XIII: The David Portman Conspiracy (Part II)

98 11 0
                                    

Aku tercekat. Mataku terasa panas. Masa iya laki-laki semanis David--yang pasalnya sudah dekat denganku beberapa tahun ini--rela memperlakukanku sama dengan Cameron memperlakukanku? Ia akan pergi dengan wanita lain dan meninggalkanku? Oh, god! Aku harusnya tahu itu! Saat ia kembali ke San Francisco ia sebenarnya bertemu dengan wanita itu! Pantas saja ia tidak memberitahuku, karena ia takut aku marah! Benar bukan?

Aku mendengus pelan, menahan air mata yang sedikit lagi akan jatuh ke pipiku. "Hey, Jas? Kau baik saja?" Tanyanya sembari setengah fokus dengan jalanan Chino yang sedikit ramai malam ini. Aku mendengus lagi. Ini yang kau pikir baik saja? Tiba-tiba saja aku merasa benci padanya. Apa pernah terlintas sedikit saja bahwa ia menyukaiku? Jika ia tidak menyukaiku dan memilih dengan wanita yang lain lantas mengapa ia selalu ada di sisiku selama beberapa tahun belakangan ini?

Aku masih belum menjawab pertanyaannya dan kami berhenti di salah satu toko bunga yang cukup terkenal di kota ini. "Kau bisa turun sendiri, Jas?" Tanya David. Dengan kesal aku lalu membuka pintu mobilnya, lalu keluar, dan membantingnya dengan keras. Ada apa dengan malam ini?

David terlihat salah tingkah. Namun ia belum mengatakan satu patah katapun kepadaku. Sebenarnya apa yang ingin ia lakukan padaku malam ini? Mengapa yang ia begitu menyebalkan?

"Jas, jika kau jadi seseorang yang akan ku belikan bunga malam ini, kau ingin bunga yang mana?" Dan sekali lagi, itu hanya membuat kepalaku semakin mau meledak.

"Aku tidak ingin bunga apapun darimu, David." Jawabku ketus.

"Aku bilang 'jika', bukan berarti aku akan memberikanmu bunga kan?" Lagi dan lagi, pernyataan sekaligus pertanyaan darinya membuatku kesal. Aku terdiam. Melihat sekitar dan menyadari bahwa bunga-bunga yang dipajang di sini ialah bunga-bunga yang amat cantik. Aku tak dapat membohongi diriku sendiri bahwa aku menginginkan salahsatu bunga dari banyaknya bunga cantik di sini. "Bagaimana?" Tanya David lagi, dengan wajah yang sedikit ketakutan.

"Sebenarnya siapa wanita yang akan kau temui malam ini? Dan kenapa kau membawaku?" Tanyaku to-the-point. Ia diam saja. "David, jawab pertanyaanku!" Aku meninggikan suaraku. "Kau akan lihat."

Aku semakin geram namun tak ada yang bisa ku lakukan padanya. Bagaimanapun kami tidak punya status terikat apa-apa. Ia tak pernah menyatakan secara resmi bahwa ia menyukaiku, dan sebagainya. Dan bodohnya aku rela digantung perasaannya.

"Aku ingin bunga yang itu." Kataku sembari menunjuk sebuket bunga mawar putih lengkap dengan pita berwarna merah. Ia mengangguk. "Terima kasih atas rekomendasinya." Kemudian ia memanggil seorang pegawai dan membeli bunga itu. Mataku semakin panas. Aku semakin tak bisa menahan amarah yang seharusnya sedari tadi sudah ku luapkan.

David berjalan menuju pelataran parkir dan kali ini ia membukakan pintunya untukku. "Trims." Kataku lalu masuk ke dalam mobil mewahnya. Bunga pilihanku tadi ia letakkan di kursi belakang. Bunga yang cantik, aku tidak bisa munafik bahwa aku sangat menginginkan bunga itu. "Maaf jika akhir-akhir ini aku sedikit menjauhimu." Katanya seraya mobil ini melaju kencang menuju destinasi berikutnya yang bahkan aku tidak tahu apa itu.

"Ada apa, David?" Tanyaku menahan airmata.

Ia diam saja. Matanya menatap lurus ke arah jalanan. Aku bahkan tak tahan melihat wajah biru lautnya yang mungkin saja dalam beberapa jam akan jatuh ke pemilikan orang lain. Aku menyerah untuk mengajaknya bicara. Karena tidak ada satupun dari kami yang mau bicara. Kau tahu? Aku menyukai David. Itu wajar karena aku juga seorang wanita biasa. Aku seorang gadis Eastwood yang pasti jatuh hati kepadanya. Apalagi David memperlakukanku layaknya aku adalah gadis-nya, ia selalu baik kepadaku. Bagaimana aku tidak menyimpan perasaan ini? Ya, aku menyukai David. Aku menyukai David.

"Kau cocok dengan Cameron, sekali lagi kuulangi, kau amat cocok dengan Cameron."

Aku menganga ketika ia menyatakan hal itu. Apa-apaan? Bukankah ia yang selama ini menarikku untuk tidak menyukainya? Bukankah ia yang selalu cemburu ketika aku bicara tentang Cameron?

"What the fuck, David?" Akhirnya kata-kata itu keluar dari mulutku. I fucking hate this boy.


x x x

hehe hai

lanjut part berikutnya yaa

omg gue lupa QOTD

langsung aja ya

QOTD: apa hal yang paling gila yang lo lakuin akhir-akhir ini?

me: gue teriak-teriak pas lomba 17an antar kelas gitu sampe gue dimarahin wakepsek gara-gara gue naik2 ke meja gitu hehe

x ara x

Tear In My Heart // cameron dallasWhere stories live. Discover now