aku marah juga protes. Mau aku bagaimana?" Balas Lainne yang sibuk meniti trotoar tepi sungai.

"Aku bukan protes, cuma bertanya. Pakai nada baik-baik pula." Sahut Tetsuya kesal.

"Sudah jelas karena... Kya!" Sial dirinya, langkahnya terpeleset. Tapi bukannya jatuh tercebur dan basah di sungai, ia malah menabrak keras dada Tetsuya.

Begitu disadarinya, ia sudah berada dalam pelukan Tetsuya. "Sudah kubilang kalau jalan normal-normal saja."

"Eh? Em, sampai kapan kau mau memelukku, Hayashi?" Sahut Lainne berusaha mengalihkan percakapan untuk menutupi kenyataan dirinya yang kekanak-kanakan.

"Maaf." Dengan cepat Tetsuya menjauhkan Lainne darinya dan membuang wajah. "Lain kali hati-hati."

Lainne menatap Tetsuya heran. Tapi lalu ia menyadari telinga cowok yang berjalan di depannya ini yang memerah. Ia jadi merasa bersalah. "Aku yang salah. Maaf." Gumamnya.

Tetsuya menatap kejauhan. Jalanan tidak terlalu ramai, hanya ada ibu-ibu dan anak-anaknya yang baru pulang dari TK.

"Lihat, Mama! Ada yang pacaran!" Seru salah satu bocah itu.

"Hush!" Salah satu ibu-ibu yang sepertinya ibu anak itu.

Lainne hanya tertawa kecil menatapnya. "Mulutnya sepertimu, Hayashi."

"Berisik." Balas Tetsuya kesal.

"Ngomong-ngomong, lusa kita darmawisata kan?" Lainne menatap langit biru yang dihiasi awan putih bersih.

"Ya, ke Kyoto. Dibagi jadi kelompok-kelompok kan?" Sahut Tetsuya.

"Empat orang per kelompok." Ujar Lainne. "Campur, sepertinya."

"Igarashii tidak akan membiarkan kita menyatu dengan sesama jenis lebih dari waktu kita di kamar losmen." Tetsuya mendengus. Ia tidak begitu suka pada wali kelasnya itu.

"Losmen?!"

"Biasa, sekolah pelit." Sahut Tetsuya.

Lainne mengangguk sependapat. "Tapi losmen ada untungnya juga, seharusnya."

"Contohnya?"

"Lebih terasa petualangannya? Well, anyway, kita ada jam bebas kan?" Sahut Lainne.

"Sehari penuh. Kurasa pikiranmu sama denganku." Tetsuya tersenyum menatap mata Lainne yang berbinar-binar.

"Kyoto International Manga Museum." Ujar keduanya bersamaan, yang disusul tawa keras mereka.

"Kita harus sekelompok." Lainne berucap yang membuat Tetsuya terkejut. "Kau tahu susah membuat orang yang tidak senang manga setuju untuk pergi ke sana. Apalagi untuk waktu yang lama."

"Janji, kalau berdua lebih kuat daripada sendirian. Aku setuju."

Lainne lega mendengar jawaban Tetsuya. Sebenarnya ia punya alasan lain untuk sekelompok dengan Tetsuya, tapi Tetsuya tidak perlu tahu.

* * *

"Kau yakin kelompoknya seperti ini tidak apa-apa?" Tanya Rei ragu. Ia menatap anggota kelompok yang diajukan Lainne padanya.

Don't Call Me 'Akage'!حيث تعيش القصص. اكتشف الآن