9

2K 65 0
                                    

Adit POV

Aku sedang menikmati masa istirahatku di kampus dengan menunggu Andien datang atau sekedar lewat dihadapan mataku. Andien kakak kelas dijurusanku. Tidak sengaja bertemu dengannya karena aku menabraknya dan anehnya dia malah tersenyum manis padaku. Itulah pertama kalinya aku terpesona padanya. Aku juga baru tahu kalau dia anak dari Presiden di negaraku. Aku hanya tahu kalau aku sekampus dengan anak Presiden, tapi aku nggak tahu kalau anak presiden itu Andien.

Tidak tahu kenapa, semenjak pertemuan pertama kami, aku selalu penasaran akan dirinya. Dia selalu menghindar dariku, walaupun dia tidak pernah bilang secara langsung, tapi aku bisa merasakannya kalau dia tidak ingin aku ikutin. Memang benar aku selalu mengikutinya. Bahkan ada kejadian yang membuat aku khawatir padanya.

Saat itu, aku mengikutinya seharian penuh. Dia sedang bersantai dengan sahabatnya hari itu. Mulai ke toko buku dan lainnya. Aku mengikutinya seharian itu sampai dia pulang ke rumahnya. Namun, saat hendak masuk ke dalam rumah, ada segerombolan laki-laki mendekatinya. Aku keluar dari mobil dan menghampirinya. Saat aku ingin melindunginya, salah seorang dari laki-laki itu memanggil namanya dan Andien tersenyum ke arah mereka. Aku terus memaksa untuk tidak berdekatan dengan mereka, tapi Andien dengan tenang mengatakan kalau mereka adalah temannya. Setelah seharian aku mengikutinya dan mencoba untuk melindunginya, aku malah disuruh pulang olehnya. Tapi saat melewati laki-laki itu, aku menangkap sepasang mata yang tajam. Mata itu memandangku dengan mata tajamnya itu.

Setelah kejadian itu, aku mencoba untuk tetap mendekatkan diriku padanya. Tapi lagi-lagi dia tidak menerima. Tapi suatu waktu, dia menyuruhku untuk kuliah yang benar dan jangan bolos lagi hanya untuk mengikuti dirinya. Aku tidak ingin menyanggupi, tapi senyumannya itu membuat aku mengabulkan permintaannya.

Dan sekarang dia sudah datang, lewat dihadapanku dengan senyum termanisnya. Dia selalu seperti itu. Menyapa siapapun dengan senyum termanisnya. Aku berjalan ke arahnya. Dia terkejut tapi dengan cepat tersenyum lagi. Senyum yang sama saat pertama kami bertemu.

"Hey", sapaku.

"Hey juga Adit", ucapnya ramah.

"Soal gosip itu. Maaf yaa gua udah libatin lu", ucapku.

"Nggak masalah. Papa sudah beresin", ucapnya enteng.

Saat mendengar itu, aku langsung kecewa. Aku kecewa karena gosip itu telah dibantah olehnya, padahal aku ingin gosip itu terus berlanjut agar dia bisa membuka hatinya untukku. Aku hanya tersenyum terpaksa mendengar ucapannya.

Mungkin lebih baik aku utarakan isi hatiku agar dia bisa memberikan aku kesempatan. "Entar malem lu ada acara?", tanyaku.

"Hhm nggak ada. Kenapa?", tanyanya.

"Ya udah. Entar gua jemput jam tujuh malem yaa", ucapku dengan tersenyum manis padanya.

"Ok. Ya sudah. Gua masuk kelas dulu yaa", ucap dia dan meninggalkan aku.

Andien POV

"Lu yakin mau pergi sama Adit?", tanya Lesti memandangku yang sibuk siap-siap untuk bertemu dengan Adit.

Aku hanya mengangguk. Kemudian kami diam kembali. Setelah siap, klakson mobil terdengar. Ku yakin itu pasti Adit.

"Gua pergi dulu. Kalau lu pingin nginap, nginap aja. Gua cuma bentar kaya-nya sih", ucapku kepada Lesti.

"Gua balik aja deh. Hati-hati sama Adit. Cepet pulang dan aktifin terus handphone lu", ucap Lesti sambil beranjak dari duduknya.

"Iya bawel. Ya udah. Lo hati-hati pulangnya dan jangan ngebut-ngebut bawa mobilnya", ucapku memperingatkan.

Antara Indonesia dan KoreaWhere stories live. Discover now