AA9 : Pilihan

4.8K 326 13
                                    

           

09 : Pilihan

Alyssa duduk terdiam di kursi meja belajarnya. Hari minggu kali ini tidak secerah hari-hari sebelumnya. Alyssa hanya di rumah, tidak ada kegiatan bersama sang bibi ataupun yang lain.
Sejujurnya ia ingin ke taman belakang rumah, tapi dia tidak mau melihat Gabriel dan Angel. Alyssa tidak ingin bermasalah dengan mereka, walaupun Alyssa tahu hal itu sama saja dengan memutuskan tali silahturami dengan keluarga terdekatnya. Bagi Alyssa itu tidak masalah, bukan karena dia benci tapi karena dia lelah dengan semua cacian dan hinaan.

Alyssa mencoret-coret bukunya saja, sambil sesekali melirik ponselnya. Ia tahu kalau Sivia sedang bersama Alvin saat ini. Serinh kali ia berpikir, kapan dia bahagia seperti Sivia? Mungkin setelah dia mati, baru kebahagian itu datang.

Alyssa melihat foto di atas meja belajarnya.
Foto dirinya, Kiki dan Angel, Ashilla dan juga Gabriel saat mereka jalan-jalan ke Bandung. Ia tersenyum melihat kebahagiaan di dalam foto itu.
Ashilla yang di cium manja oleh sang Mama dan dirinya yang di cium Gabriel dengan sayang.

Foto itu diambil saat dirinya berusia tiga tahun. Saat itu dia masih bisa merasakan apa itu kasih sayang keluarga.

"Bang itu kupu-kupu, tangkapkan untukku, boleh?" tanya Alyssa menunjuk kupu-kupu yang hinggap di bunga berwarna putih.

Gabriel mengangguk setelah itu dia mengambil kupu-kupu itu dengan jaring. "Ini kupu-kupu cantik untuk adik Abang yang cantik."

Alyssa memeluk Gabriel dan meminta Gabriel menyamakan tinggi badan mereka.

Alyssa langsung mencium kedua pipi Gabriel dengan lembut. "Alyssa sayang Abang."

"Abang juga sayang Alyssa," jawab Gabriel.

Alyssa menghapus air matanya, kemudian tersenyum miris. Kata-kata sayang dari Gabriel sekarang tidak ada lagi untuknya, sekarang hanya ada kata-kata kasar yang keluar dari mulut kakaknya itu!

Ia tidak bisa berharap banyak kepada Gabriel saat ini. Karena Gabriel tetap membencinya.

"Asal kamu tahu, Alyssa! Sejak kamu lahir ke dunia ini. Kamu selalu menjadi masalah di dalam keluarga Adney! Saya yang melahirkanmu merasa menyesal!" ucapan Angel membuatnya menangis. "Kamu berada di rumah ini juga karena Ashilla. Kalau bukan karena Ashilla, saya dan suami saya pasti akan mengusirmu! Jadi berterima kasih kepada Ashilla dengan cara kamu menjaganya, bukan dia yang menjagamu!"

Alyssa masih ingat kalau bundanya menyesal telah melahirkannya ke dunia ini. "Kenapa aku harus lahir di tengah-tengah keluarga yang seperti ini, Tuhan? Apa salahku?"

Pintu diketuk dengan Ashilla yang memunculkan kepalanya dari balik pintu. Alyssa dengan cepat menghapus air matanya.

"Alyssa, gue boleh masuk?" tanya Ashilla.

Alyssa mengangguk. "Masuk aja, Shil."

Ashilla masuk ke dalam kamar Alyssa, kemudian senyam-senyum tidak jelas.

"Mau ke mana?" tanya Alyssa.

"Gue mau jalan sama calon pacar, hem bagaimana penampilan gue, cantik tidak?"

Alyssa tersenyum kemudian mengangguk. "Sangat cantik, pasti calon pacar lo suka, Shil."

"Semoga saja dia bisa segera menjadi pacar gue," balas Ashilla.

