Four

13 2 0
                                    

To: ellae@gmail.co.jp
Subject: None

Maaf aku tidak bisa datang di saat kamu membutuhkanku. Tapi syukurlah kau baik-baik saja. Aku harap setelah kejadian ini kau tidak begitu kecewa padaku.

To: shanksyonko@gmail.co.jp
Subject: Question

Tenang saja. Aku yang tidak tahu diri. Aku bahkan tidak tahu kau di mana, tapi meminta tolong yang tidak mungkin.
Aku ada pertanyaan, kira-kira kenapa anak sialan itu sampai berlari-lari mencariku? Kenapa hari itu ia berbeda 180 derajat dari biasanya? Maksudku, apa aku boleh berharap?

"Sedang apa, teman?" Takumi melompat ke punggung Tetsuya yang langsung terlompat kaget.

"Aku hampir saja kehilangan ponselku karena kau." Tukasnya kesal.

"Oh aku yakin kau tidak akan. Sedang melihat-lihat koleksi e-mailmu dengannya?" Balas Takumi.

"Jangan lihat privasi orang!" Seru Tetsuya sambil menutup ponselnya.

Tapi temannya itu hanya tertawa. "Sejak kapan ada privasi di antara kita? Tapi biarlah, toh aku juga sudah lihat. Kau memberinya cukup harapan. Jadi kapan kau berhenti?"

"Kenapa kau bertanya seolah kau ingin aku berhenti?"

"Tidak enak, kau tahu? Melihat sahabatku harus menjadi orang lain dalam percintaannya." Jawab Takumi.

Tetsuya terdiam. Ia memang tidak tahu kapan akan berhenti, yang jelas tidak dalam waktu dekat. "Soal waktu akan kupikirkan nanti. Kau tutup saja mulut itu rapat-rapat."

Ia masih belum bisa berhenti sekarang, atau lebih tepatnya, ia tidak mau semua berakhir sebelum ia bisa menyatakan perasaannya. Bukan sebagai Shanks, tapi sebagai Hayashi Tetsuya.

* * *

"Lainne, kau dari tadi kenapa?" Tanya Rei.

Yang ditanya menoleh, "Apa maksudmu? Ada apa denganku?"

"Kau dari tadi manyun-manyun sendiri, terus geleng-geleng kepala, acak-acak rambut, maunya apa?" Balas Rei.

Lainne mengerjap. "Oh ya? Maaf."

"Aku tidak minta maafmu. Aku minta jawaban pertanyaanku." Tukas Rei mulai tidak sabar. "Apa yang kau pikirkan?"

Kali ini sahabatnya itu diam. Sudah pasti sahabatnya ini sedang bermasalah. "Rei-chan, dari mana kau tahu aku ke gedung C? Seingatku kau tidak sempat membaca sampai sana."

"Aku sempat melihat C-nya. Itu cukup untukku tahu itu nama gedung." Sahut Rei.

"Lalu kau memberi tahu Hayashi?"

"Tidak, kau tahu setelah itu aku ada les." Balas Rei cepat.

Lainne termangu, makin bingung. "Kalau begitu untuk apa ia...?"

"Siapa ngapain?"

Lalu Lainne menceritakan kejadian hari itu sampai selesai. Rei nyengir mendengarnya. "Aku sepertinya tahu apa maksudnya."

"Apa?"

"Ia su..."

"Mustahil!" Tukas Lainne cepat. Terlalu cepat.

"Kau hanya tidak ingin mengakuinya." Balas Rei.

"Bagaimana bisa dengan segala kelakuannya selama ini padaku? Tidak mungkin!" Seru Lainne.

Ia tidak sadar bahwa ia sedang di dalam kelas, di tengah jam pelajaran, dan gurunya, Kazama-sensei sedang menerangkan di depan kelas. Ia segera berdeham dan tersenyum, yang sudah jelas bukan senyum senang.

Don't Call Me 'Akage'!Where stories live. Discover now