Aku berjalan ke arahnya. Membenarkan selimutnya. "Terima kasih Kris karena selalu ada untukku", lirihku sambil mengusap rambut pirangnya.

Setelah itu, aku ke dapur dan membuka kulkas. Melihat ada bahan makanan apa disana. Kosong sekali tapi ada telur dan roti. Ada keju, madu dan susu juga. Mungkin bikin sandwich tidak buruk dengan susu plus madu.

Semua bahan aku keluarkan dari kulkas dan mulai untuk membuat makanan. Mereka kalau tidak salah ada dua belas orang. Mungkin ini cukup. Aku ingin membuat rotinya sedikit garing dengan membakarnya tidak terlalu lama. Sambil menunggu roti, aku membuat isi rotinya. Karena hanya ada telur, jadi aku membuat telur setengah matang. Setelah beres, aku menyusunnya bersama roti dan menuangkan madu agar mereka bisa mendapatkan energi yang cukup. Tidak ketinggalan susu hangat. Setelah selesai, aku menyusunnya di meja makan.

Aku membereskan perlengkapan dapur yang sudah ku gunakan tadi dan menaruhnya ditempat semula.

"Harum sekali", ucap Tao yang sudah duduk manis di kursi meja makan.

Aku melihatnya yang ingin mengambil roti. Aku menepis tangannya. "Cuci tangan dulu oppa dan panggilkan yang lain. Kita sarapan bersama", ucapku.

Tao oppa langsung pergi sambil bersiul. Aku tersenyum melihat tingkahnya. Aku berjalan ke arah sofa. Ingin melihat apakah Kris sudah bangun atau belum. Ternyata dia masih terlelap. Ku dengar pintu kamar yang berada disamping kamar Kris terbuka. Luhan keluar sambil mengucek-ngucek matanya. Tingkahnya seperti anak kecil saja. Padahal dia itu lebih tua empat tahun dariku, tapi muka babyface nya itu lucu.

"Eh Andien. Kamu sudah bangun", ucap Luhan sambil berjalan mendekat ke arahku.

"Oppa, mandi sana dan segera sarapan. Aku sudah membuat sarapan", ucapku sambil mendorong kecil tubuh Luhan oppa.

"Pantas saja aku sudah mencium wangi makanan", ucap Luhan. "Oh iya Andien, tolong bangunkan Kris. Dia susah untuk dibangunkan", ucap Luhan dan langsung berlalu masuk ke dalam kamarnya.

Aku berjalan ke arah Kris yang masih terlelap. Mukanya tetap saja dingin. Aku kira disaat dia tidur, dia akan terlihat lebih lucu. Ternyata tetap saja ekspresinya dingin.

Aku menggoyangkan lengannya pelan. "Kris bangun. Ayo sarapan", ucapku. Dia hanya menggeliat. "Kris bangun", ucapku lagi.

"Don't cry anymore", gumamnya pelan masih tidur.

"Kris ayo bangun", ucapku sambil menggoyangkan tubuhnya lebih keras dan berhasil membuatnya membuka mata.

"Lima menit lagi", ucapnya dan menutup kembali matanya.

"Kris bangun. Kalau tidak bangun, aku akan menangis lagi", ucapku dengan geli karena mengingat gumamannya.

Dengan cepat Kris membuka mata. "Jangan pernah mengancamku dengan tangisanmu lagi", ucapnya dingin dan segera bangkit. "Kamu mengambil kaos dari lemariku?", tanyanya sebelum masuk ke kamarnya.

"Iya, aku tadi mandi dan mengambil satu kaos dari lemarimu. Tenang saja. Aku tidak melihat yang macam-macam kok", ucapku menjelaskan.

Kris tidak berkata apa-apa dan langsung masuk ke dalam kamarnya. Ku rapihkan selimut yang dia pakai semalem. Setelah itu merapikan sofa yang menjadi tempat tidurnya semalem.

Author POV

Semua member EXO sudah berkumpul di meja makan sambil memakan sarapan mereka. Mereka bercanda dan membicarakan banyak hal. Andien juga sangat menikmati kedekatan dirinya dan para member EXO. Andien tidak terlalu mengenal baik tentang EXO, tidak seperti Super Junior yang sudah dia kenal luar dan dalam.

"Oh iya, Andien apakah kamu mengenal kami?", tanya Lay sambil mengunyah makanannya.

"Jujur saja aku tahu tentang grup kalian, tapi aku tidak mengenal kalian dengan baik. Tapi aku sudah membaca tentang diri kalian beberapa minggu yang lalu lewat internet hehe", jelas Andien sambil tersenyum ramah.

Antara Indonesia dan KoreaWhere stories live. Discover now