Pak Mamat

2.9K 124 2
                                    

Pukul 8 pm Nae sampai dirumah.
"Lelahnyaaa..." Ucap Nae merebahkan badannya di sofa.
"Berapa meeting?" Tanya Mamah membawakan jus dan duduk mengelus rambut Nae.
"Tiga, Mah" ucap Nae meminum jusnya lalu tiduran dipangkuan Mamah.
"Tuh kan.. Rapat aja tiga kali. Kamu pacaran aja belum pernah" ucap Mamah.
"Iya, Mah. Doakan my braces mau jadi mantu di rumah ini" ucap Nae diri dan hendak ke taman belakang.
"Aamiin. Mamah ikut" ucap Mamah.

Nae menyibukkan dirinya dengan tanaman menjalarnya. Mamah duduk memperhatikan. Tak lama, Pak Mamat, supir Mamah datang.
"Sini, neng. Bapak saja" ucap Pak Mamat.
"Udah biarin, Pak. Saya bisa sendiri" ucap Nae lembut.
"Gpp, neng" ucap Pak Mamat.
"Uda, biarin, Pak. Pak Mamat pulang saja, sudah malam. Pasti ditungguin istri dan anaknya. Maaf, bukannya saya mengusir, cuma ini kan udah bukan jam kerja Bapak lagi" ucap Nae tersenyum ramah.
Pak Mamat mengangguk sopan "iya, neng. Saya mengerti. Terima kasih, neng, Buk. Saya pamit pulang. Selamat malam" ucap Pak Mamat berpamitan.
"Sama-sama, Pak. Mimpi indah buat Pak Mamat sekeluarga" ucap Nae.
Pak Mamat tersenyum dan pulang.

"Pak Mamat itu ya, Mah. Repot. Tiap beliau kesini, pasti aja beberes. Nyapu halamanlah, cuci mobillah, motong rumputlah, inilah itulah. Adaaaa aja yang dilakuin. Padahalkan tugasnya cuma nganter Mamah aja" ucap Nae.
"Nae... Pak Mamat cuma berterima kasih. Kamu yang ngegaji dia, kamu nyekolahin anak-anaknya, kamu bayarin istrinya yang sakit. Jelaslah beliau ingin bantu" ucap Mamah.
Nae mengangguk.
"Iya sih, kadang juga Nae butuh bantuan.
'Pak Mamat, ini mayat tolong dikubur ya'
'Siap, neng. Mau dipotong kecil-kecil atau dikafanin biasa aja?'
Mamah "😒😒😒"
'Neng, itu tali pocong perawannya udah saya taro kendi. Kalo kurang bisa saya ambil lagi'
'Neng, udah bulan purnama. Perawannya mau dikorbanin malam ini apa besok?'
Nae cengengesan.
"Orang gila" ucap Mamah sambil berlalu.
"Jangan tidur larut. Mimpi indah" teriak Mamah menuju kamarnya.
Usai merapihkan tanamannya, Nae mandi dan tidur.

Pak Mamat merupakan supir pribadi Mamah. Ia telah bekerja lebih dari 35 tahun. Mamah sendiri sudah menganggap Pak Mamat saudaranya. Mamah juga sangat mengenal keluarganya.
Nae juga diajak bermain dengan Pak Mamat sedari kecil. Beliau yang mengantarkan Nae sampai Nae bisa membawa mobil sendiri.
Sebenarnya, pekerjaan Pak Mamat hanya supir. Namun beliau juga membantu pekerjaan yang lain. Ia sangat berterima kasih.
Ia sangat senang bekerja di keluarga Nae. Apalagi ia melihat Nae yang tumbuh menjadi pribadi yang sangat luar biasa.
Nae tidak hanya menggaji Pak Mamat. Ia juga membelikan Pak Mamat 2 kambinh, jantan dan betina. Selain itu, istri Pak Mamat ia daftarkan kursus menjahit hingga dapat menjahit mandiri.
Kalimat yang selalu diingat Pak Mamat "kehidupan kan ga ada yang tau ya, Pak. Mungkin gak selamanya saya dan keluarga tetap berada. Gak selamanya juga Bapak kerja. Kambing ini saya kasih supaya dapat Bapak rawat. Kalau sudah berkembang biak, hasilnya dapat Bapak jual. Itung-itung tambahan dari hasil ternak. Soal Ibu (istri Pak Mamat), juga sama. Saya kursusin supaya bisa mandiri. Kalau udah bisa jahit, Ibu bisa kembangin jadi usaha. Kalo ada usaha sendiri, Bapak Ibu ga cuma bergantung dari gaji yang saya kasih. Soal anak-anak, saya akan bantu biaya sekolah sampai perguruan tinggi. Mereka berhak berpendidikan lebih baik dari orang tuanya. Supaya bisa bantu orang tuanya kelak".
Kalo kata Pak Mamat "neng punya hati yang sangat mulia. Bukan orang sembarang yang bisa dapatin hati neng. Percaya aja. Nanti waktu yang jawab".

Save My Love!Where stories live. Discover now