"Aamiin, lagian siapa sih laki-laki yang mau menolak lo yang cantik ini?"

"Lo ini bisa saja. Oh ya Al, lo nanti harus kenalan sama calon pacar gue itu. Lo harus lihat apakah dia pantas untuk gue atau tidak."

"Okelah," jawab Alyssa.

Ashilla kemudian melihat dirinya di cermin kamar Alyssa. Sementara Alyssa hanya bisa tersenyum, Ashilla memang saudara yang sangat dia sayangi. Ashilla selalu memberikan apapun untuk Alyssa, bahkan saudaranya itu pernah menyelamatkan nyawanya dulu. Hanya Ashilla membuat Alyssa kuat berada di dalam rumah ini.

—ooo0ooo—

Mario mengacak rambutnya frustasi. Setelah mendengar ucapan Kiki dan juga Gabriel untuk menjaga Ashilla. Sekarang pikiran Mario jadi bercabang. Bagaimana bisa dia menjadikan Ashilla sebagai pengisi hatinya di saat hatinya sudah di tempati oleh seseorang?

"Mario, saya mau bicarakan sesuatu denganmu. Ini menyangkut putri saya," ucap Kiki yang membuat Mario terdiam dan menyimak ucapan pria paruh baya itu dengan baik.

"Apa itu, Pak?"

"Saya mohon jaga putri saya. Saya rasa putri saya mencintai kamu. Saya percaya pada kamu, Mario. Ashilla memang lemah, jadi kamu maukan menemami anak saya?" tanya Kiki kembali membuat Mario terdiam.

"Maksud Pak Kiki, saya dan Ashilla hanya—"

"Saya tahu kalau kamu juga mencintai Ashilla dan saya menyetujui hubungan kalian."

Mario terdiam sejenak, Kiki memegang pundak Mario. "Jadilah menantuku, Mario."

Mario mengacak rambutnya frustasi. Bagaimana bisa dia memilih Ashilla? Kiki memang sangat baik kepada keluarganya. Tapi apa bisa hati dipaksa untuk bersatu?

"Mario, gue harap lo bisa jagain adek gue ya. Adek gue harus bahagia sama lo." Mario terdiam, kemudian Gabriel melanjutkan ucapannya. "Hanya lo yang bisa bahagiain dia selain gue dan keluarga. Dari kecil dia sakit dan selalu menderita, tapi dia nutupin semuanya. Sekarang gue lihat dia bahagia saat sama dengan lo."

"Tapi gue—"

"Mar, gue harap lo mau kabulin permintaan gue kali ini aja. Lo kan sahabat SMA gue dan gue harap lo bisa terima semuanya. Jagain adek gue," kata Gabriel.

"Gue—"

"Apa lo mau lihat adek gue sedih lagi? Dia udah cukup sabar ngejalanin hidupnya selama ini."

"Gue enggak tahu sama perasaan gue, tapi gue sebisa mungkin buat suka sama adek lo, Iel."

Mario memejamkan matanya lagi, bayangan Ashilla yang selalu tersenyum di hadapannya berganti menjadi wajah Alyssa. Mario mengingat Alyssa dan ucapan Sivia waktu itu.

"Kak Mario janji ya jagain Alyssa, sampai kapanpun. Kalau bisa Kak Mario lindungi Alyssa."

"Kak Mario harus terus di samping Alyssa karena kekuatan Alyssa ada sama Kakak."

Lagi-lagi kepalanya terasa berdenyut.
Mario tidak akan membatalkan semua janjinya kepada Ashilla. Ia harus tetap memilih dan ia memilih Ashilla, walaupun semuanya bertolak belakang dengan hatinya.

Mario melakukan itu karena Kiki adalah bos yang selalu membantunya dalam situasi apapun.

**********AA*********

TBC
Masih pada semangat puasanya?
Ditunggu ya vote dan komen kalian:) hehe

AA [Alyssa & ASHILLA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang