2

5.8K 163 14
                                    

from      : Andien Utami
to           : Kim Hana
subject  : see you

hai temen lama. apa kabar? aku akan segera ke korea. jangan lupa untuk mengajak aku untuk jalan2.

send

Itulah email yang aku kirimkan ke Hana. Sahabat kecilku. Besok aku akan segera bertemu dengannya di Korea. Bagaimana dia sekarang? Apa tetep secipit itu matanya? Apa dia masih susah menggunakan Bahasa Indonesia? Tapi tadi aku menggunakan Bahasa Indonesia.

'Aduh...aku lupa kalau ngirim emailnya pake bahasa inggris aja. Bego bego bego', ucapku dalam hati sambil memukul-mukul kepalaku.

"Apa yang kamu lakukan Andien? Barang-barangmu sudah beres semua?", tanya mama mengagetkan aku.

"Nggak ngelakuin apa-apa ma. Ini udah beres kok. Hanya tiga hari aja kan kita disana?", tanyaku pada mama.

"Iya. Tapi kamu harus membawa baju yang lebih. Takutnya ada apa-apa sayang", kata mama mengingtkan.

"Iya ma. Mama nggak liat koper aku udah dua gini? Aku yakin aku nggak bakal kekurangan pakaian hahaha", ucapku sambil tertawa.

Mama hanya menggelengkan kepala dan pergi meninggalkan kamarku. Aku menatap barang-barangku yang masih tersisa. Semua keperluan sudah aku masukin dalam koper. Casan, powerbank, makeup, kaca kecil dan segala macam gadget sudah aku masukin dalam tas yang besok bakal aku pakai. Sepatu juga sudah, pakaian untuk dipakai besok juga sudah. Passport juga sudah di mama. Sekarang tinggal tidur aja. Mudah-mudahan menyenangkan di Korea. Untung saja aku bisa bahasa korea. Jadi tidak susah buat jalan-jalan sendiri. Ok waktunya tidur.

--------------------------------------------------
bandara Incheon, Korea Selatan

Perjalanan yang panjang bikin aku mual saja. Berjam-jam dan hanya mendengarkan lagu sambil membaca novel. Untung saja ada novel yang ku bawa, kalau nggak ada bisa mati gaya dipesawat tadi. Aku berjalan disamping mama. Papa sibuk ngobrol dengan asistennya, Pak Budi. Kami menuju ruang tunggu khusus tamu kenegaraan. Aku mengelilingi ruang tunggu ini. Aku melihat ke arah luar. Banyak sekali wartawan dibawah. Aku kembali duduk disamping mama. Selalu aja setiap kunjungan kenegaraan, pasti banyak wartawan. Aku paling nggak suka dengan wartawan. Mereka selalu aja memaksa untuk mendapatkan informasi. Tapi mau gimana lagi, keluargaku sekarang bukan hanya keluarga biasa tapi keluarga kepresidenan jadi hidup harus dibiasakan dengan wartawan.

Saat menunggu, datanglah Bapak Kim disusul dengan Ibu terakhir Hana. Papaku langung memeluk Paman Kim. Aku biasanya memanggil paman, sekarang jadi bingung mau manggil apa. Hana langsung berlari ke arahku dan memeluk tubuhku dengan erat. Rasanya aku sangat merinduhkan tubuh ini.

"Annyeong haseyo", ucapku dalam bahasa korea.

Hana melepaskan pelukanku dan menatapku kaget. Aku tersenyum melihatnya. "Nggak usah pake bahasa korea, aku masih bisa menggunakan bahasa indonesia", kata Hana sambil memanyunkan bibirnya.

"Hahaha aku pikir kau sudah lupa mnggunakan bahasaku. Apa kabar? Lama tak bertemu. Aku merinduhkanmu", ucapku.

"Aku baik. Aku juga merinduhkanmu", ucap Hana sambil memelukku lagi.

"Apakah ini Andien?", kata paman Kim mengagetkanku dan Hana.

Aku melepas pelekukanku dan Hana dan berjalan ke arah para orang tua.

"Iya ini Andien. Andien ini paman Kim. Kau masih ingat kan?", kata papa.

"Tentu saja. Paman Kim aku merinduhkan paman. Bibi juga", ucapku.

Kamu berbincang-bincang sedikit diruang tunggu ini. Banyak hal yang kami bicarakan, mulai dari waktu pertama bertemu dan sampai sekarang. Setelah berbincang-bincang kami pun pergi ke istana kenegaraan korea. Rencananya kami akan menginap disana.

Antara Indonesia dan KoreaWhere stories live. Discover now